Logika Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Taus Ahmad Al-Tusi Al-Ghazali (1059-1111) :: Kajian terhadap metode penarikan simpulan dalam ilmu Mantiq
NUR, Muhammad, Prof.Dr. H. Lasiyo, MA.,MM
2007 | Tesis | S2 Ilmu FilsafatPenelitian tentang Logika Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Taus Ahmad Al-Tusi Al-Ghazali (1059-1111): Kajian terhadap Metode Penarikan Simpulan dalam Ilmu Mantiq, dilatarbelakangi oleh kemandegan berpikir di kalangan umat Islam. Yang dimaksud kemandegan di sini adalah keengganan umat Islam untuk mempergunakan logika, yang berimplikasi mundurnya ilmu pengetahuan di dunia Islam. Latar belakang lainya adalah adanya paradoks pemahaman terhadap al-Ghazali. Di satu sisi ia dipahami sebagai seorang musuh filsafat, sementara di sisi yang lain ia ternyata adalah pembela filsafat (logika). Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pemikiran logika Abu Hamid al- Ghazali, yang mencakup (1) deskripsi secara objektif pemikiran logika menurut al-Ghazali tentang hakikat ilmu, klasifikasi ilmu dan kedudukan logika dalam pengembangan ilmu pengetahuan. (2) Deskripsi pemikiran al-Ghazali tentang logika sebagai perangkat untuk mendapatkan pengetahuan yang sahih. Dengan logika, maka manusia akan terhindar dari kesesatan berpikir yang membuat manusia akan terhindar dari mendapatkan pengetahuan yang sesat pula. (3) Deskripsi pemikiran filsafati al-Ghazali dari aspek filsafat berpikir (logika). Dalam hal ini meliputi, bentuk-bentuk penalaran deduksi, induksi, dan analogi, serta berbagai hal yang berkaitan dengan proses inferensi, yang merupakan proses paling akhir di dalam logika. (4) Kajian secara kritis dan heuristis relevansi pemikiran logika al-Ghazali di dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama di dalam ilmu-ilmu agama Islam. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode berikut. Metode analisis, dipergunakan dalam mendeskripsikan secara objektif dan kritis tentang konsep, ungkapan dan semua hasil pemikiran al- Ghazali dalam bidang logika. Metode kesinambungan historis, digunakan untuk mengungkapkan pemikiran al-Ghazali dalam suatu kesatuan waktu. Metode komparasi, untuk membandingkan pemikiran al-Ghazali dengan pemikiran filsuf lainnya. Metode sintesis digunakan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih komprehensif dan sistematis tentang logika al-Ghazali. Metode interpretasi dan hermeneutika untuk mengungkap makna dan nilai yang terkandung dalam logika al-Ghazali. Metode analitika bahasa dipakai untuk mengoperasionalkan konsep di dalam logika al-Ghazali yang sifatnya terminologis sehingga sulit dipahami agar menjadi jelas dan mudah dipahami. Metode heuristika dilakukan setelah dilakukan penyimpulan dengan metode induktif. Diharapkan dengan metode ini simpulan yang ada dapat melahirkan sebuah pemahaman baru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa logika al-Ghazali tidak hanya bertolak dari rumusan-rumusan Yunani saja, namun ia juga menjadikan al-Qur’an sebagai rujukan dalam berpikir logis. Posisi penting logika baginya sama dengan pentingnya timbangan (neraca) di dalam mengukur sesuatu. Secara piramidal al- Ghazali menempatkan al-qiyas (silogisme) sebagai bentuk penalaran paling sahih, menyusul al-istiqra’ (induksi) dan yang terakhir al-tamsil (analogi). Pemikiran al-Ghazali tersebut relevan bagi landasan ilmu pengetahuan secara umum dan ilmu-ilmu agama Islam secara khusus. Tidak saja dalam bidang hukum Islam, tetapi juga ilmu al-Qur’an bahkan dalam pengembangan ilmu bahasa
Research of Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad bin Taus Ahmad al-Tusi al-Ghazali’s (1059-1111) Logic: a Study of conclusion Making in ilmu mantiq is based on stagnancy of moslems’ thingking. Moslems unwell to use their logic optimally. This situation implicates to decline of science in Islamic world. The research, there after, is also based on paradoxal understanding of al-Ghazali. In one side, al-Ghazali is regarded as a philosophy enemy. But in other side, he is absolutely regarded as a philosophy (logic) defender. This research aims to describe the Abu Hamid Muhammad al-Ghazali’s Logic that includes: (1) to describe objectively the Abu Hamid Muhammad al- Ghazali’s Logic of science essense, science classification, and urgency of logic in science development; (2) to describe the Abu Hamid Muhammad al-Ghazali’s logic as a tool to get valid knowledge. Using logic, one will be avoided from wrong thinking that makes him is avoided from getting invalid knowledge; (3) to describe philosophical thingking af al-Ghazali in logical aspect. It includes many forms of thingking such as deduction, induction, and analogy. It is also in connection with inference process (the final process in logic); (4) to study critically and heuristically relevance of al-Ghazali’s logic to science development especially in Islamic science. In order to get that research’s aims above is used methods as follows: analytical method is used to describe objectively and critically concept, statement, and all of al-Ghazali’s thingking in logic. Historical continuance method is used to enquire al-Ghazali’s thingking in one time. Comparative method is used to compare al-Ghazali’s thingking with other philosophers’ thingking. Sintetical method is used to get more comprehensive and systematic knowledge of al-Ghazali’s logic. Analytical method is used to operationize concept in al-Ghazali’s logic that is difficult to understant because of it’s terminological characteristic. Heuristical method is done after making conclusion with inductive method. Using heuristical method is expected to get new understanding. The research finds that the al-Ghazali’s logic is not only based on Greeks’ formulation, but also based on Qoran. The urgency of logic for al-Ghazali is same with the urgency of scales in measuring something. Piramidely, al-Ghazali plates al-Qiyas (syllogism) as a most valid thingking, then follow by al-Istiqra’ (induction) and al-Tamsil (analogy). Al-Ghazali’s thingking relevants to science foundation generally and Islamic science specifically. It’s relevance is not only in Islamic law, but also in Qoranic science, and even in linguistics.
Kata Kunci : Logika,Al Ghazali,Ilmu Mantiq