Laporkan Masalah

Pola perkembangan balita di Kotamadia Yogyakarta menurut orangtua

NURHAYATI, Isna, dr. Roni Naning, M.Kes.,Sp.AK

2006 | Tesis | S2 Ilmu Kedokteran Klinik

Latar belakang : Terdapat kejadian keterlambatan perkembangan yang cukup besar di Indonesia terutama pada anak-anak yang kurang mendapatkan stimulasi yang baik dari orangtuanya. Penyimpangan pada proses tumbuh kembang anak sangat berpengaruh dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia. Untuk mencegah terjadinya keterlambatan perkembangan anak dilakukan upaya pencegahan sedini mungkin dengan melakukan deteksi dini untuk menemukan keterlambatan perkembangan pada balita, yang dilakukan oleh orangtua. Upaya deteksi dini keterlambatan perkembangan balita oleh orangtua diharapkan dapat mengurangi kejadian keterlambatan perkembangan dan mencegah terjadinya gangguan perkembangan yang lebih berat. Metode penelitian : Penelitian ini dilakukan di kotamadia Yogyakarta secara cross sectional dengan mengambil sa mpel anak usia 0-60 bulan yang tinggal di kotamadia Yogyakarta, dengan menggunakan kuesioner yang dijawab oleh orangtua dan dilakukan pengamatan secara langsung terhadap kesesuaian jawaban orangtua dan perkembangan anak. Dari jawaban orangtua ini kemudian dilakukan penilaian sesuai dengan pedoman interpretasi perkembangan dalam Denver Developmental Screening Test. Analisis statistik dilakukan dengan uji X2. Hasil penelitian : Persentase keterlambatan perkembangan di kotamadia Yogyakarta adalah 14,9% yaitu 325 anak, dan perkembangan normal terdapat pada 1853 anak (85,1%). dua kelompok umur mempunyai persentase keterlambatan perkembangan cukup besar yaitu kelompok umur 16-18 bulan sebesar 22 anak (26,2%) dan kelompok umur 22-24 bulan sebesar 47 anak (55,3%). Analisis bivariat terhadap faktor yang mempengaruhi tingkat perkembangan balita menunjukkan hasil bahwa faktor keluarga yang meliputi pendidikan ayah dan ibu, pendapatan ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan ibu, jumlah anak, nomor urut anak, faktor kelahiran (umur kehamilan dan berat lahir), status gizi anak, dan penyakit. tidak mempengaruhi perkembangan balita. Sedangkan analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor keluarga yang meliputi pendidikan ayah dan ibu, pendapatan ayah dan ibu, pekerjaan ibu, nomor urut anak, faktor kelahiran (umur kehamilan dan berat lahir), status gizi anak, dan penyakit tidak mempengaruhi perkembangan balita. Pekerjaan ayah merupakan faktor protektif dengan RO 0,21 IK 95% 0,05-0,98 sedangkan jumlah anak dua meningkatkan risiko keterlambatan perkembangan 1,4 kali dibandingkan dengan jumlah anak 1, dengan IK 95% 1,02 – 1,85. Simpulan : Pekerjaan ayah dan jumlah anak merupakan faktor risiko keterlambatan perkembangan. Faktor keluarga (pendidikan orangtua, pekerjaan ibu, penghasilan orangtua, nomor urut anak), faktor kelahiran (umur kehamilan dan berat lahir), status gizi, dan penyakit bukan merupakan faktor risiko keterlambatan perkembangan balita. Persentase keterlambatan perkembangan balita di kotamadia Yogyakarta adalah 14,9% sedangkan perkembangan normal adalah 85,1%.

Background : There were so many cases of developmental delay in Indonesia among children who didn't get good stimulation from their parents. The deviation in child growth and developing process was very influental in forming a high quality human resources which is the main capital in national development. To prevent developmental delay, parents might have an early detection for their children especially if they were below five years of age. That early detection aim to reduce the amount of developmental delay and to prevent severe developmental disturbance. Method : This observation was taken in kotamadia Yogyakarta, cross sectionally by taking sample of the children 0-60 months old who live in kotamadia Yogyakarta, using questionnaire answered by parents, and with direct observation to the appropriateness of parents answer and child development. Those answer was assessed by using milestone from Denver II, statistical analysis was done by x2 test. Results : There were 14,9% children 0-60 months old in kotamadia Yogyakarta had developmental delay. There were large number of developmental delay occured in two group of the sample, age 16-18 months old with 26,2% and age 22-24 months old with 55,3%. Bivariat analysis for the risk factor of developmental delay showed there were no significant results that all the risk factor can cause developmental delay. But from the result of multivariat analysis showed that number of children can influence developmental delay, in this observation amount of child ren 2 had risk to get developmental delay for 1,4 times greater than amount of children 1 with 95% CI 1,02- 1,85. Conclusions : Father’s job and amount of children could be risk factors for developmental delay. Parents education, mother’s job, parents salary, number of children, gestational age, birth weight, nutritional states, and disease colud not be risk factors for developmental delay for children below 5 years old. There were 14,9% children 0-60 months old in kotamadia Yogyakarta with developmental delay.

Kata Kunci : Tumbuh kembang Anak,Keterlambatan,DDST, developmental delay, risk factor, DDST


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.