Laporkan Masalah

Fenomena terminal bayangan di Kota Sumbawa Besar Propinsi Nusa Tenggara Barat

HIDAYAT, Muhammad Taufieq, Dr.Ir. Sigit Priyanto, M.Sc

2007 | Tesis | Magister Sistem dan Teknik Transportasi

Terminal penumpang angkutan darat adalah salah satu prasarana yang cukup penting dalam sistem jaringan pertaransportasian di Indonesia; dimana kedudukan serta fungsi terminal penumpang, telah ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah nomor 43 tahun 1993 tentang Lalulintas Anggkutan Jalan, yang dibagi dalam tiga tipe terminal; Tipe A, Tipe B dan Tipe C. Seiring dengan perkembangan transportasi dan pertumbuhan penduduk di Indonesia; khususnya pada daerah berkembang takjarang muncul suatu fenomena munculnya terminal bayangan (terminal ilegal); yang salah satunya terjadi di kota Sumbawa Besar, yaitu termianl bayangan Simpang Sering dan terminal bayangan sekitar kawasan pasar induk Seketeng (Blok M). Terminal bayangan telah mencipatkan masalah baru dalam sistem jaringan jalan; disamping terminal bayangan itu sendiri, juga dampak dari keberadaannya antara lain; kesembrautan jaringan jalan, mengurangi keselamatan, mengurangi lebar efektif ruas jalan pada lokasi timbulnya terminal bayangan. Guna mengatasi masalah tersebut; perlu diteliti dan dikaji karakteristik serta penybab terjadinya, agar dapat diformulasikan alternatif penanganan. Dari hasil survei dan wawancara terhadap operator/sopir angkudes pada kedua lokasi; dapat diketahui faktor penyebab utama terjadinya terminal bayangan di kota Sumbawa Besar; dimana jalur angkudes (rural transport) dari outlet utara melalui pusat bangkitan (pasar Seketeng) sehingga angkudes cendrung menunggu calon penumpang di ruas-ruas jalan sekitar kawasan pasar dan perempatan jalan Dr. Cipto dengan Jalan Sudirman (terminal bayangan Blok M), karena di pasar induk Seketeng sendiri atau kawasan sekitarnya (≤ 150 m) tidak terdapat terminal tipe C; sedangkan terminal bayangan simpang Sering terjadi karena, tersedianya sarana angkutan berupa Ojek dan Dokar, yang waktu tempuhnya berkisar antara 5-15 menit dari pusat bangkitan dengan ongkos Rp. 2000 untuk Dokar dan Rp. 3000 untuk Ojek dan bila calon penumpang menuju ke terminal Sumer Payung menggunakan angkot jalua A dan B, memerlukan waktu tempuh 15-20 menit dengan ongkos Rp. 2000. Adapun pendukung lain terjadinya terminal bayangan di kota Sumbawa Besar, adalah dari tidak berimbangnya sebaran penduduk, dimana dari jumlah penduduk < 500.000 jiwa, tersebar ±31% berada diwilayah pelayanan bagian barat, dan ±69% tersebar pada wilayah/bagian timur pelayanan terminal Sumer Payung. Pada lokasi terminal bayangan juga dapat menurunkan kapasitas dasar ruas jalan antara 45,5%-61%; yang tergantung pada konfigurasi parkir masing-masing lokasi. Pada masa-masa mendatang perlu penelitian lebih lanjut guna dapat memformalasikan lebih baik lagi akan alternatif penanganan, yang sesuai dengan karakteristik daerah tempat munculnya fenomena terminal bayangan tersebut.

Kata Kunci : Terminal Bayangan,Kapasitas Jalan, station, phenomenon, alternatives


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.