Dendang Darek :: Alternatif pengembangan cara menyanyi tradisional ke cara menyanyi yang sesuai dengan kaidah fisiologi
PROEHOEMAN, Siti Chairani, Promotor Prof.Dr. R.M. Soedarsono
2006 | Disertasi | S3 Ilmu HumanioraDalam dunia musik vokal tradisional Dendang Darek, jika diamati sepintas lalu mempunyai persamaan dengan bentuk-bentuk musik vokal tradisi Minangkabau yang lainnya. Persamaan ini terutama terdapat pada bentuk pertunjukannya yaitu bagurau samalam suntuak (bergurau semalam suntuk) yang telah berkembang di kalangan masyarakat Minangkabau sejak dahulu. Perkembangan semacam ini, sampai kini masih jelas kelihatan. Secara garis besar, pertunjukan bagurau samalam suntuak ini, memang sangat diminati, dan merupakan salah satu bentuk pertunjukan musik tradisional yang populer di kalangan masyarakatnya. Fenomena ini sangat unik dan menarik untuk diteliti apakah ada kemungkinan alternatif pengembangan cara menyanyi tradisional ke cara yang sesuai dengan kaidah fisiologi. Khususnya, oleh karena pada pertunjukan bagurau samalam suntuak si pendendang (penyanyi) berdendang sambil mengimprovisasi pantun terus menerus semalam suntuk kira-kira selama 8 jam. Pada proses cara menyanyi yang didasari oleh natural habit setelah selama 8 jam, ternyata fungsi organ-organ vokal kerap tidak responsif secara normal, oleh karena yang terjadi pada situasi seperti ini adalah vocal abuse. Ternyata berdasarkan laporan yang diperoleh, terdapat sejumlah pendendang yang rusak suaranya. Berdasarkan observasi dicermati, pendendang Darek yang menyanyi pada acara bagurau samalam suntuak memang menanggung risiko vocal abuse, sebaliknya tidak melakukan antisipasi upaya pencegahannya yang mungkin belum pernah terpikirkan. Disertasi ini adalah upaya alternatif pengembangan cara menyanyi yang merupakan suatu tawaran cara menyanyi yang sesuai dengan kaidah fisiologi terhadap cara menyanyi tradisional Dendang Darek. Walaupun cara menyanyi tradisional Dendang Darek adalah cara yang didasari oleh natural habit yang diwariskan turun temurun dan dipraktikkan oleh para pendendang ibarat the untaught layman, ternyata natural habit tidak selalu naturally correct. Namun demikian, pencegahan vocal abuse adalah faktor yang sangat penting. Hal tersebut penting, oleh karena kualitas ton (suara) yang bersih dan memiliki power suara adalah kriteria suara seorang pendendang Darek (penyanyi) yang baik di Minangkabau yang dinilai oleh para penonton tradisional. Adapun upaya ini bukanlah semata-mata oleh karena adanya aplikasi teknik menyanyi yang lain, melainkan lebih merupakan upaya pendekatan cara menyanyi yang didasari oleh kaidah-kaidah fisiologi. Kriteria kualitas suara seorang pendendang Darek yang baik seperti yang tersebut di atas hanya dapat dihasilkan apabila proses mekanisme vokal sesuai dengan kaidah fisiologi. Suara manusia adalah fenomena fisiologi dan proses fonasi adalah suatu aktivitas fisiologi, maka cara menyanyi yang mekanismenya sesuai dengan kaidah fisiologi jelas dapat dianalisis secara ilmiah. Apabila cara tersebut dapat dibahas secara ilmiah, maka sudah barang tentu cara tersebut adalah cara yang dapat dipelajari. STSI Padang Panjang sebagai suatu perguruan tinggi seni, jelas mempunyai persepsi ilmiah mengenai cara menyanyi dengan diadakannya kelas Olah Vokal di Jurusan Karawitan. Alternatif pengembangan cara menyanyi melalui pendekatan yang ilmiah terhadap cara menyanyi tradisional akan memperluas pengetahuan yang dapat ditujukan untuk memperoleh skill cara menyanyi yang tepat, efisien dan sehat. Namun demikian, bukan berarti dengan mengaplikasikan alternatif cara menyanyi yang sesuai dengan kaidah-kaidah fisiologi akan merubah ciri khas tradisional gaya musik Dendang Darek. Juga bukan berarti, bahwa cara menyanyi yang sesuai dengan kaidah-kaidah fisiologi yang biasanya dianggap sebagai ‘classical training’ adalah cara yang hanya dimanfaatkan secara eksklusif untuk training literatur musik klasik (Barat). Justru sebaliknya, apabila teknik vokal yang sesuai dengan kaidah-kaidah fisiologi diaplikasikan dengan tepat, maka proses bernyanyi pada penyajian Dendang Darek dapat dieksekusikan dengan mudah. Hal tersebut demikian, oleh karena kapasitas seorang penyanyi untuk memanifestasikan sensitivitas emosionalnya tergantung pada functional freedom of tone production. Gaya bentuk musik tradisional Dendang Darek dapat dipelajari, sama seperti setiap gaya bentuk musik yang lain dapat dipelajari, sedangkan interpretasi penyajian gaya musik adalah suatu kontribusi pribadi yaitu bakat dan struktur anatomi yang merupakan tekstur personalitas sebagai sumber tekstur tonalnya. Salah satu contoh dari hasil-hasil eksperimen yang dilakukan, sebagai model eksperimen adalah tiga alumni Jurusan Karawitan STSI Padang Panjang mendendangkan repertoar Dendang Darek yang sama. Salah satu di antaranya telah menjalani training vokal selama satu semester di tahun 2000. Pendendang berlatar belakang training vokal selama satu semester menyatakan mampu berdendang lebih baik, lebih mudah ketika masih dalam periode training, ternyata sekarang mengalami permasalahan vokal, dan proses bernyanyi tidak semudah seperti dulu oleh karena memang tidak melakukan training vokal lagi. Si pendendang menyatakan berdasarkan pengalamannya, bahwa training vokal selama satu semester tidak cukup untuk memperoleh basic singing skill. Hasil-hasil eksperimen membuktikan, bahwa teknik vokal yang tepat dapat dipelajari melalui proses pembelajaran untuk memperoleh cara menyanyi yang efisien dan kondisi patologis yang sehat, yang berbeda dari cara menyanyi tradisional Dendang Darek yang didasari oleh natural habit yang tidak selalu naturally correct. Apabila permasalahan vokal muncul tanpa penanganan yang tepat, maka kondisi tersebut menjadi suatu faktor yang merugikan di antara para pendendang. Adapun alternatif pengembangan cara menyanyi yang sesuai dengan kaidah-kaidah fisiologi yang ditawarkan terhadap cara menyanyi tradisional Dendang Darek adalah langkah yang baru melalui pendekatan ilmiah yang sebelumnya mungkin belum pernah diaplikasikan untuk disiplin literatur musik etnis di Jurusan Karawitan di mana pun jua. Namun demikian, disertasi ini memang secara khusus diteliti dan disesuaikan berdasarkan kompas vokal dan tingkat kesu;itan literatur musik vokal tradisional Dendang Darek yang berkemungkinan bisa dimanfaatkan di waktu yang akan datang sebagai salah satu upaya memperoleh cara menyanyi yang tepat, efisien dan yang sehat. Alternatif pengembangan cara menyanyi yang sesuai dengan kaidah-kaidah fisiologi merupakan langkah baru dan vital sebagai salah satu upaya pemeliharaan dan pengembangan cara menyanyi tradisional Dendang Darek khususnya dan Seni Musik Vokal Tradisional Minangkabau pada umumnya.
There are so many forms in the Minangkabau traditional vocal music which have some similarities in their aspects with Dendang Darek. The similarities are mainly apparent in the presentation style of its performance known as bagurau samalam suntuak (all night long amusement), which had developed in the society of Minangkabau, and has continued to the present days. From a general point of view, it seems that bagurau samalam suntuak is a form of traditional performance very much loved by its people. A research of this unique cultural phenomenon is very interesting to conduct to acquire an answer, whether the traditional singing approach had some strong influences in their development from the singing approach based on the physiological law of tone production. On the occasion of bagurau samalam suntuak, the singer (pendendang) sings and improvises pantun (quatrains) continuously for as long as about eight hours during the night. In the process of singing continuously based on natural habit after eight hours, obviously the function of the vocal organs is not as responsive as it normally should, and the beginning of vocal abuse is apparent with this condition. According to the report, there are quite a number of singers (pendendang) who lost their singing voice. As observed, that pendendang Darek no doubt takes the risk of vocal abuse, even though the prevention of vocal abuse is a subject that has not entered his mind. This dissertation is an effort of alternative singing approach which offers the choice of another approach based on the physiological principles. Even though the traditional Dendang Darek singing approach based on the natural habit is inherited through generations as practiced as the untaught layman by the traditional singers, and the fact that natural habit is not always naturally correct, yet the prevention of vocal abuse is a very important factor. A ‘well projected voice (with power) with a clean tone quality’ is the criteria of a good pendendang Darek (singer) in Minangkabau judged by the traditional audience. Yet, this effort is not simply to show the existence of a different approach of singing technique, but it is mainly an effort to introduce the application of the physiological mechanism of tone production. The fact, that the above criteria of a good vocal quality of a pendendang Darek could only be achieved, unless the singing mechanism is according to the physiological law. The human voice is a physiological phenomenon and the process of phonation is a physiological activity, it is therefore the approach to singing mechanism based by the physiological law can be analyzed scientifically. When the singing mechanism can be analyzed scientifically, it means that it could be acquired by learning. It can therefore be assumed, that the above perception can lead to the improved development of the traditional singing approach to the physiological singing approach. STSI Padang Panjang as an art institution of higher learning, its scientific perception of singing mechanism is demonstrated by the essential need of vocal training in Voice Class at Jurusan Karawitan STSI Padang Panjang. The application of the scientific approach is intended to influence the traditional approach to singing, to broaden its perspective on the prevention and remedy of vocal abuse to gain an efficient and healthy singing approach. Nevertheless, it is not intended to change the characteristic of the traditional music style of Dendang Darek. The vocal technique based on the physiological law usually considered as the so-called “classical training†should not be applied exclusively for Western classical music literature, since any type of singing is basically a physiological activity. This is the main reason why the singing performance of Dendang Darek could be executed effortlessly with the application of a correct singing technique. Realistically, the singer’s capacity to manifest his or her emotional sensitivities depends on the functional freedom of tone production. On the other hand, the style of music of Dendang Darek could be acquired through a learning process, just like any other type of style of music that can also be acquired through a learning process. However, after both technique and style have been acquired, the interpretation of music style is a contribution of personal endowments that constitutes the texture of his or her personality as source of ultimate tonal texture. The conducted experiment proves that the singing execution becomes easier and with less effort with the application of correct technique. As experimental model, three graduates of Ethnomusic major STSI Padang Panjang were asked to sing the same Dendang Darek repertoire, and only one of them has received a semester of formal Voice training in the year of 2000. The singer (pendendang) with a semester of formal Voice training background claimed to sing (berdendang) technically better during the period of Voice training, unfortunately under the circumstances of not training the voice since quite some years ago, no longer sings as easy as during the period of training. The pendendang stated that a semester of Voice training is insufficient to acquire the basic singing skill. The experiment proves that a correct singing technique can be acquired through learning process to gain an efficient singing approach and pathologically healthy voice, which is different from the traditional singing approach of Dendang Darek based on natural habit, that not necessarily always naturally correct. It is to their disadvantage when unattended vocal problem arises. The singing technique based on the physiological laws is an alternative approach to the traditional singing approach of Dendang Darek, a new scientific step or approach that probably has not yet been applied for ethnic music literature at Ethnic Music Department anywhere. However, the dissertation on the alternative singing approach based on the physiological laws is researched only within the vocal compass and the degree of difficulties of the vocal literature of Dendang Darek. Therefore, it is a vital new step to acquire a basic skill of a correct, efficient and healthier singing approach in particular for the preservation of the traditional singing of Dendang Darek, and for the development of the traditional vocal music of Minangkabau in general.
Kata Kunci : Dendang Darek,Musik Vokal Tradisional,Dendang Darek