Peran aksesibilitas dan mobilitas jaringan transportasi bagi pengembangan ekonomi perdesaan :: Kasus Kabupaten Enrekang
ARIFIN, Nur Alam, Prof.Dr.Ir. Danang Parikesit, M.Sc
2007 | Tesis | Magister Sistem dan Teknik TransportasiKabupaten Enrekang memberikan konstribusi paling rendah sebesar 11% dari PDRB daerah kawasan KAPET. Untuk mendukung program KAPET tersebut maka Kabupaten Enrekang diharapkan mampu mendukung melalui perbaikan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui perbaikan sarana infrastruktur, transportasi, komunikasi dan pendidikan. Penelitian ini bertujuan mempelajari peran aksesibilitas dan mobilitas jaringan transportasi (pembangunan jalan dan jembatan) untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi perdesaan. Data primer yang diperoleh melalui observasi lapangan dan wawancara responden dengan menggunakan beberapa formulir survei dan data sekunder yang diperoleh melalui beberapa instansi terkait. Data tersebut diolah dengan menggunakan metode IRAP dengan alat bantu program Excel untuk mendapatkan nilai indikator aksesibilitas sehingga diperoleh profil aksesibilitas. Dari profil aksesibilitas dapat ditentukan prioritas intervensi yang sesuai. Untuk mencari hubungan antara peningkatan aksesibilitas dan mobilitas masyarakat melalui pembangunan jaringan jalan dan jembatan terhadap pengembangan ekonomi di perdesaan menggunakan analisis surplus produsen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa frekuensi perjalanan di kedua desa penelitian didominasi oleh perjalanan internal dengan persentase frekuensi sebesar 88,2 - 92,77%, responden yang paling banyak melakukan perjalanan adalah responden dengan pendidikan terakhir tamat SLTA (25,89%) dan responden dengan usia 35 - 44 tahun (27,33%) pada Desa Tampo dan responden dengan pendidikan terakhir tamat SLTP (26,09%) dan responden dengan usia 25 - 34 tahun (25,85%), responden dengan jenis kelamin pria pada kedua desa penelitian paling banyak melakukan aktivitas perjalanan dengan tujuan pemenuhan kebutuhan pokok (75,01% Desa Tampo dan 79,81% di Desa Dulang). Terdapat tiga buah sektor yang mendapat tingkat pelayanan A pada Desa Dulang yaitu: sektor pemasaran produksi, kesehatan dan pasar dengan nilai indikator aksesibilitas yang sama pada masing-masing sektor: 400 pada Dusun Dulang dan 320 pada Dusun Kasambi. Sektor pertanian, air bersih, kayu bakar, pendidikan, dan peternakan (khusus Desa Dulang) masuk kategori tingkat pelayanan B pada Desa Dulang dan Desa Tampo. Intervensi transportasi yang direkomendasikan adalah perbaikan prasarana jalan tanah menjadi jalan batu atau jalan aspal. Pengadaan Polindes, obat-obatan dan vaksinasi bagi hewan ternak, pupuk dan bibit pertanian, penyuluhan dari dinas pertanian dan peternakan yang teratur, dan pengadaan pompa air diesel merupakan rekomendasi untuk intevensi non transportasi. Peningkatan aksesibilitas dan mobilitas masyarakat melalui pembangunan jaringan jalan dan jembatan pada tahun 2001, dengan menggunakan metode surplus produsen memberikan nilai manfaat dan tingkat kelayakan ekonomi yang dapat diterima, dimana nilai NPV sebesar Rp 93.598.294,- (> 0) dan BCR sebesar 1,102 (> 1) pada tahun 2006.
Enrekang district was the smallest contributor of the KAPET area that gave 11% of PDRB. Trough the development of transportation, communication and education infrastructure, Enrekang district was expected to support the KAPET program. The aim of this research was to study the role of accessibility and mobility of transportation network to increase the economic development of the rural area. The primary data was obtained trough field observation and interview using questionnaire, while the secondary data was acquired from publication from several institutions. The IRAP method was used to process the data using Excel software to obtain accessibility indicator scores so that the accessibility profile can be presented. The suitable intervention priority can be defined from this accessibility profile. The surplus producer analysis was used to search the relationship between the accessibility and mobility development through the development of road and bridge network against the economic development. Location this research in Tampo village and Dulang village The result of this research shows that the traffic frequency of the two observed village was dominated by 88,2 - 92,77% of internal trip. Most trip was performed by the senior high school educational background respondent (25,89%) and peoples between the ages of 35 – 44 years old (27,33%), while in Tampo village was dominated by junior high school educational background (26,09%) and people between the ages of 25 – 34 years old (25,85%). The trip with economic purpose in two observed village was dominated by male (75,01% in Tampo village and 79,81% in Dulang village). There are three sectors that should have grade A level of service in Dulang village: production market, health and markets with equal accessibility indicator score of 400 in Dulang community and 320 in Kasambi community. Farming, water, woods, education and animal husbandry (Dulang village only) were in grade B at Dulang and Tampo Village. The recommended transportation intervention was the development of concrete or asphalt road. The non transportation recommendation was the provisions of village clinics, drug, cattle farm vaccination, fertilizer, seeds, routine mentoring from farming institution, and the provisions of diesel powered water pump. Accessibility and mobility growth trough the development of roads and bridges network at year of 2001, using the surplus producer method of analysis gives an acceptable benefit and feasible economic value, with Rp 93.598.294,- (>0) NPV value and 1,102 (>1) BCR value in year 2006.
Kata Kunci : Jaringan Transportasi,Pengembangan Ekonomi Pedesaan,accessibility, mobility, rural, area economic development