Pemodelan spasial penentuan agihan optimal ruang terbuka hijau kota berdasarkan basisdata spasial lingkungan kota memanfaatkan Sistem Informasi Geografis :: Kasus Kota Yogyakarta
GINTING, Feber Antarius, Dr. Hartono, DEA.,DESS
2006 | Tesis | S2 Penginderaan JauhTujuan penelitian ini adalah 1) Membangun Basisdata Spasial Lingkungan Kota menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) berdasarkan Citra Satelit Quickbird, Data Sekunder, dan Data Lapangan, 2) Menyusun Model Agihan Optimal RTH Kota berdasarkan Basisdata Spasial Lingkungan Kota, dan 3) Menerapkan Model Spasial Agihan Optimal RTH Kota dalam bentuk Peta Agihan Optimal RTH Kota Yogyakarta. Metode penelitian secara garis besar terdiri dari 4 tahap, yaitu 1) pengumpulan data primer dan data sekunder, 2) pembangunan basis data, 3) penyusunan model agihan optimal RTH kota, dan 4) penerapan model. Data primer yang digunakan adalah Citra Satelit Quickbird dan hasil pengukuran lapangan, sementara data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Parameter yang digunakan untuk membangun basisdata lingkungan kota adalah tingkat kenyamanan, jumlah dan jarak dari lampu merah, jumlah dan jarak dari persimpangan jalan utama, jarak terhadap LHR jalan utama, pencemaran udara dan suara per kategori pemanfaatan lahan, kebutuhan O2 penduduk kualitatif per kategori pemanfaatan lahan, RTH aktual, dan lahan potensial bagi RTH kota. Basisdata terdiri dari data spasial dalam format vektor dan data atribut berstruktur relasional. Model spasial dibangun dari 3 metode overlay yang berurutan, yaitu overlay berjenjang, berjenjang tertimbang, dan join spasial. Hasil penelitian antara lain 1) Citra Satelit Quickbird mampu menghasilkan Peta Pemanfaatan Lahan, Peta Jaringan Jalan, Peta RTH Aktual, Peta Lahan Potensial bagi RTH dengan ketelitian interpretasi berturut-turut 91,1%, 100%, 95,8%, dan 94,8%, 2) Sistem Informasi Geografis dengan menggunakan Citra Satelit Quickbird, data sekunder, dan data lapangan mampu membangun Basisdata Spasial Lingkungan Kota untuk Pemodelan Agihan Optimal RTH Kota, 3) Berdasarkan Peta Agihan Optimal RTH Kota Yogyakarta, maka daerah yang butuh RTH adalah 1022.9 ha, RTH aktual pada daerah tersebut 94,87 ha, dan lahan potensial bagi RTH untuk meningkatkan kualitas lingkungan pada daerah tersebut adalah 111,92 ha, dan 4) distribusi spasial daerah butuh RTH di Kota Yogyakarta adalah kawasan persimpangan dan ruas jalan utama, meliputi : 1) sebagian Jalan Laksda Adisucipto – sebagian Urip Sumoharjo – sebagian Jendral Sudirman – Pangeran Diponegoro – sebagian Kyai Mojo – Godean (hingga batas kota), 2) sebagian Jalan Kusumanegara – sebagian Sultan Agung, Ahmad Dahlan – Wirobrajan – Martadinata (hingga batas kota), 3) Jalan Menteri Supeno – Kolonel Sugiono – Mayjen Sutoyo – M.T. Haryono – Sugeng Jeroni, 4) Jalan Magelang, Prof. Dr. Herman Yohannes, Dr. Sutomo – Suryopranoto, Bausasran – Juminahan – Suryatmajan, Gadjah Mada, Mataram – Mayjen Suryotomo, 5) sebagian Jalan Hos Cokroaminoto – Kapten Tandean – Bugisan (hingga batas kota), sebagian Letjen Suprapto – Wahid Hasyim – sebagian Jalan Bantul, dan 6) sebagian Jalan Brigjen Katamso – Parangtritis (hingga batas kota)
The aims of this research are: 1) build city environment spatial database using GIS based on Quickbird Satellite Imagery, secondary data, and field data, 2) to arrange city green space optimal model based on city environment spatial database, and 3) apply the model in form of Yogyakarta City Green Space Optimal Map. Research method mainly consists of four steps, they are: 1) collecting primary data and secondary data, 2) building the database, 3) arrange city green space optimal model, and 4) apply the model. Primary data that used in this research are Quickbird satellite imagery and result of field measurement, while the secondary data obtain from the related institution. Parameter that used to build city environment database are comfortable level, the number and distance from traffic light, the number and distance from main road intersection, the distance from main road, air and noise pollution of each land use category, qualitative of inhabitant oxygen necessity of each land use category, actual green space, and potential land for green space. The database consits of spatial data in vector format and attribute data in relational structure. Spatial model was built from three overlay methods in sequence, they are rating method, weighted rating method, and join spatial method. The results of research are : 1) Quickbird imagery can produce Land Use Map, Road Network Map, Green Space Map, Potential Land for Green Space Map with accuracy interpretation in sequence are 91.1%, 100%, 95.8%, dan 94.8% 2) GIS using Quickbird imagery, secondary data, and field data is able to build city environment spatial database to model city green space optimal distribution, 3) Based on The Yogyakarta City Green Space Optimal Map, we can conclude the necessity green space area is 1022.9 ha, green space area in it 94.87 ha, and potential land for green space area in and around it is 111.92 ha, 4) distribution of the green space necessity area are main road and intersection. The areas are : 1) Laksda Adisucipto – part of Urip Sumoharjo – part of Jendral Sudirman – Pangeran Diponegoro – part of Kyai Mojo – Godean streets (to boundary city) , 2) part of Kusumanegara – part of Sultan Agung, Ahmad Dahlan – Wirobrajan – Martadinata streets (to boundary city), 3) Menteri Supeno – Kolonel Sugiono – Mayjen Sutoyo – M.T. Haryono – Sugeng Jeroni streets, 4) Magelang, Prof. Dr. Herman Yohannes, Dr. Sutomo – Suryopranoto, Bausasran – Juminahan – Suryatmajan, Gadjah Mada, Mataram – Mayjen Suryotomo streets, 5) Hos Cokroaminoto – Kapten Tandean – Bugisan (to boundary city), Letjen Suprapto – Wahid Hasyim – part of Bantul streets, and 6) part of Brigjen Katamso – Parangtritis streets (to boundary city).
Kata Kunci : Sistem Informasi Geografis,Pemodelan Spasial,Ruang Terbuka Hijau