Masjid yang terbelah di Gunung Sari :: Tarik-menarik antar aliran Islam dalam masyarakat Jawa
SALEHUDIN, Ahmad, Prof.Dr. Irwan Abdullah
2006 | Tesis | S2 Ilmu Perbandingan AgamaGunung Sari adalah sebuah dusun yang semua penduduknya beragama Islam. Pada awalnya di Gunung Sari hanya ada satu langgar dan semua penduduknya berpaham Islam-NU. Masuknya kelompok Islam lain secara drastis telah merubah wajah Islam di Gunung Sari. Dari hanya satu rombongan Islam berubah menjadi tiga rombongan Islam yaitu rombongan NU, Muhammadiyah dan Islam Tauhid. Langgar yang pada awalnya sebagai tempat beribadah dan pertemuan semua masyarakat Gunung Sari di robohkan, kemudian dibangun tiga buah masjid yaitu Masjid Zuhud milik Islam Tauhid, masjid Miftahul Huda milik NU, dan masjid al-Ikhlas milik Muhammadiyah. Adanya tiga rombongan keagamaan dan tiga masjid menunjukkan adanya perbedaan ekpresi ke-Islaman di Gunung Sari. Penelitian ini secara khusus akan membahas tiga hal, yaitu: bagaimana ekpresi keberagamaan masyarakat Gunung Sari, bagaimana ekspresi keberagamaan tersebut mempengaruhi interaksi sosial-keagamaan masyarakat, dan bagaimana ekspersi keberagamaan tersebut di konstruksi. Dengan meneliti ketiga hal tersebut, maka diharapkan penelitian ini dapat menghadirkan beragam konsep “kebenaran†yang dipahami oleh masyarakat dan bukan dengan meminjam pandangan orang luar. Secara lebih luas penelitian ini akan melihat kembali konsep Islam sinkretis yang disematkan kepada Islam, khususnya Jawa, seperti yang diungkapkan oleh Geertz, Mulder, dan Beatty. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan data dianalisis secara diskriptik-analitik. Data dikumpulkan, diolah dan di analisis secara bertahap (multistage dan multilevel) dengan sampel perposif. Teknik yang dipakai meliputi: dokumentasi, observasi, dan wawancara mendalam (in-depth interview). Dalam penelitian ada beberapa teori yang diagunakan yaitu: agama sebagai sistem kebudayaan (Geertz), konstruksi sosial (Berger), dan ekpresi Keberagamaan (Wach). Penelitian dilakukan antara bulan Oktober 2005 sampai bulan Mai 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk ekspresi keberagamaan masyarakat Gunung Sari baik secara pemikiran seperti upacara-upacara lingkaran hidup, ritual dan persekutuannya yang terbentuk menjadi NU, Muhammadiyah dan Islam Tauhid merupakan respon terhadap realitas mutlak (Allah). Perbedaan paham keagamaan mempunyai pengaruh terhadap interaksi sosialnya seperti adanya ungkapan: wong ora duwe akhlaq (orang tidak punya ahlak), wong jowo ora njwani (orang jawa yang tidak bertingkah laku jawa), dan panganene asu (makanan anjing). Ekpresi keagamaan tersebut dipengaruhi oleh konstruksi social keberagamaan yang dilakukan oleh elit agama terutama bagaimana mereka memahami teks-teks suci, warisan ulama salaf, dan bagaimana mereka melihat hubungan antara agama dan tradisi lokal. Tak pelak, perbedaan pemahaman keagamaan telah melahirkan beragam wajah Islam dan pada saat bersama melahirkan beragam jenis orang taat.
Gunung Sari is a hamlet where all citizens are Muslim. In the beginning, Gunung Sari society was Islamic-NU followers and only had a langgar. However after other Islamic groups entered, the Islamic expression has also changed sharply. The one Islamic group become three Islamic groups that are: NU, Muhammadiyah, and Islam Tauhid. The Langgar that functioned as both a praying place and a meeting plan for all Gunung Sari citizens was destroyed, then they have developed there mosques that are: Zuhud Mosque of Islam Tauhid, Miftahul Huda Mosque of NU and al-Ikhlas Mosque of Muhammadiyah. Those Islamic groups and mosques show that there are different Islamic expressions in Gunung Sari. This research will elaborate three points which are: what are the religious expressions at Gunung Sari citizens? How do the expressions influence the religious interactions? And how have the religious expressions been constructed? By elaborating on those questions, this research is able to show the plural concept of truth in religiosity as understood by citizens of Gunung Sari not by outside opinions. Widely this research will look again at the concept of Islamic syncretism that is attributed to the Islamic, especially in Java, that was promoted by Geertz, Mulder, and Beatty. For achieving the purposes, this research uses a qualitative approach and data will be analysed through descriptic analytic methods. The data collected, processed, and analysed through multistage and multilevel ways using purposive sampling. The ways for collecting data are documentation, observation, and indepth interview. This research also uses some theories that are religion as system of culture (Clifford Geertz), social construction (Peter L. Berger) and religious expression (Joachim Wach). Duration of the research was eight months from October 2005 until May 2006. The results of research show that the form of religious expression of Gunung Sari citizens both in thought, ritual, and community that are shown in ceremony, rites of passage and to be NU, Muhammadiyah and Islam Tauhid, are forms of response to ultimate reality (Allah). The differences in religious concepts among society have influenced religious social interaction that is expressed through words like wong ora duwe akhlaq (amoral people), wong jowo ora njwani (Javanese that are unjavanese), and panganene asu (dog food). The religious expressions have been influenced by religious social construction which is done by religious leader (elite), especially how they understanding sacred texts, inheritance of Islamic scholar, and how they look at connection between religion and local tradition. Indeed the differentiations of religious understanding have constructed many faces of Islam and also many kinds of pious people.
Kata Kunci : Interaksi Sosial,Keagamaan,Keberagaman, religious expression, religion-social interaction, and religious social construction