Laporkan Masalah

Hasil Guna Pemberian Tolterodin (Detrusitol ) Untuk Rasa Tidak nyaman karena kateter uretra menetap dengan parameter S-FMPQ pada pasien yang menjalani operasi dengan anestesi spinal di RS Dr. Sardjito Yogyakarta

HARDIYANTO, Herjuna, Prof.dr. Prawito Singodimedjo, SpB.,SpU

2006 | Tesis | PPDS I Ilmu Bedah

Latar belakang: Kateterisasi uretra merupakan alat diagnostik dan terapetik. Keberadaan kateter di dalam kandung kemih merupakan benda asing. Efek samping dan komplikasinya antara lain rasa tidak nyaman, nyeri, cedera uretra dan kandung kemih, terjadi batu, infeksi saluran kemih bahkan sepsis. Rasa tidak nyaman sering timbul karena kram kandung kemih. Pemberian terapi untuk mengurangi rasa tidak nyaman merupakan suatu indikasi. Obat yang diberikan untuk mengurangi rasa tidak nyaman antara lain antihistamin, antikolinergik dan antispasmodik. Tolterodin merupakan salah satu antikolinergik dengan efek penurunan kontraksi detrusor sehingga bisa menjadi salah satu pilihan terapi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil guna pemberian tolterodin untuk rasa tidak nyaman pada pasien dengan kateter uretra menetap dan untuk mengetahui insidensi dan derajat rasa tidak nyaman yang ditimbulkannya. Metode: Penelitian ini merupakan eksperimental klinis, terkontrol dan randomisasi. Subyek penelitian adalah pasien rawat inap di RSUP Dr.Sarjito yang menjalani operasi daerah inguinal, perineal atau ekstremitas bawah dengan anestesi spinal subarakhnoid blok dan terpasang kateter uretra menetap serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Obat Detrusitol® 2 mg (grup A) dan plasebo (grup B) diberikan peroral 1 jam sebelum kateterisasi. Kateterisasi durante anestesi dan evaluasi 4 kali pasca operasi jam ke-0, ke-6, ke-12 dan ke-24. Hasil penelitian: Subyek penelitian 80 pasien rawat inap RS Dr. Sardjito berjenis laki-laki, berusia 14 sampai 40 tahun dibagi 2 grup masing-masing 40 subyek. Grup A: usia 30,27 th ± 7,18, dan grup B: usia 28,53, ± 8,82. Rasa tidak nyaman terbanyak adalah panas, 16 (40%), kemeng 10 (25%) dan rasa berat 5 (12,5%). Evaluasi I: grup A, 10 (25%) mengalami rasa tidak nyaman (derajat sedang 2,5% dan derajat ringan 22,5%). Grup B, 11 (52,5%) subyek mengalami rasa tidak nyaman (derajat sedang 12,5% dan derajat ringan 40%). Secara statistik terdapat perbedaan bermakna, p=0,029. Evaluasi II: grup A, 2 (5%) mengalami rasa tidak nyaman (turun 20%). Grup B, 16 (40%) mengalami rasa tidak nyaman (turun 12,5%), p=0.0001. Evaluasi III dan IV: grup A tidak ada subyek yang mengalami rasa tidak nyaman. Grup B, evaluasi III: 11 (27,5%) dan evaluasi IV 10 (25%) merasa tidak nyaman. Hasil evaluasi III, p=0,000 dan evaluasi IV, p=0,001. Faktor usia, latar belakang pendidikan, pekerjaan dan area operasi dilakukan uji statistik memberikan perbedaan yang tidak bermakna. Simpulan: Kateterisasi menetap menimbulkan rasa tidak nyaman dengan derajat ringan dan sedang. Insidensi dan derajat rasa tidak nyaman dapat diturunkan dengan tolterodin 2 mg peroral 1 jam sebelum kateterisasi.

Background: Urethral catheters are used for diagnostic and therapeutic. Patients discomfort tend to pain, urethral and bladder thrauma, bladder spasm, stone formation, infection of urinary tract and sepsis are known complications associated with catheter use. Discomfort or pain due to retained catheter is one of patients bothering medical procedures. Medications to reduce the discomfort are indicated. Tolterodine is one of the antimuscarinic drugs might dicrease detrusor motility, probably become the alternative therapy. Objectives: To determine the incidence and degree of patients discomfort related to retained catheter and efek of tolterodine. Methods: The trial was a randomized, prospective clinical experimental, single blind and controlled with placebo. The subjects were in patients of Sardjito general hospital who through surgery with spinal anaesthesia and acomplaished inclusion and exclusion criterias. Detrusitol® 2 mg (group A) dan placebo (group B) was administered peroral 1 hour previous to catheterisation. Catheterisation was performed during onset of anesthesia. The discomfort was evaluated four times in h-0, h-6, h-12 and h-24. Result: Subjects were 80 males, ages 14-40 yo, randomized into group A: age mean 30,27 yo ± 7,18 and group B: age mean 28,53 yo ± 8,82. The most common sensation is burn (hot) 16 (40%), aching 10 (25%), heavy 5 (12,5%). In the first evaluation (h-0) 10 (25%) group A was discomfort (2,5% - moderate, 22,5% - mild) and group B, 11 (52,5%) was discomfort (12,5% - moderate, 40% - mild). Statictically there was a significant difference, p=0.029. The 2nd evaluation, group A: 2 (5%) felt discomfort (decrease by 20%) and group B: 16 (40%) felt discomfort (decrease by 12,5%), p=0,0001. The 3rd and 4th evaluation there was no discomfort in group A. Group B, the 3rd evaluation: 11 (27,5%) and the 4th evaluation 10 (25%). Analisys for the 3rd evaluation, p=0,000 and 4th evaluation, p=0,001. Age, background for education, occupation and surgery field were no significant difference statistically. Conclusion: The retained urethtral cetheter cause mild and moderate bladder discomfort. The incidence and degree of bladder discomfort can be decreased by tolterodine 2 mg peroral 1 hour previous to catheterization.

Kata Kunci : operasi anestesi spinal, kateterisasi uretra menetap, rasa tidak nyaman, tolterodin, surgery spinal anesthesia - retained urethral catheter-discomfort-tolterodine


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.