Laporkan Masalah

Desain organisasi dalam implementasi Program Penanggulangan Tuberkulosis dengan strategi DOTS di Kabupaten Tapanuli Selatan

FAHMI, Ismail, dr. Mubasysyir Hasanbasri, MA

2007 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat (Kebij. dan Manaj. Pe

Latar Belakang : Kegiatan penanggulangan penyakit tuberkulosis (TB) dengan dasar-dasar strategi modern di Indonesia telah dimulai sejak diadakannya Lokakarya Tuberkulosis Nasional di Ciloto pada tahun 1969. Penanggulangan TB sudah dapat dilakukan di Puskesmas namun hingga sekarang hasilnya belum begitu menggembirakan. Meskipun hasil pencapaian target cakupan program sudah cukup baik namun pencapaiannya masih dibawah target nasional s erta belum merata pada seluruh Puskesmas dan rumah sakit di Kabupaten Tapanuli Selatan. Berdasarkan permasalahan implementasi program penangggulangan TB maka fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui desain organisasi dalam implementasi program penanggulangan TB dengan strategi DOTS di Kabupaten Tapanuli Selatan Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk. mengetahui mengetahui desain organisasi dalam implementasi program penanggulangan TB dengan strategi DOTS di Kabupaten Tapanuli Selatan. Metode : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan rancangan studi kasus. Data primer dikumpulkan melalui wawancara mendalam yang dibantu dengan alat pedoman wawancara dan FGD kepada 18 orang responden. FGD dan wawancara mendalam dilakukan dengan Kepala Dinas Kabupaten, Kasubdin PP & PL, Kasubdin Yankes, Kasubdin PS & PK, Kasie PP dan Wasor TB dan 12 Kepala Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Selatan. Hasil : Pemerintah daerah kurang antusias terhadap program penanggulangan TB dengan strategi DOTS. Penanggulangan TB bukan prioritas serta sudah memiliki pendanaan bersumber dari funding luar yaitu GFATM. Penyusunan kebijakan dilakukan masih bersifat top down. Kemitraan penanggulangan TB juga belum berjalan optimal. Karakteristik spesialisasi, formalisasi dan sentralistik cukup tinggi dalam mengimplementasikan program penanggulangan TB dengan strategi DOTS di Kabupaten Tapanuli Selatan. Kesimpulan : Implementasi program penanggulangan TB dengan strategi DOTS di Kabupaten Tapanuli Selatan belum optimal. Desain organisasi program penanggulangan TB di Kabupaten Tapanuli Selatan saat ini adalah birokrasi mesin dan dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan daerah. Program penanggulangan TB dengan strategi DOTS belum mendapat dukungan yang baik dari semua pihak termasuk dukungan. lmplementasi penanggulangan TB di Kabupaten Tapanuli Selatan masih kurang memperhatikan aspek empowerment atau pemberdayaan masyarakat sebagaimana ditekankan dalam desentralisasi program penanggulangan TB secara nasional.

Background: Tuberculosis (TB) disease control based on fundamental modern strategies has been commenced since the undertaking of National Tuberculosis Workshop in Ciloto in 1969. TB prevention can be carried out at the health center, however the result has not been satisfying. Although target achievement of program coverage is relatively good it is still below national target and not well distributed to all health centers and hospitals of Tapanuli Selatan District. Based on the problem of TB control program implementation the study focuses on the organizational design in TB control program implementation using DOTS strategy at District of Tapanuli Selatan. Objective: The objective of the study was to identify the organizational design of TB control program implementation using DOTS strategy at District of Tapanuli Selatan. Method: The method used in the study was descriptive qualitative with case study design. Prima ry data were obtained from indepth interview, interview guide and focus group discussion with as many as 18 respondents. Focus group discussion and interview were conducted with Head of District Health Office, Head of Disease Prevention and Environment Sa nitation Sub Office, Head of Health Service Sub Office, Head of Development Program, Head of Disease Prevention Section and Vice Supervisor and as many as 12 heads of health center at District of Tapanuli Selatan. Result: The local government was less enthusiastic with TB control program using DOTS strategy. TB control was not a priority and it had its own financial resources from Global Fund Aid for Tuberculosis and Malaria. The compilation of policy was made top down. Partnership of TB control was not yet optimum. Specialization, formalization and centralization were relatively high in the implementation of TB control program using DOTS strategy at District of Tapanuli Selatan. Conclusion: The implementation of TB control program using DOTS strategy at District of Tapanuli Selatan was not yet optimum. Organizational design of TB prevention control at District of Tapanuli Selatan was machine bureaucracy and was irrelevant with local needs. TB control program using DOTS strategy had not got good support from all related institutions. The implementation of TB control did not pay attention to empowerment as emphasized in the decentralization of TB control program at national level.

Kata Kunci : Kebijakan Kesehatan,Program Penanggulangan TBC,Strategi DOTS,program implementation, tuberculosis control, DOTS strategy, organizational design


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.