Sistem pengendalian inventori di Instalasi farmasi RSUD Sanjiwani Gianyar Bali
YUDIARTA, Gede, Prof.dr. Hari Kusnanto, DrPH
2006 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat (Manajemen Rumah SakiLatar Belakang: Rumah sakit sebagai salah satu penyelenggaraan upaya kesehatan diperlukan perbekalan kesehatan yang meliputi sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sedangkan sediaan farmasi meliputi obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Dalam mendukung kelancaran kegiatan instalasi farmasi rumah sakit diperlukan penerapan sistem informasi manajemen farmasi yang berbasis komputer. Pemanfaatan teknologi komputer dalam mengelola farmasi diharapkan pula berguna bagi kepentingan karyawan dan manajerial untuk memberikan kemudahan, kecepatan dan ketepatan pelayanan bagi pengguna jasa rumah sakit. Tujuan: Keberhasilan penerapan sistem informasi di instalasi farmasi RSUD Sanjiwani Gianyar Bali dalam upaya efisiensi pelayanan farmasi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian non experiment dengan rancangan studi kasus dan memakai pendekatan metode kualitatif. subyek penelitiannya adalah karyawan yang terkait dengan kegiatan instalasi farmasi yaitu: kepala instalasi farmasi, apoteker, asisten apoteker, penanggung-jawab gudang farmasi, kasir, pengelola sistem informasi, panitia farmasi terapi dan penerima barang. Data diperoleh dengan wawancara mendalam, observasi dan penelusuran dokumen. Data yang terkumpul kemudian dilakukan koding untuk memperoleh organisasi data. Data yang sudah diorganisasi akan dianalisis kemudian disajikan secara deskriptif. Hasil: Sebagian besar responden berpendapat bahwa pengendalian inventori di instalasi farmasi dari menentukan pilihan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian masih ditemukan kelemahan. Sistem informasi yang diharapkan dapat membantu pekerjaan pengelolaan tidak berjalan sebagai mana mestinya. Jumlah ketenagaan dan kemampuan karyawan di instalasi farmasi belum memenuhi standar kompetensi pelayanan farmasi rumah sakit. Mekanisme pengelolaan inventori terbelenggu oleh alur birokrasi dan peraturan perundang-undangan sehingga menghambat pelayanan farmasi kepada masyarakat. Komunikasi antara direksi, staf dan pihak yang terkait belum optimal yang dapat mengganggu kinerja rumah sakit. Kesimpulan: Pengendalian inventori farmasi dengan memanfaatkan teknologi informasi hanya bisa berfungsi untuk transaksi pembayaran saja, karena semua subsistem yang ada belum berjalan sebagaimana mestinya. Pembentukan teamwork untuk mengembangkan desain sistem yang dapat menghasilkan efisiensi dalam pengelolaan farmasi.
Background: A hospital is one of health service providers which require pharmaceutical, medical supplies and equipments. Pharmaceutical supplies consist of drugs, drug materials, traditional medicine and cosmetics. The implementation of computer-based pharmacy management information system is needed to support hospital pharmacy department activities. Use of computers in the management of pharmacy is expected to be beneficial both for staff and the management to provide convenient, prompt and accurate service for customers of the hospital. Objective: To identify the implementation of information system at pharmacy department of Sanjiwani District Hospital, Gianyar Bali. Method: The study was qualitative non experimental with a case study design. Subject of the study were staff in charge of pharmacy department activities consisting of head of pharmacy department, pharmacists, pharmacy assistants, head of pharmaceutical warehouse, cashier, information system managers, committee of therapeutic pharmacy, and recipient of supplied goods/drugs. Data were obtained from indepth interview, observation and document retrieval. Data gathered were coded to get structured data which were then analyzed and presented descriptively. Result: The majority of respondents said that inventory control at the pharmacy department including determining choices, procurement, storage and distribution were relatively weak. Information system which was expected to help managerial jobs did not function properly. The member and capacity of staff at the pharmacy department had not yet met the competency standard of hospital pharmaceutical service. Mechanism of inventory management was constrained by bureaucracy and regulation therefore it hindered pharmaceutical service to the community. Communication between directors, staff and other related units was not optimum consequently it disrupted hospital performance. Conclusion: Pharmaceutical inventory control using information technology was functional only for billing purposes however, this billing subsystem was not linked to other managerial function. There was a need to establish teamwork to develop system design which could produce efficiency in the pharmacy management.
Kata Kunci : Instalasai Farmasi,Pengendalian Inventori