Laporkan Masalah

Bisnis Priyayi :: Studi tentang industri rokok "Keraton Dalem" Yogyakarta

SYUKRI, Muhammad, Prof.Dr. J. Nasikun

2007 | Tesis | S2 Sosiologi

Bahwa banyak priyayi atau bangsawan dari berbagai daerah dan berbagai negara yang berbisnis bukanlah persoalan baru. Dalam catatan sejarah bahkan kaum bangsawan merupakan kelompok pionir dalam melakukan perdagangan antar daerah dan antar benua. Namun munculnya kesadaran di kalangan priyayi tentang dimensi kapital dalam status kepriyayian serta berbagai aspek kehidupan keraton agaknya memang merupakan fenomena baru. Apalagi kalau kesadaran itu telah mendorong terjadinya transformasi besar di lingkungan keraton, dari semula sebagai poros kebudayaan menjadi patron bisnis atau bahkan berubah menjadi semacam perusahaan keluarga. Fenomena transformasi keraton dari poros kebudayaan menjadi patron bisnis inilah yang ingin dilihat lebih jauh dalam penelitian ini. Namun karena fenomena ini cukup luas maka dalam penelitian ini dipilihlah sebuah kasus saja, yaitu industri rokok "Keraton Dalem". Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada industri rokok Keraton Dalem telah terjadi komodifikasi terhadap berbagai aspek kehidupan keraton, semisal nama, lambang, dharma dan status kepriyayian sendiri. Di samping komodifikasi juga ditemukan penggunaan kekuasaan budaya oleh para priyayi untuk membantu kelancaran bisnis mereka. Terjadinya komodifikasi serta penyelewengan kekuasaan budaya tersebut menjadi mungkin karena telah berubahnya pemahaman para priyayi terhadap etik priyayi sendiri. Dan perubahan pemahaman terhadap etika itu, di samping karena keniscayaan zaman juga sangat berhubungan dengan kuatnya pengaruh neoliberalisme di negara ini. Dorongan neoliberalisme inilah yang membuat bisnis keraton terintegrasi dengan dan sangat ditentukan oleh pasar. Sehingga tidak heran kalau kemudian keraton pun berubah menjadi semacam perusahaan keluarga.

The involvement of many priyayi or nobleman in business activities from different areas even different countries is not a new phenomenon. Speaking historically, the nobleman was indeed a pioneer in transisland as well as transnation trading. But the rise of consciousness among the priyayi on capital dimension of their noble status as well as various aspect of keratoness life is an unprecedented one. The situation become totally different than before since that capital's consciousness had endorsed the transformation of Keraton, from being cultural axis to become business patron or even family business. The transformation of keraton status is what will become the subject matter of this research. Since the phenomena under question pretty wide, so to make this research visible, it will focus on specific case, name cigarette industry of Keraton Dalem. The research output showed that in the cigarette industry of Keraton Dalem had happened commodification of certain aspects of Keraton life, such as name, emblem, dharma, and priyayiness status itself. In addition, the research also found utilization of cultural power by the priyayi to support their business. Commodification of Keraton value and misuse of cultural power made possible by the shifting understanding happen among priyayi on what the substance of priyayi ethic is. The shifting understanding partly was endorsed by historical necessity as well as domination of neoliberal ideology in this country. It is this ideology which incorporates keraton business to and determined by the market power. So strong the ideology that we have not to feel strange when the keraton finally getting transformed into a kind of family business.

Kata Kunci : Keraton Yogyakarta,Bisnis Priyayi,Industri Rokok, priyayi business, priyayi ethic, commodification, neo-liberalism


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.