Perilaku kesehatan reproduksi anak perempuan korban Trafficking di Manado
SOLANG, Sesca Diana, Dra. Ira Paramastri, M.Si
2007 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat (Perilaku dan PromosiLatar Belakang: Evakuasi 23 anak perempuan yang melarikan diri dari bar “F†di Timika Provinsi Papua pada tanggal 29 Agustus 2002. Mereka baru menyadari bahwa pekerjaan yang ditawarkan bukan saja sebagai pelayan bar sebagaimana dikatakan pada saat direkrut, tetapi ternyata juga dituntut untuk menjadi pelayan seks bagi para pelanggan. Dalam pemeriksaan kesehatan ternyata satu diantaranya menderita HIV/AIDS, yang lainnya menderita penyakit kelamin, dan ada juga yang hamil. Setelah ditangani oleh pemerintah secara lintas sektoral, mereka diundang untuk mendapat kursus ketrampilan dan bantuan modal tetapi yang datang hanya 5 orang. Anak yang dilacurkan (AYLA) adalah anak perempuan yang terlibat dalam pelacuran karena trafficking pada usia di bawah 18 tahun. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui pengetahuan AYLA tentang besarnya ancaman penyakit kesehatan reproduksi, adakah peran pelanggan, mucikari, petugas kesehatan, teman dan keluarga, dalam memberikan dorongan untuk bertindak terhadap pencegahan Kehamilan Tidak Dikehendaki (KTD), dan Infeksi Menular Seksual (IMS) serta HIV/AIDS dan bagaimana perilaku kesehatan reproduksi terhadap pencegahan KTD dan IMS serta HIV/AIDS selama trafficking di Timika. Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian kualitatif ekplorasi. Pengambilan subjek dengan cara purposive sampling dengan criterion. Teknik pengumpulan data dengan melakukan Diskusi Kelompok Terarah kepada subjek AYLA di Timika dan wawancara mendalam kepada subjek dan pemegang program tingkat propinsi sebagai key informan. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif dari langkah pengumpulan data sampai terbentuk suatu penjelasan keabsahan data dengan menggunakan triangulasi sumber dan metode. Hasil Penelitian: Pada umumnya AYLA tidak mengalami KTD karena memproteksi diri dengan memakai kontrasepsi. Kondom didapat dari tenaga kesehatan atau dibeli saat ditawarkan pada tamu saat berhubungan seks, namun seringkali ditolak oleh tamu. Kondisi ini merupakan salah satu gambaran jelas mengenai posisi AYLA dan kemampuan tawar yang sangat rendah dalam proses transaksi. Peran orang-orang yang ada di sekitar AYLA saling mengingatkan untuk dapat memproteksi diri terhadap pencegahan KTD, IMS dan HIV/AIDS dengan kontrasepsi. Ada perilaku kesehatan reproduksi yang kadang-kadang menyimpang, padahal mereka tahu risiko jika tidak menggunakan kondom dalam melakukan hubungan seksual. Lemahnya posisi tawar tersebut menyebabkan AYLA berisiko tinggi terhadap masalah penyakit dalam kesehatan reproduksi dan tidak dapat menjalankan safe sex agar terhindar dari penularan IMS bahkan HIV/AIDS. Kesimpulan: Sebagian besar AYLA sudah mengetahui tentang KTD, IMS dan HIV/AIDS, tetapi masih ada sikap dan perilaku yang kurang peduli pada diri sendiri dan tamu/pelanggan terhadap risiko bahaya penyakit dengan melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom karena posisi tawar AYLA masih rendah dan perilaku mencebok organ reproduksi setelah melakukan hubungan seksual dengan memakai pasta gigi yang dapat membuat iritasi organ reproduksi dan menyebabkan gangguan sistem reproduksi.
Background: There were 23 girls who were escaped from bar “F†in Timika province of Papua. In 23 August 2002 during medical examination, it was found that one of the girls was suffered from HIV/AIDS, others had sexual diseases, and there were some of them who were pregnant. The government paid attention on them and hence, they were invited to a skill course and will be given an asset; nevertheless, only 5 girls who attended. Objective: This research was aimed to find out knowledge of girls who were being prostitute (AYLA) regarding the threat of reproductive health disease, role of customer, procuress, health care provider, friend and family in giving support on the unwanted pregnancy (KTD), sexual transmitted disease (STD) and HIV/AIDS as well as how is the reproductive health behaviour toward prevention of KTD, STD and HIV/IDS during trafficking in Timika. Method: This research was an explorative qualitative and it was conducted with Focus Group Discussion toward research subject of AYLA in Timika and in-depth interview toward research subject and program manager in the provincial level as informant key. The subjects were chosen with purposive sampling that used selected criteria. Qualitative data analysis was used from data collection until forming an explanation of data validity by using source and method triangulation. Result: In general, AYLA did not experience KTD because they used contraception. Condom can be obtained from health care provider or bought to be offered to their guest when having sexual relationship although most of the guests refused to use it. This condition showed the low bargaining position of AYLA in the transaction process. People surrounding AYLA has reminded each other to have self protection toward prevention of KTD, STD and HIV/AIDS with contraception. They know the risk if they did not use condom in having sexual relationship. The low bargaining position caused AYLA had high risk toward reproductive health disease and could not have safe sex in order to be avoided from the transmission of STD even HIV/AIDS. Conclusion: Most of AYLA already know KTD, STD and HIV/AIDS, but they still have bad attitude and behavior on the risk of sexual disease when their guests were not using condom because of AYLA’s low bargaining position and behavior on washing reproductive organ with tootpaste after having sexual relation caused irritation and reproductive System disorder.
Kata Kunci : Perilaku Sehat,Kesehatan Reproduksi,Trafficking, reproductive health behaviour, girl, sacrifice trafficking