Pengembangan energi alternatif Biofuel berbasis karet di Pontianak Propinsi Kalimantan Barat :: Studi kasus Optimasi proses pengambilan minyak karet

USMADI, Ir. Supranto, M.Sc.,Ph.D

2006 | Tesis | S2 Teknik Mesin (Teknologi Industri Kecil dan Mene

Biofuel adalah bahan bakar nabati, saat ini yang populer berbasis sawit, kelapa dan jarak, sementara yang berbasis karet belum dikembangkan. Padahal Indonesia merupakan negara yang memiliki perkebunan karet terluas di dunia yaitu sekitar 3,3 juta hektar. Khusus untuk Kalimantan Barat pada tahun 2003 terdapat 464.274 hektar, hingga pada tahun 2010 akan ada penambahan sebanyak 114.500 hektar, dan bahkan Pemerintah Daerah berencana mengembangkan hingga mencapai 1,2 juta hektar. Selain untuk bibit, biji karet dapat diambil minyak dan bungkilnya. Kandungan minyaknya antara 40 sampai 50 % dan merupakan minyak non pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimum dalam proses pengambilan minyak biji karet dengan cara pres hidraulik, dengan mempelajari pengaruh ukuran dan lama waktu pemasakan terhadap rendemen dan kualitas minyak karet yang dihasilkan. Variabel yang diteliti adalah ukuran rajangan 49/mesh, 196/mesh, dan 625/mesh serta bahan yang diblender tanpa mengukur butirannya, dengan lama waktu pemasakan 5 menit (suhu sekitar 95°C), 15 menit (suhu sekitar 100°C), dan 25 menit (suhu sekitar 105°C). Hasil yang optimal diperoleh, pada pengepresan rajangan biji karet dengan ukuran 196/mesh dan bahan rajangan biji karet yang diblender, rendemennya sebanding, yaitu sebesar 27,73 % atau sekitar 28 % pada lama waktu pemasakan 25 menit (suhu sekitar 105°C). Lama waktu pemasakan berpengaruh terhadap rendemen, akan tetapi tidak berpengaruh terhadap kualitas minyak yang dihasilkan. Kondisi optimum dalam proses pengambilan minyak ditentukan berbasis pada hasil penelitian bahan yang diblender, hal ini bertujuan untuk efektifitas proses pengambilan minyak biji karet. Hasil uji kualitas menunjukkan, sifat kimia dan sifat fisika dari produk minyak biji karet yang bahan bakunya diukur butiran/mesh dengan bahan yang diblender, pada kandungan asam lemak total, asam lemak bebas, densitas, viskositas, kadar air, kadar abu, kadar karbon dan nilai kalor, adalah sebanding. Hasil uji unjuk kerja, minyak yang dihasilkan dengan dicampur sebanyak 10 % dengan minyak tanah 90 %, diujikan sebagai minyak bakar pada lampu teplok, hasil pembakarannya sangat ramah lingkungan. Dengan rendemen yang diperoleh sekitar 28 %, maka biofuel yang dihasilkan dari luas lahan 464.274 hektar sebesar lebih kurang 8 juta liter/tahun. Dengan demikian Kalimantan Barat berpotensi mengembangkan biofuel berbasis karet

Biofuel is a natural fuel, familiarly comes from palm oil, coconut and castor, while the rubber-based biofuel has not been developed. In fact, Indonesia is a country which has the largest rubber plantation, about 3.3 millions of acres. Especially for West Kalimantan, in 2003 there were 114,500 acres of rubber plantation, and even the Local Government has planned to expand it into 1.2 millions of acres. Despite for the breeding, the rubber seed can produce oil and the residu. The oil contain in rubber seed is about 40 to 50%. The rubber seed oil belongs to non-edible oil. This research is aimed to get an optimum condition in the process of obtaining rubber seed oil with the hydraulic pressing, by exploring the effect of size and the length of the cooking process toward the yield and quality of the obtained rubber oil. The variables in this research are size of the cut rubber seed of 49/mesh, 196/mesh, 625/mesh and the crushed materials without measuring the grains, with the length of the cooking of 5 minutes (the average temperature is 95°C), 15 minutes (the average temperature is 100°C), and 25 minutes (the average temperature is 105°C). The result is optimally obtained with the 196/mesh of cut rubber seed and the crushed materials is equally to about 28 % with the length of the cooking time of 25 minutes (the average temperature is 105°C). The length of the cooking time has an effect to the yield, but there was no effect on the quality of the oil produced. The optimum condition in the oil processing depends on the crushed materials, it aims for increasing the efficiency of the oil process. The result of quality test shows that chemical and physical characteristics of the rubber oil with 196/mesh in size and with the crushed rubber seed, in the total fatty acids, free fatty acids, density, the viscosity, the water contain, the ash contain, the carbon contain and the heating value, are equal. To test the result about 10 % of the rubber seed oil is then mixed with 90 % of the kerosene, and used as a fuel in a lantern. The result shows that the burning process is environmentally friendly. With the rubber seed yield equals to about 28 %, the biofuel from the area of 464,274 acres is about 8 millions of liters per year. Therefor, West Kalimantan has potential in producing the rubber-based biofuel.

Kata Kunci : Biofuel,Minyak Biji Karet,Pres Hidraulik, Biofuel, Size, Length of cooking, Rubber seed oil, Yield, The potential of West Kalimantan