Persepsi masyarakat terhadap penyakit kusta :: STudi kasus di Kecamatan Cambai Prabumulih
SURYANDA, dr. Kristina Etnawati, Sp.KK
2007 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat (Perilaku dan PromosiLatar Belakang: Penderita kusta di Indonesia pada tahun 2005 adalah terbanyak keempat setelah India, Brazil dan Myanmar. Kusta adalah suatu penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang menyerang sistem saraf perifer, kulit, dan jaringan-jaringan tertentu. Kusta dapat menyebabkan kecacatan fisik, sehingga penderitanya juga mengalami gangguan interaksi sosial. Masih adanya leprophobia, kurangnya pengetahuan, sosialisasi kepada masyarakat, dan adanya stigma, menyebabkan rendahnya peran serta masyarakat dalam pemberantasan kusta sehingga setiap tahunnya masih terus ditemukan penderita baru. Metode penelitian: Kualitatif dengan rancangan studi kasus deskriptif. Subyek penelitian adalah penderita/mantan penderita kusta, para ketua RT, anggota PKK dan sebagai informan kunci adalah pengelola program kusta. Cara pengumpulan data dengan wawancara mendalam, FGD dan observasi terbuka. Keabsahan data menggunakan triangulasi metode dan sumber. Analisis data dengan cara constant comparative method. Hasil: Sebagian besar penderita/mantan penderita kusta dan masyarakat masih ada yang menganggap kusta sebagai penyakit keturunan, kesalahan masa lalu, karena hantu hutan, golongan darah yang sama. Mereka juga melakukan pantangan terhadap makanan tertentu, karena bila dilanggar gejala penyakitnya timbul kembali. Cara penularan adalah melalui darah, kontak lama, binatang, dan sanitasi yang kurang bersih. Masyarakat takut dan jijik terhadap penderita tergantung dari tingkat kecacatan fisik penderita. Mereka juga menjauhi penderita kusta karena penyakit ini dapat menular. Penderita kusta tidak suka diberitahu tentang penyakit kusta dan menutupinya sehingga bertambah parah. Promosi kesehatan yang diinginkan adalah dengan film, televisi atau gambar serta bentuk kunjungan rumah dan pengobatan massal. Kesimpulan: Promosi kesehatan tentang pemberantasan kusta harus mengacu pada pemecahan masalah leprophobia dan stigma yang masih ada pada masyarakat. Promosi kesehatan selama ini belum maksimal sehingga perlu dukungan semua pihak dan advokasi dengan pemerintah sehingga program pemberantasan kusta dapat berjalan dengan baik.
Background: Leprosy patients in Indonesia in the year of 2005 placed in the fourth rank after India, Brazil and Myanmar. Leprosy is a chronic infectious disease which caused by Mycobacterium Leprae which could attack periphery nerve system, skin, and certain skin tissues. Leprosy could cause physical handicapped and ignored reaction impact which hence the patients will experience barrier in social interaction. Lack of knowledge, socialization, and low participation of the community in controlling the leprosy caused the existence of stigma and leprophobia so that there are still some new patients found annually. Method: This was a qualitative research that used descriptive case study. The research subject was patients/former patients of leprosy, head of RT, member of PKK. The key informant was the leprosy program management in the Distric of Prabumulih. Data was collected using in-depth interview, Focus Group Discussion and open observation. Validity of data used triangulation of method and informants. Data was analyzed with constant comparative method. Result: Most of the leprosy patients/former patients and communities still considered leprosy as genetically disease, past mistakes, forest ghost, and same blood type. They also avoided certain foods as they thought that when they eat these avoided foods, the symptoms will be reoccurred. The transmission was through blood, long physical contact, contact with certain animal and lack of sanitation. The communities were afraid and disgusted depends on the level of patients’ physical handicapped. The expected health promotion was with film, television or picture and home visit. Conclusion: Health promotion regarding leprosy control should be referred to leprophobia problem solving and the existing stigma in the community. As health promotion so far was not yet maximal therefore there is a need for supports from all parties including advocacy with the government so that the leprosy control program could be well implemented.
Kata Kunci : Perilaku Kesehatan,Penyakit Kusta,Persepsi Masyarakat