Laporkan Masalah

Dari Kyuushuu ke Ran'in :: Karayuki-San dan prostitusi Jepang di Indonesia 1885-1920

PANGASTOETI, Sri, Prof.Dr. Bambang Purwanto, MA

2007 | Tesis | S2 Sejarah

Karayuki-san adalah sebutan bagi perempuan Jepang yang menjadi pelacur di luar negeri, termasuk di Indonesia, sejak Zaman Meiji (1868- 1912) sampai menjelang Perang Dunia ke II. Penelitian dalam tesis ini bertujuan untuk mengetahui beberapa kondisi yang melatarbelakangi perempuan Jepang menjadi karayuki-san. memahami bentuk-bentuk eksploitasi yang dialami oleh karayuki-san baik selama mereka menempuh perjalanan maupun setelah sampai di Indonesia dan kemudian menjalani profesi sebagai pelacur di beberapa kota di Indonesia. Sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah surat rahasia dan surat terbuka dari Konsul Jepang di Singapura dan di Batavia dari tahun Meiji 28 (1895) sampai tahun Taisho 4 (1915). Selain itu, peraturan-peraturan pemerintah kolonial terkait dengan imigran Jepang, terutama yang terkumpul dalam Missive Gouvernements Secretaris (Mgs), juga menjadi sumber yang amat berguna. Rekaman pembicaraan Yamazaki Tomoko dengan mantan karayuki-san yang termuat dalam karyanya berjudul Sandakan Hachiban Shookan (Sandakan no.8 Brothel) juga menjadi sumber yang kredibel dalam penelitian ini. Ada beberapa kesimpulan yang ditarik dari penelitian ini, antara lain faktor ekonomi yang terkait ternyata tidak hanya menyangkut karayuki-san dan keluarganya, namun juga menyangkut orang-orang yang menjadi perantara atau broker. Secara kultural karayuki-san juga mempunyai peran, yaitu sebagai perantara untuk memperkenalkan Jepang kepada penduduk Indonesia, baik pribumi, Cina, maupun orang Belanda sendiri. Dapat disimpulkan pula, bahwa diskriminasi yang ada di Indonesia secara sosial menguntungkan bagi karayuki-san, karena status sebagai warga negara Jepang menempatkan mereka pada posisi sejajar dengan orang Belanda

Karayuki-san is a term refers to Japanese women who went abroad to work as prostitutes from the Meiji Period (1868-1912) to the World War II. This study purposes to know various conditions that encourage Japanese women to be karayuki-san, to understand some kinds of exploitations that experienced by karayuki-san during their journey to Indonesia and work as prostitutes in some towns in Indonesia. The main sources of this research are some diplomatic records (confidential and disclose) from the Japanese Consulate in Singapore and Batavia from Meiji 28 (1895) to Taisho 4 (1915). Beside using those sources, some Dutch Colonial Governments Regulations related to Japanese migrants, particularly that have been collected in Missive Gouvernements Secretaris (Mgs), would be a crucial sources in this study. Dialog Records between Yamazaki Tomoko and the ex-karayukisan that contained in Sandakan Hachiban Shookan (Sandakan No.8 Brothel) would be a credible source also. This study has conclusion that economy is the factor related not to the karayuki-san per se, but also related to men who have role as broker. In Indonesia, karayuki-san has role to introduce Japan to inhabitants of Indonesia : indigenous, Chinese, and the Dutch. The discrimation in Indonesia socially has advantages to karayuki-san, because as Japanese they placed equal position with the Dutch.

Kata Kunci : Sejarah Indonesia,1885,1920,Prostitusi Jepang,Karayuki, Karayuki-san, Prostitution, Broker, Netherlands Indie


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.