Pusat Kota Wonomulyo sebagai kota berpola Jawa di Sulawesi
RAUF, Ahmad, Dr.Ir. Bondan Hermanislamet, M.Sc
2007 | Tesis | Magister Perencanaan Kota dan DaerahPola pusat kota dapat berbeda antara satu kota dengan kota yang lain. Perbedaan ini dapat terjadi karena pengaruh geografis, ekonomi, sosio kultural, sejarah, maupun pengaruh politik. Pusat kota-kota di Jawa, dengan pusat kota-kota di luar Jawa, dapat dibedakan, dengan melihat unsur-unsur pembentuk ruang pusat kotanya. Pusat kota-kota di Jawa pada umumnya hampir sama, pusat kota atau inti kota dapat dikenali lebih mudah dengan melihat letak alun-alun serta bangunan penting di sekitarnya, seperti keraton ataupun kediaman pemerintah, masjid, serta pasar tradisional, yang mempunyai tatanan tertentu dalam tataletak bangunan-bangunan itu. Fenomena seperti ini juga dapat ditemui pada pusat kota Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat, hal ini merupakan sesuatu yang menarik, karena sebuah pola pusat kota yang terletak di Sulawesi, mempunyai kesamaan dengan pola pusat kota-kota yang ada di Jawa. Penelitian ini bertujuan memahami pola pusat kota Wonomulyo, dilihat dari tataletak unsur-unsur utama pembentuk ruang pusat kota itu, serta memahami makna di balik pola tata ruang pusat kota itu. Penelitian ini menggunakan metode induktif kualitatif, analisis datanya dilakukan dengan pendekatan sinkronik dan diakronik untuk menemukan pola pusat kotanya, sedangkan untuk mengungkap makna di balik pola pusat kota itu, menggunakan pendekatan fenomenologis. Hasil penelitian menemukan bahwa pola pusat kota Kecamatan Wonomulyo, yang terbentuk dari unsur alun-alun, pendopo kecamatan, masjid raya, serta pasar, unsur-unsur ini saling memiliki keterkaitan, serta tataletaknya mengikuti tatanan tertentu, sama seperti yang terjadi pada pusat kota-kota di Jawa. Pola seperti ini secara populer disebut sebagai ‘pola catur gatra tunggal’, alunalun dijadikan sebagai pusat orientasi dari arah utara-selatan dan arah timur-barat atau arah gunung-laut, serta arah terbit-terbenamnya matahari. Penataan ruang seperti ini merupakan sebuah pengejawantahan kaidah /kosmografi/ atau mencari keselarasan antara /makrokosmos/ dengan /mikrokosmos/, yang sarat dengan nilai simbolis dan makna filosofi yang banyak dipahami oleh masyarakat Jawa. Memperhatikan fenomena seperti ini, dapat dikatakan bahwa, pola tata ruang pusat Kota Wonomulyo, tidak terbentuk secara kebetulan atau bukan pola tata ruang organik yang terbentuk secara alami, tetapi, merupakan sebuah pola tata ruang yang direncanakan, dengan cara mereplikasi pola tata ruang pusat kota yang ada di Jawa. Hasil temuan ini memberikan pemahaman bahwa, membawa kebiasaan memanfaatkan ruang atau kebiasaan menata ruang, serta pola keruangan ke tempat lain, ternyata memungkinkan.
The pattern of city center can be different from place to place. The difference normally influenced by geographical, economical, socio-cultural, historical and political conditions. Center of cities in Jawa can be differentiated with center of cities outside Jawa by seeing city center’s former elements. City centers’ pattern in Jawa relatively identical and can be easily identified through its "alun-alun" (city park) surrounding by important buildings namely keraton (King’s Palace), high rank officer’s palace, mosque, and market which are orderly arranged in typical location. This typical arrangement can also be found in Wonomulyo Subdistrict, District of Polewali Mandar, Sulawesi Barat Province. The arrangement is interesting since the pattern of a city center located in Sulawesi, resembling the pattern of cities center in Jawa. The aim of this research was to understand city center pattern of Wonomulyo Subdistrict through the main former elements of city center and to understand the meaning behind the arrangement of city center spatial zoning. The research was applied inductive-qualitative method, data was analyzed by using synchronic and diachronic approach to identify the pattern of city center. To understand the meaning behind the pattern of city center, phenomenological approach was used. The research was identified that the city center pattern of Wonomulyo Subdistrict which was consisted of several main elements namely alun-alun (city park), sub district’s pendopo (city hall), grand mosque, and market, was interlinked each other and resemble with city center pattern in Jawa. The pattern is popularly called "catur gatra tunggal" pattern or "integrated four royal elements" pattern where alun-alun become orientation point for north-south and east-west direction, or orientation for mountain-sea and sunrise-sunset direction. This spatial zoning is a materialization of cosmography principle or seeking for harmony between macrocosms and microcosms, full of symbolic values and philosophy that embraced by many Javanese. Based on this phenomenon, it can be concluded that city center pattern of Wonomulyo City was not formed accidentally or formed through organic spatial zoning that develop naturally. Wonomulyo city center pattern was well planned by replicating the pattern of Javanese city center spatial zoning. This finding provides us understanding that people’s tradition in spatial utilization or tradition in spatial planning in certain region can be brought to other place far from its origin.
Kata Kunci : Tata Ruang,Pola Pusat Kota,Kebudayaan,City Center, Spatial Zoning, Javanese Culture