Kasidah Burdah Al-Bushiry dan popularitasnya dalam berbagai tradisi :: Suntingan Teks, terjemahan, dan Telaah Resepsi
MANSHUR, Fadlil Munawwar, Promotor Prof.Dr. Siti Chamamah Soeratno
2007 | Disertasi | S3 Ilmu Humaniora (Ilmu Sastra)Kasidah Burdah adalah karya sastra Arab populer yang dicipta oleh al- Bûshîry di Mesir pada abad ke-13 Masehi. Al-Bûshîry hidup pada masa transisi perpindahan kekuasaan dari Dinasti Ayyubiyah ke Dinasti Mamlûk Bachry. Masa ini adalah masa pergolakan politik yang terus-menerus terjadi, kemorosotan akhlak melanda hampir seluruh negeri, para pejabat pemerintahan mengejar kedudukan dan kemewahan. Pada masa yang suram inilah kemudian muncul Kasidah Burdah sebagai reaksi terhadap situasi politik, sosial, dan budaya yang terjadi pada masa itu. Al-Bûshîry menyusun kasidahnya tersebut dimaksudkan agar umat Islam mencontoh kehidupan Nabi dalam mengendalikan hawa nafsu dan kembali kepada ajaran Alquran dan Hadis. Kasidah Burdah adalah karya sastra Arab masa lampau yang mendapat sambutan besar dari masyarakat sastra di dunia dari abad ke abad. Kemunculan Kasidah Burdah pada masa Dinasti Mamlûk dipandang memiliki sejarah yang unik karena budaya dan sastra Arab pada masa itu, setelah mengalami kemajuan besar pada masa sebelumnya, kemudian pada separoh kekuasaan Dinasti Mamlûk mengalami kemundururan secara kualitatif. Kemunculan Kasidah Burdah pada masa kemunduran ini dipandang sebagai cahaya yang menyinari umat manusia yang hidup di tengah kegelapan. Kasidah Burdah ditinjau dari sisi ekspresif termasuk genre puisi perasaan, yaitu ungkapan perasaan penyairnya (al-Bûshîry) yang dicurahkan kepada Nabi, sedangkan ditinjau dari sisi objektif termasuk puisi cerita, yaitu teks yang bercerita tentang pujian penyair kepada Nabi Muhammad saw. Adapun dari segi bentuk, Kasidah Burdah termasuk puisi tradisional yang terikat dengan aturan rima (wazan) dan qâfiyah. Dilihat dari sudut latar dan komunitas penyambut, Kasidah Burdah dapat dianggap sebagai karya sastra keagamaan yang mendapat sambutan masyarakat luas dari berbagai negara di dunia. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila Kasidah Burdah mampu mengundang perhatian besar dari masyarakat dunia dalam bentuk penulisan ilmiah, pembacaan pada kegiatan keagamaan, sambutan konsumen dalam industri rekaman dan seni pertunjukan, komentar dan terjemahannya dari bahasa Arab ke dalam berbagai bahasa dunia, yaitu Inggris, Prancis, Spanyol, Italia, Belanda, Jerman, Nordic (Norwegia, Swedia, Denmark, Islandia, Finlandia), Rusia, Turki, Persia, Urdu, Swahili, Cina, dan Indonesia, serta bahasa-bahasa daerah di Nusantara, yaitu bahasa Sunda, Jawa, Banjar, dan Aceh. Sebagai karya sastra Arab, Kasidah Burdah yang sudah begitu tua masih dapat diterima oleh masyarakat luas dari zaman ke zaman. Pada era globalisasi ini, Kasidah Burdah masih menjadi pesona masyarakat dunia, termasuk masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat pesantren di Jawa Barat. Penulisan dan pembacaan Kasidah Burdah oleh generasi manusia yang berganti-ganti, pada setiap kurun waktu, bukan hanya karena ia populer, tetapi karena masyarakat membutuhkannya sebagai ekspresi spritualnya, yaitu kecintaan dan penghormatannya kepada Nabi Muhammad saw. Rasa cinta dan rasa hormat adalah sesuatu yang bersifat universal, yang tidak bisa dibatasi oleh ruang dan waktu. Demikian juga, rasa cinta dan rasa hormat umat manusia dari generasi ke generasi kepada Nabi Muhammad saw tidak bisa dibatasi oleh ruang dan waktu. Salah satu genre sastra yang berkembang di Indonesia adalah sastra keagamaan atau sastra Islam yang diproduksi oleh masyarakat pesantren. Dilihat dari sudut tempat dan suasana produksi karya sastra, sastra keagamaan dapat disebut sastra pesantren. Dipandang dari sisi corpus atau wadah yang menyimpan isi pesan-pesan keagamaan, sastra keagamaan dapat disebut sebagai sastra kitab. Demikian juga, Kasidah Burdah dapat dipandang sebagai karya sastra keagamaan karena isi kandungan naskahnya berupa ajaran-ajaran agama, seperti akhlak, tasawuf, târikh, dan teologi Islam. Dalam tradisi pesantren pada umumnya, dan khususnya di Jawa Barat, kitab Kasidah Burdah merupakan objek kajian santri dan kiai. Kitab Kasidah Burdah yang dikaji itu ada yang berupa karangan ulama yang sudah berbentuk kitab berbahasa Arab, tetapi juga ada kitab yang ditulis dan diterjemahkan ke dalam bahasa Sunda oleh kiai bersama santrinya di lingkungan pesantren yang dipimpinnya. Dalam hal ini, Kasidah Burdah termasuk kitab yang mendapat sambutan besar dari kiai dan santri dalam bentuk tulisan, baik yang berbahasa Arab maupun yang menggunakan bahasa Sunda dengan huruf Arab. Dalam sambutan itu, para santri membaca teks Kasidah Burdah di satu pihak sebagai ekspresi estetiknya, sedangkan di pihak lain, mereka memandangnya sebagai bagian dari kehidupan spritualnya. Dalam hal ini, estetika sebagai ekspresi religiositas terkait erat dengan spritualitas. Bentukbentuk ekspresi yang berhubungan dengan spritualitas memiliki kedudukan istimewa. Jadi, keistimewaan Kasidah Burdah, yang di dalam kandungan isi naskahnya terkandung puisi pujian dan selawat Nabi, terletak pada nilai estetis dan fungsi spritual bagi pembacanya. Dalam kaitan ini, penelitian terhadap Kasidah Burdah dipandang perlu untuk menggunakan sejumlah teori yang relevan dengan permasalahan yang dikemukakan. Di antara teori-teori yang digunakan adalah : (i) teori filologi yang mengupas aspek penciptaan atau transmisi teks Kasidah Burdah, baik dari teks Arab ke teks Arab dalam bentuk teks komentar, maupun dari teks Arab ke teks Sunda dalam bentuk teks terjemahan matan, (ii) teori resepsi yang mengupas tanggapan dan sambutan masyarakat terhadap Kasidah Burdah dalam berbagai bentuk, (iii) teori terjemah yang menjelaskan pengalihan dari bahasa sumber (bahasa Arab) ke bahasa sasaran (bahasa Sunda), (iv) teori intertekstual yang mengungkapkan hubungan horisontal dan vertikal antarteks Kasidah Burdah, (v) teori bunyi yang menjelaskan efoni, irama, dan metrum untuk mendapatkan efek estetik Kasidah Burdah, baik dalam teks Arabnya maupun teks Sundanya, (vi) teori kelisanan yang mengungkapkan kegiatan pembacaan teks Kasidah Burdah oleh masyarakat dalam kehidupan kemasyarakatan dan keagamaan.
Qashîdah Burdah is an Arabic popular literary work written by al- Bûshîry in Egypt, in the 13th A.D. century. Al-Bûshîry lived during the transitional power from Ayyubiyyah to Mamlûk Bachri dynasty. It was the time in which the political chaos absolutely shaped the whole of social life, moral decadency and the corruption practice among the the ruling class had been the common phenomena. It was in the same time that Qashidah Burdah emerged as the reaction to the politic and socio-cultural situatio n. The purpose of his qashîdah (ode) was intended to call back the muslims to live under Alquran and as-Sunnah guidance and to live based on what the Messenger did. Morever, Qashîdah Burdah is an Arabic classical literary work that got very excellent reception from the word literary community through the ages. The appearance of Qashidah Burdah in the Mamlûk Dynasti era considered as the historically unique way of emergence since during the time, it was qualitatively the decline of Mamlûk Dynasty in the filed of literary after its great progress, several centuries before. In this sense, then the turning of Bushiry’s work recognizaed as if it was the light in the darkness. In the expressional point of view, Qashîdah Burdah belong to the genre of sentimental poetry, that is the deepest expression of al- Bushiry’s great passion and yearning to the Messenger of Allah (Muhammad). Meanwhile, in the light of objective aspect, it belongs to the genre of tale poetry, in which the text tells about the praise and eulogy of the poets to the Messenger of Allah. And in the perspective of literary form, Qashîdah Burdah is the traditional poetry because of its metrical form (wazan) and qafiyah. Further, in the light of the background and reception community, Qashîdah Burdah is the religious literary work that got an honor reception from the people around the world. Therefore, it is no wonder that Qashîdah Burdah could attract wide interest from the world community in the form of scientific study; Qashîdah Burdah recital in the religious ceremony; consumer’s reception in the recording industry and performing art, comments and translation from the Arabic into various kinds of the world languages: English, French, Spanish, Italian, Dutch, and German. The Nordic languages cover of Norway, Sweden, Denmark, Iceland, and Finland. The next is Russian, Turk, Persian, Urdu, Swahili, Chinese, and Indonesian and other languages in Nusantara, i.e., Sundanese, Javanese, Banjarese, and Aceh. As the Arabic classical literary work, though it is an old manuscript but it is still continue to be appreciated by the people all over the world through the ages. Qashîdah Burdah, at the present day, keeps in attracting the people interest to read it, including the Indonesia, particularly, the Pesantren Community in West Java. The Qashîdah Burdah rewriting and recital tradition not only because of its popularity but also because the people need it as the way of their spiritual expression, that is their love and yearning to the Messenger of Allah (Muhammad). Love, passion, and praise is something universal in nature, something beyond the time and sphere. In spite of this, then love and yearning of human kind to the Messenger of Allah (Muhammad) can not be bounded and defined by time and sphere. Religious literature is one of the flowering ones in Indonesia. The other name of this literary genre is Islamic literature produced by pesantren community. It is in the perspective of the background and the setting in which such of this literary work produced, so the name of pesantren literature can be associated to it. Meanwhile, from the corpus point of view where the messages of the religious tenets are recorded, the religious literature can also be defined as the book literature. In short, Qashîdah Burdah is considered as part of religious literature work because of its text content that cover of various religious tenets: morality, sufism, Islamic history and theology. The common tradition of pesantren, especially as that in West Java, Qashîdah Burdah is very popular literature work to be studied among santri and kiai. There are many kinds of Qashîdah Burdah to which they read and learn about. The book of Qashîdah Burdah written in Arabic by the outstanding muslims scholar is available besides those that written in Sundanese. Kiai and their santri are the translator most of the last type of the book. They read and learn both the first and the second type of them. In this case, it can be said that the book was composed by al-Bushiry got a great reception from pesantren community in form of written appreciation, both in original Arabic and Sundanese Arabic. The meaning of the second term is the Sundanese language written using Arabic letters. It is their reception to Qashîdah Burdah that they, in one hand, read it as their esthetical expression and in the other hand they recognize it as part of their spiritual life. In this case, aesthetic has become religiosity expression in related to the spirituality and the expressional forms in accordance to the spirituality got a higher position. Therefore, the special character of Qashîdah Burdah in which the praise to Muhammad is part of its text content, is not only its aesthetic but also spiritual function for the readers. For the purpose of this study, then the use of some relevant theories to the questions formulated are important to be put forward. Among the theories will be applied: (i) the philological theory that discuss about the writing process of Qashîdah Burdah and its transmission, either from the original Arabic text to the Arabic commentary text or from Arabic text to Sundanese text and in the form of content translation; (ii) reception theory that discus about people respond and reception toward Qashîdah Burdah in various forms; (iii) the theory of translation discuss about the translating process from the source language (Arabic) to target language (Sundanese); (iv) inter-textual theory that discuss a horizontal – vertical relationship between the text of Qashîdah Burdah (v) sound theory that discuss about euphony, melody, and metric for the shake of esthetical effect in Qashîdah Burdah recital, both in Arabic text and Sundanese one, (vi) oral theory discuss about the traditional of Qashîdah Burdah recital in society and in their religious activity.
Kata Kunci : Kasidah Burdah Al,Bushiry,Suntingan Teks, Terjemahan dan Telaah Resepsi