Laporkan Masalah

Kajian kondisi tata guna lahan Daerah Aliran Sungai :: Studi kasus Daerah Aliran SUngai Wanokaka Kabupaten Sumba Barat Nusa Tenggara Timur

NATARA, Zakarias, Dr.Ir. Bondan Hermanislamet, M.Sc

2006 | Tesis | Magister Perencanaan Kota dan Daerah

Daerah Aliran Sungai (DAS) Wanokaka, merupakan salah satu DAS yang terdapat di Kabupaten Sumba Barat. Tingginya laju erosi dan kejadian banjir pada daerah aliran sungai ini, merupakan indikasi bahwa pengelolaan DAS Wanokaka sebagai suatu ekosistem belum sepenuhnya dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi tata guna lahan dalam DAS Wanokaka dan mengidentifikasi faktor fisik dan sosial ekonomi yang mempengaruhinya. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan “analisis empiris”, kajian dalam penelitian yaitu: (1) mengkaji seperti apa kondisi tata guna lahan sebuah daerah aliran sungai; dan (2) mengkaji kemungkinan faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan kondisi tata guna lahan daerah aliran sungai. Variabel penelitian berupa: (1) variabel tata guna lahan dan unit lainnya seperti, zonasi DAS, kondisi kelerengan, tanah beresiko erosi, kemampuan tanah;(2) variabel sosial ekonomi seperti, kependudukan (demografi), kondisi peternakan, dan tingkat kemiskinan; dan (3) variabel keterkaitan antara komponen tata guna lahan dengan kebijakan tata ruang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari luas DAS Wanokaka sebesar 13.750 ha, kondisi tata guna lahannya berupa: (1) hutan seluas 1.266 Ha (9,20 % dari luas DAS, semak belukar seluas 2.263 Ha (16,46 %), padang rumput seluas (39,96 %);(2) dari luas DAS bagian hulu sebesar 3.549 ha, seluruhnya merupakan tanah beresiko erosi (TBE) dengan tata guna lahannya didominasi oleh padang rumput seluas 1.549 ha (43,67 % luas bagian hulu), semak belukar seluas 1.149 ha (32,37 %), dan yang berupa hutan hanya seluas 267,19 ha (7,54 %). Hal ini disebabkan oleh:(1) tingginya angka tekanan penduduk terutama pada daerah hulu (TP>1); (2) mayoritas penduduk yang menghuni DAS Wanokaka merupakan penduduk miskin; (3) tingginya tekanan penggembalaan akibat sistem penggembalaan ternak secara lepas;(4) kemampuan daya dukung lahan (Carrying Capacity Ratio) yang telah melampui batas optimum (CCR <1);dan (5) dalam RTRW Kabupaten Sumba Barat 2011, terjadi inkonsistensi penentuan satuan wilayah pembangunan (SWP), terlihat dengan penetapan bagian hulu (SWP IV) sebagai kawasan pengembangan peternakan dan bagian hilir sebagai kawasan prioritas petanian tanaman padi (SWP III). Keadaan ini berpengaruh terhadap meningkatnya laju erosi dan kejadian banjir yang terjadi. Hasil penelitian merekomendasikan agar konservasi lahan pada bagian hulu DAS Wanokaka merupakan prioritas. Diperlukan perangkat peraturan daerah tentang batas wilayah hutan dan kesepakatan tentang sistem penggembalaan ternak di daerah ini. Dalam penentuan kebijakan pembangunan daerah perlu dipertimbangkan hasil analisis daya dukung DAS. Diperlukan adanya mekanisme koordinasi antar instansi dalam pengelolaan DAS. Program pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara efektif dengan sasaran penduduk desa yang berdomisili di sekitar kawasan hutan.

Catchment area of Wanokaka is one of the catchment area in Sumba Barat. The high level of erosion and flood at this area is indication that management of Wanokaka catchment area as an ecosystem has not been organized well. This study aims to describe the condition of management of catchment area at Wanokaka and to identify physical and social-economic factor influence it. With qualitative research method in “empirical analysis” paradigm, the study in this research are: (1) To study how is the condition of management of catchment area (2) To study the probability factors change the condition of management of catchment area. The variables of research include: (1) Variable of management of area and another unit such as, catchment area zone, slope condition, erosion risked soil, and soil capacity; (2) Social economic variable, such as demography, animal husbandry, and level of poverty; and (3) variable of relation between management of areas and space policy. The research shows that the large of Wanokaka’s catchment areas is 13.750 ha, the condition of area management arranged of (1) 1.266 ha forest (9,20% of the total catchment area), 2.263 ha underbrush (16,46%), 5495 ha grass plain (39,96%); (2) large of the upstream area is 3.549 ha, all of this area are erosion risked soil which management of the area dominated by 1.549 ha grass plain (43,67% of total upstream area), 1.149 ha underbrush (32,3%), and the forest is only 267,19 ha (7,54%). This situation is caused by (1) the high level of population pressure especially at the upstream area;(2) majority people live along the Wanokaka’s catchment area are poor; (3) the high level of herdsmen pressure caused by the system of free herd animal; (4) carrying capacity ratio has been on the maximum capacity. (CCR>1); and (5) in the RTRW of Resident Sumba Barat 2011, it is inconsistent to determine unit of area development as seen in the case of determining upstream as area of cattle breeding and the downstream as the area of rice farming priority. This situation influence the increase of the high level of the erosion and flood happened in this area. The research recommends to pay attention on conservation of areas at upstream more than the downstream. It needs an instrument of local government regulation on boundary of forest areas and an agreement with the herdsmen on treating their herd animal on this area. In determining policy of local development, it is important to consider the analysis of capacity of catchment area. It needs a mechanism of coordination among some institution to manage the catchment area. The erase the poverty should take place effectively on the population around the forest

Kata Kunci : Tata Guna Lahan,Daerah Aliran Sungai, the high level of erosion and flood, management of area, and social-economic condition


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.