Indie voor de Indiers Gerakan Indo-Eropa dan wacana nasionalisme di Indonesia, 1898-1926

NIWANDHONO, Pradipto, Prof.Dr. Suhartono

2007 | Tesis | S2 Sejarah

Pada intinya tesis ini menguraikan pertemuan antara gerakan emansipasi kaum Indo-Eropa dengan wacana nasionalisme yang tengah bangkit di Indonesia pada awal abad keduapuluh. Pertemuan itu menghasilkan sebuah fenomena yang disebut ‘nasionalisme Indis’ Gerakan Indo dipicu oleh diskriminasi terhadap orang-orang berdarah campuran dalam masyarakat koloni Belanda di Kepulauan Indonesia. Hal tersebut telah berlangsung lama tetapi mencapai puncaknya pada akhir abad ke-19 ketika Hindia Belanda dilanda arus Eropanisasi dan mobilitas orangorang Belanda yang makin intens antara Nederland dengan koloninya. Diskriminasi tersebut memisahkan antara Indo dengan Eropa totok, dan antara para pemukim (blijvers) dengan pesinggah (trekkers). Situasi itu telah mengakibatkan meningkatnya solidaritas dan kesadaran politik masyarakat pemukim tersebut, termasuk kaum Indo-Eropa -- yang kelak menyebut diri mereka orang Indis Belanda (Indische Nederlander). Nasionalisme Indis mencapai puncaknya dengan didirikannya Indische Partij oleh Ernest Douwes Dekker pada tahun 1912. Model nasionalisme ini berakar pada sifat masyarakat Indis yang pada dasarnya bersifat campuran. Jadi bagi gerakan nasionalis yang digerakkan kaum Indo ini, tujuannya tidak sebatas kemerdekaan dari dominasi kolonial, tetapi juga pembentukan suatu komunitas kebangsaan yang bersifat multi rasial dan etnik sebagaimana terdapat pada sejumlah negara-bangsa kreol di benua Amerika, khususnya Amerika Latin. Wacana mengenai masyarakat majemuk dan kebangsaan multikultural dari kelompok Indis ini telah banyak berpengaruh di kalangan kaum nasionalis sekuler Indonesia yang terbaratkan, tetapi kurang dapat diterima oleh mayoritas besar kaum nasionalis berorientasi Islam atau tradisional. Akhirnya Nasionalisme Indis sebagai gerakan politik dapat dikatakan berakhir dengan berakhirnya politik asosiasi setelah pemberontakan besar komunis tahun 1926.

This thesis basically describes about the encounter between Indo- European emancipation movement and discourse of nationalism which had risen up in Indonesia at the beginning of twentieth century. It has aroused a phenomenon that we called Indisch Nationalism. Indisch is a term which used to desribe ‘Indies-ness’ or hibridity caused by colonial meeting between colonists and the Indonesian native peoples. The Indo-european movement was triggered by discrimination against mixed-blood people in the Dutch colonial society in Indonesian Archipelago. It had lasted for a long time but reached its peak in the late nineteenth century when there was an intense Europeanization in Dutch East Indies and in the other hand there’s also an intensive mobility of Dutch people between the Netherlands and its colonies. The discrimination was not only separated the Indos from the totoks (full blood European), but also the settlers (blijvers) and the expatriates or sojourner (trekkers). This situation had caused the increasing of political consciousness and solidarity in the settler society – including Indo- European -- which later identify themselves as the Indisch Dutch (Indische Nederlander) Indisch nationalist movement reached its peak with the foundation of Indische Partij (The Indies Party) by Ernest Douwes Dekker in 1912. This kind of nationalism rooted on the nature of Indisch society which basically a hybrid one. For this nationalist movements which mostly led by the Indos, the goal of their struggle is more than just freedom from colonial domination, but also to create a national community which is multi-racial in nature, as exist in many creole nation-states in America (especially Latin America). Within a year, the Indische Partij movement was banned by Netherlands Indies government. Meanwhile the discourse of plural society and multicultural nation from this Indisch group had a lot of influence for Indonesian westernized and secular nationalist, although it can’t be accepted by a great majority of Islamic and traditional oriented nationalist groups. Indisch nationalism as a political movement came to an end with the end of association policy after the communist rebellion of 1926.

Kata Kunci : Sejarah Indonesia,1898,1926,Golongan Indonesia,Eropa,Nasionalisme, Nationalism, Indisch, Indo-European, multi-racial