Hidup berdampingan dengan ternak :: Pengorganisasian dan mediasi di Manurara, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur
GUNAWAN, Dr. GR. Lono Lastoro S., MA
2007 | Tesis | S2 AntropologiTulisan ini merupakan diskripsi tentang kehidupan sehari-hari orang-orang suku Anakalang yang tinggal di Desa Manurara, Kecamatan Katikutana, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kehidupan sehari-hari orang-orang Anakalang yang hidup berdampingan dengan ternak dengan fokus perhatian pada keberadaan ternak dalam hubungan sosial mereka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ternak memiliki peran penting dalam relasi sosial orang Anakalang yang tinggal di Manurara. Hewan ternak, khususnya kebau, babi dan kuda, ternyata tidak hanya dipelihara semata-mata dinilai secara ekonomis, tetapi menjadi bagian dari representasi diri seseorang ketika harus berhadapan dengan orang lain. Hal ini nampak dalam ritual-ritual adat kepercayaan marapu yang masih dipraktekkan hingga saat ini. Kerbau dan Babi merupakan hewan yang saling dipertukarkan oleh pihak penerima perempuan dan pemberi perempuan pada setiap ritual adat yang dilangsungkan. Lewat pengamatan pada dua peristiwa (moment) yang berbeda yaitu ritual dan non ritual (sehari-hari) penelitian ini menunjukkan bahwa ternak merupakan media yang memediasikan seseorang dalam relasi sosial yang dibentuk. Dalam peristiwa-peristiwa sehari-hari, ternak khsusunya kerbau memiliki peran penting dalam pengolahan sawah, namun kenyataannya tidak semua orang memiliki kerbau sehingga mendorong orang untuk membnetuk kelompok penggembala kerbau untuk memecahkan maslaah itu. Dalam ritual, khusunya ritual penguburan, orang datang ke rumah duka dengan membawa barang bawaan, salah satunya berupa ternak. Jenis barang yang dibawa akan menunjukkan status sosial seseorang. Seorang penerima perempuan tidak akan datang pada ritual kematian yang diselenggarakan oleh pemberi perempuan tanpa membawa seekor kerbau. Demikian juga sebaliknya, seorang pemberi perempuan tidak mungkin datang pada ritual kematian yang dilangsungkan oleh penerima perempuan tanpa membawa seeokor babi. Besarnya ternak yang dibawa juga tidak sembarangan, semakin besar hewan yang dibawa, maka semakin tinggi pula gengsi orang yang membawanya.
This study is dealing with everyday life of Anakalang people in Manurara Village, District of Katikutana, West Sumba, Province of East Nusa Tenggara. The aim of the research is to describe everyday life of Anakalang people who live side by side with their cattle. Focus is given on the position of cattle on mediating social relations. The research shows that the cattle play important role in the social relationship of Anakalang people. The cattle, especially buffalos, pigs and horses, are raised not only for their economic value but also as a part of people self representation in the social relation. The phenomena can be observed from the practice of Merapu rituals. In each ritual buffalos and pigs are respectively taken and given between wife taker and wife giver. Through the observation of two different moments – rituals and non rituals (everyday life) - the study shows that cattle mediate people in the social relation. In the everyday life cattle especially buffalos have an important role in the paddy field cultivation. In fact, not everybody has buffalos. It stimulates people to make a group for solving the problem. In the rituals, especially funeral, people come to the place bringing some ritual goods, one of them is cattle. The cattle people bring show their social status. The wife taker will never come to the ritual held by the wife giver without bringing a buffalo. And, the wife giver will never come to the ritual held by the wife taker without bringing a pig. The size of the cattle will also define the social status. The bigger the cattle, the higher the prestige is.
Kata Kunci : Antropologi Budaya,Relasi Sosial,Ternak,Suku Anakalang,West Sumba, Anakalang, Cattle, Social Organization, Mediation