Urutan kata dan perwujudan kata dan frasa dalam Bahasa Prancis dan Bahasa Indonesia
NURHAYANI, Ika, Prof.Dr. Soepomo Poedjosoedarmo
2006 | Tesis | S2 LinguistikPenelitian ini dimulai dengan pertanyaan mengapa kedua bahasa, yaitu bahasa Prancis dan bahasa Indonesia yang menurut pendapat umum memiliki urutan kata dominan dalam klausa yang sama, yaitu NVNN, dapat mempunyai perwujudan kata dan frasa yang berbeda. Perwujudan urutan kata dan frasa tersebut mencakup adanya penanda kasus pada nomina, persesuaian N1 dan V, imbuhan infleksi/registrasi pada verba, keberadaan bentuk pasif, dan urutan dan derajad keeratan frasa. Untuk menjawab pertanyaan ini digunakan metode penelitian tipologis baik secara sinkronis maupun diakronis sebagai dasar penelitian lintas bahasa. Analisis secara diakronis perlu dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai latar belakang terjadinya pola-pola dalam bahasa Indonesia dan bahasa Prancis tersebut. Kejelasan tersebut penting untuk mengetahui mengapa kedua bahasa tersebut mempertahankan wujud kata dan frasa tertentu dalam tatabahasanya. Dengan dasar penelitian tipologi, pertanyaan awal dijabarkan lagi ke dalam tiga permasalahan. Pertama, adakah hubungan antara perubahan urutan kata dalam bahasa Prancis dan munculnya perwujudan kata dan frasa yang ada dalam bahasa Prancis sekarang ini. Kedua, adakah hubungan kata antara perubahan urutan kata dalam bahasa Indonesia dan munculnya perwujudan kata dan frasa dalam bahasa Indonesia sekarang ini. Ketiga, adakah teori kesemestaan bahasa yang menjelaskan mengapa bahasa Prancis dan bahasa Indonesia memiliki perbedaan-perbedaan dalam perwujudan kata dan frasa. Langkah analisis yang pertama dilakukan adalah dengan perbandingan urutan kata dan perwujudan kata dan frasa dalam bahasa Prancis Kuno dan bahasa Prancis. Analisis yang kedua adalah perbandingan serupa antara bahasa Melayu Klasik dan bahasa Indonesia. Dengan kedua analisis tersebut, dapat diperoleh jawaban mengapa kedua bahasa yang nampaknya mempunyai urutan dominan yang sama, yaitu NVNN dapat memiliki perwujudan kata dan frasa yang berbeda. Analisis yang ketiga dilakukan dengan menerapkan teori tata bahasa semesta oleh Poedjosoedarmo dengan memperbandingkan perubahan sintaksis antara bahasa Prancis dan bahasa Indonesia dan melihat penyebab perwujudan sinkronis dan frasa yang masih dipertahankan dalam kedua bahasa tersebut. Teori tata bahasa semesta Poedjosoedarmo menyebutkan bahwa tata bahasa mengikuti prinsip hemat, jelas, dan nyaman. Berdasarkan hasil analisis, maka diketahui bahwa urutan kata bahasa Indonesia cukup ajeg, yaitu NVNN sedangkan urutan kata bahasa Prancis masih lebih fleksibel karena memperbolehkan susunan NNNV dengan N pronomina. Jadi bahasa Prancis memiliki alternatif urutan kata yang berlainan dengan bahasa Indonesia. Hal ini berpengaruh terhadap perwujudan kata dan frasa dalam kedua bahasa tersebut. Bahasa Prancis memiliki perwujudan kata dan frasa yang lebih padat dari bahasa Indonesia. Melalui perbandingan dengan bahasa Prancis Kuno dan bahasa Melayu Klasik, diketahui bahwa urutan kata selalu berpengaruh terhadap perwujudan kata dan frasa. Perubahan urutan kata diikuti oleh perubahan pada perwujudan kata dan frasa. Perubahan bertujuan untuk menciptakan keharmonisan dalam tata bahasa agar selalu hemat, jelas, dan nyaman. Penyimpangan-penyimpangan yang ada selalu mempunyai alasan yang dilandas i oleh prinsip tata bahasa tersebut. Berdasarkan penemuan-penemuan pada penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan akhir sebagai berikut: a) Secara diakronis, perubahan sintaktik dalam bahasa Prancis dan bahasa Indonesia mengarah pada teori tata bahasa semesta Poedjosoedarmo yang menyebutkan bahwa setiap tata bahasa mengikuti prinsip hemat, jelas, dan nyaman. Perubahan pada urutan kata akan diikuti perubahan pada perwujudan kata dan frasa agar tatabahasa dapat mengikuti prinsip -prinsip tersebut. b) Secara sink ronis, bentuk-bentuk dalam bahasa selalu mempunyai tujuan dan tidak siasia. Tidak ada bentuk sinkronis dalam bahasa Prancis dan bahasa Indonesia yang tidak berguna untuk mendukung tata bahasanya. Semuanya memiliki fungsi dalam sintaksis kedua bahasa tersebut. c) Perbedaan-perbedaan dalam bahasa Prancis dan bahasa Indonesia disebabkan oleh usaha kedua bahasa ini untuk menjaga keharmonisan antara urutan kata dengan perwujudan kata dan frasa agar tercipta tata bahasa yang hemat, jelas, dan nyaman.
The research was instigated by a question on how French and Indonesian, which commonly assumed to display the same dominant word order NVNN, have different word and phrase performance. The performance of word and phrases can be specified into the existence of case markers, agreement between N1 and V, inflectional and registrational affixes, passive voice, and the order and compactness of the phrases. To answer the question, the research was conducted by using typological research methods, both synchronic and diachronic ones. The diachronic method was particularly useful to get a better understanding on the background of differences in French and Indonesian. It could explain why the two languages maintain particular performance of words and phrases. Based on the method, the initial question can be further specified into three comprehensive questions. First, the question is about the types of word order and its implication on French and Indonesian. Second, we can ask whether the change of word order in French and Indonesian provoke the present word and phrase performance in French. Third, we can elaborate the question by looking for the principles of universal grammar which explain the changes of word order and phrase performance in French and Indonesian and the cause of differences in the present performance. The first analysis was conducted by examining the word orders and its implication on the word and phrase performance in French and Indonesian. The second analysis was conducted by comparing the word order and phrase performance in French and Indonesian with their older versions, Old French and Classical Malay and examining the cause of the maintenance of certain word and phrase performance in the present languages. Both of the analysis could explain why French and Indonesian, apparently having the same dominant word order, show differences in the word and phrase performance. Based on the principles of universal grammar of Poedjosoedarmo, the third analysis was conducted by comparing syntactical changes in French and Indonesian and examining the cause of the maintenance of particular word and phrase performance in the present languages. The principles of universal grammar explain that grammar must be brief, clear and easily managed. The analysis reveals the fact that Indonesian tends to display rigid word order, NVNN. On the other hand, French word order is more flexible and has VNNN as minor word order. This difference influences the performance of word and phrases in the two languages. Compared to Indonesian, French words and phrases are more compact. Comparison between the two modern languages and their older versions, Old French and Classical Malay shows that changes in word order are followed by changes in the performance of words and phrases. The changes are directed to fulfill the principles of universal grammar. Deviances of these principles are always purposeful and in line with them. Based on the findings, we can formulate the following conclusions: a) Diachronically, syntactic changes in French and Indonesian which led to changes of word and phrase performance were motivated by the principles of universal grammar to create a brief, clear, and easily managed grammar. b) Sinchronically, all forms in French and Indonesian is always purposeful and not redundant c) The differences in French and Indonesian were instigated by the need to maintain harmony between word order and the performance of word and phrases and create a brief, clear, and easily managed grammar.
Kata Kunci : Bahasa Perancis dan Bahasa Indonesia,Tata Bahasa,Kata dan Frasa,Word Order, Word and Phrase Performance, French, Indonesian