Lembaga Saniri dalam penyelesaian konflik komunal :: Studi tentang peranan Lembaga Saniri dalam penyelesaian konflik komunal di Wai Ety Kabupaten Seram Bagian Barat
CORPUTTY, Ferdinand, Amalinda Savirani, SI.P.,MA
2006 | Tesis | S2 Ilmu Politik (Politik Lokal dan Otonomi Daerah)Kehidupan Masyarakaat Patalima di wilayah adat Saniri Wai Ety yang dikenal sebagai suku bangsa Alifuru mempunyai beberapa karakteristik budaya yang tetap dipelihara dan dijunjung oleh masyarakat di kabupaten Seram Bagian Barat adalah Pela, Gandong, Sasi, dan Saniri. Namun yang sangat menonjol adalah Saniri yang merupakan forum tertinggi lembaga adat dalam pengambilan keputusan yang menghasilkan produk hukum yang mengikat dan mengatur kehidupan masyarakat. Dalam mengimplemntasikan kembali nilai-nilaii kultural yang ada dalam masyarakat, maka dengan melihat pada konflik yang terjadi pada 19 Januari 1999 di Ambon dan merambat kepulau-pulau lain di kepulauan Maluku, termasuk masyarakat adat di wilayah Wai Ety telah mempoirak-porandakan sendi- sendi kehidupan masyarakat. Mencermati kondisi ini maka, masyarakat Patalima di wilayah Wai Ety melaksanakan saniri pada wilayah adat Batang Air Ety karena pada saat itu suhu konflik tertinggi di Kabupaten Seram Bagian Barat, terdapat di wilayah Wai Ety dan dihadiri pula oleh mereka dari wilayah Wai Tala dan Wai Sapalewa yang berlangsung pad tanggal 14 Oktober tahun 2000 disertai dengan minum air sumpahan pada akhir kegiatan saniri. Keputusan Saniri dipatuhi oleh semua lapisan masyarakt ( Islam, Kristen) yang hadir maupun tidak. Dengan berlangsungnya Saniri ini, maka konflik komunal di daerah kabupaten Seram Bagian Barat berakhir. Hal ini menunjukkan bahwa pranata adat yang dibangun oleh leluhur harus dipertahankan sebai modal sosial. Untuk memaparkan bagaimana regulasi dan sistem kekerabatan dalam mempengaruhi kepentingan politik yang ada dalam masyarakat dan birokrasi, maka penelitian ini menggunakan metode Survei dan Deskriptif. Dengan teknik pengumpulan data berdasarkan wawancara dengan tokok adat, agama, raja/ kepala desa, birokrasi, sejarawan di kabupaten Seram Bagian Barat. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa masyaraka Wai Ety memiliki modal dasar sebagai suatu masyarakat yang selama ini merindukan tatanan yang baik dan menganggap manusia lain sebagai saudara sekalipun mereka berbeda keyakinan. Modal dasar ini merupakan imbangan tepat bagi manusia lain yang terkadang egois dan mau menang sendiri. Sikap mencintai tanah kelahiran yang aman dan damai juga menjad modal bagi di tinggalkannya cara-cara kekerasan dan konflik fisik menjadi penyelesaian yang lebih menjamin tidak timbulnya korban dan memberi pengaruh dalam jangka panjan. Selain memiliki sifat dan cita-cita yang sejalan dengan upaya mewujudkan keharmonisan dan menjauhi konflik, saniri sebagai kapasitas modal sosial masyarkat Wai ety secara signifikan telah tersedianya perangkat berupa institusi dan mekanisme yang menunjang. Kesimpulan penelitian ini, bahwa masyarakat adat di wilayah Batang Air Ety sangat mendambakan perdamaian dan keamanan diwilayahnya dan senantiasa berupaya secara aktif untuk melaksanakan perdamaian sekaligus mengakhiri konflik komunal diwilayah tersebut dengan pendekatan adat melalui Lembaga Saniri. Sedangkan saran yang disampaikan kepada pemerintah kabupaten Seram Bagian Barat agar; 1. dapat melestarikan budaya yang ada di wilayah Seram Bagian Barat, termasuk formulasi lembaga-lembaga adat sebagai bagian dari kearifan lokal. 2. Para pemuka agama dan tokoh adat agar dapat melanjutkan dialog yang lebih luas dalam memupuk kerukunan antar umat beragama.
Live of Patalima society in the local custom’s region of Saniri Wai Eti so-called Alifuru’s tribe has some cultural characteristic which is accomplished-long lasting and respected by the society, as mentioned as Pela, Gandong, Sasi and Saniri. However, Saniri has more certain role in order to restrain the conflict of Mollucan. Saniri is a boarding of local custom which has a part of making decision and local jurisprudent which is bundling and regulating society. Actually, the Mollucan ‘s conflict which happened in January 19th 1999 and spread in all regions of Mollucan included the local region of Wai Ety had been destructing the eternal life of society. Conscientiously, People of Patalima-Wai Ety referred to accomplish Saniri in the region of Tiga Batang Air Ety ( Three water’s stem of Ety). However, the high résistance of Mollucan’s conflict held in the administrative district of West’ Seram (Seram Bagian Barat – SBB). The Saniri’s meeting held in October 14th, 2000 which is attendant by the communities of Wai Tala and Wai Sapalewa who were drinking an “Oath promise’s water†The Saniri’s decision is obeyed by all community (Muslim and Christian) which attendant or did not. However, The Saniri already gives contribution to restrain communal conflict of Mollucan in West Seram. It was appeared that the local custom’s regulation which built by the ancestors should be endured as a model of social behavior. In order to describe the regulation and brotherhood systems influences to political interests in the society and bureaucracy, than, this research uses the observation and description methods which have data’s collection base upon interviews with many prominent figures of local custom, religious leaders, government’s officers, bureaucrats, historiographers in West Seram. The result appears that wai Ety communities has a social model as a community who wanting for better system which has reciprocal and equal relationship among them. This social model is an equal model in human being’s relationship. Loving for peacefulness’ homeland is a futurity model to be a guarantee for restrains violence and conflict. Beside to create harmony and conflict’s resolution, Saniri is also the capacity of social model of Wai Ety’s community which significantly, had has institution and mechanism’s qualifications. Finally, local community of the Water’s stems of Ety need Peace and security and actively develops peace-building to ending the communal conflict with the Saniri’s contributions. Therefore, as suggestions to the government of West Seram: First, hopefully the governments will keeps local culture involves many local’s institutions as a part of local wisdom. Second, the religious and local custom leaders would like to initiated and created correlative inter-religious dialogues
Kata Kunci : Konflik Komunal,Saniri,Kearifan Lokal, communal conflict, Saniri, local cultural wisdom