Laporkan Masalah

Kajian pelestarian hutan cendana di Nusa Tenggara Timur :: Studi kasus Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kecamatan Amanuban Barat

KALE, Leony Agustien Ferdiani, Prof.Dr.Ir. H. Djoko Marsono

2006 | Tesis | S2 Ilmu Kehutanan

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Nule, Desa Tublopo dan Desa Tetaf, Kecamatan Amanuban Barat, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui populasi, sebaran dan kondisi cendana di kecamatan Amanuban Barat Kabupaten TTS; (2) Mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pelestarian cendana di Kecamatan Amanuban Barat; (3) Mengkaji bagaimana upaya pemerintah dan peranserta masyarakat dalam pelestarian cendana di Kecamatan Amanuban Barat. Metode penelitian menggunakan metode survey dengan analisis deskriptif dan analisis statistik. Analisis deskriptif dengan variabel : Pendidikan, Pekerjaan, Manfaat cendana, Pengetahuan kerusakan. Analisis statisik dengan menggunakan analisis korelasi dan regresi dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh dan hubungan antara variabel bebas yaitu X1 (penghasilan), X2 (luas lahan) terhadap variabel terikat: pelestarian cendana (Y). Pelestarian tanaman cendana diukur dengan indikator jumlah tanaman cendana yang ditanam kembali. Pengumpulan data menggunakan instrumen wawancara dan kuesioner untuk menjaring pendapat responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penurunan populasi tanaman cendana yang dilihat dari populasi, sebaran maupun kondisi tanaman cendana semakin berkurang hal ini diakibatkan oleh penebangan yang dilakukan secara ilegal oleh masyarakat sebagai akibat dari sistem pengawasan yang kurang ketat, kebijakan pemerintah daerah yang dianggap memonopoli cendana dengan sistem pembagian hasil yang tidak menguntungkan masyarakat (15% untuk masyarakat dan 85% untuk PEMDA). Hal ini dibuktikan dengan sebesar 93,3% responden menyatakan bahwa PERDA merupakan salah satu penyebab punahnya cendana. (2) Hasil uji korelasi dan regersi menunjukan bahwa faktor penghasilan (X1) dan luas lahan (X2) berpengaruh terhadap pelestarian cendana di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Hal ini ditunjukan dengan besaran koefisien korelasi (R)= 0,797 dengan koefisien determinan (R2)= 0,636 yang berarti pelestarian cendana dapat dijelaskan oleh variabel penghasilan (X1) dan luas lahan (X2) sebesar 63,6% sedangkan sisanya sebesar 36,4% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti. (3) Pemerintah berupaya untuk melestarikan cendana dengan melakukan pembaharuan PERDA yaitu dikeluarkannya PERDA No. 25 Tahun 2001 yang isinya mengenai pembagian hasil penjualan dimana masyarakat mendapat 70% sedangkan pemerintah mendapat 30%, sehingga diharapkan masyarakat termotivasi untuk menanam kembali pohon cendana di lahan miliknya agar tercipta kelestarian cendana.

The research was conducted in Nule, Tublopo, and Tetaf villages in Amanuban Barat sub-district TTS regency. It aims 1) to find out the population, spread, and condition of sandalwood in Amanuban Barat sub-district TTS regency, 2) to study the factors contributing to sandalwood preservation in Amanuban Barat sub-district, 3) to study the government’s measures and people’s participation in sandalwood preservation in Amanuban Barat sub-district. The research applies survey method and employs descriptive analysis as well as statistic analysis. Descriptive analysis relies on these variables: education, occupation, sandalwood properties, and damage awareness. The statistic analysis applies correlation and regression analysis in order to identify the influence and relation between the independent variables, i.e., X1 (income) and X2 (forest width) on the dependent variable Y (sandalwood preservation). The indicator to measure sandalwood preservation is the number of sandalwood trees being planted. Data are collected from respondent’ responses through interview and questionnaire. The research findings reveal that (1) decrease in sandalwood population, spread, and condition is caused by illegal cutting down by the local people due to a lenient control system and the regional government’s monopolistic policy on revenue share from sandalwood exploitation, which does not consider local people’s interests (15% for the society and 85% for the regional government). This assumption is supported with 93.3% respondents who say that the regional government regulation (PERDA) is responsible for sandalwood extinction. (2) The correlation and regression test results show that income (X1) and forest width (X2) factors give significant influences to sandalwood preservation in Timor Tengah Selatan regency as shown by correlation coefficient (R) unit = 0.797 with determinant coefficient (R2) unit = 0.636) meaning that sandalwood preservation can be explained by income (X1) and forest width (X2) variables. These factors contribute 63.6% to the preservation, while the rest 36.4% is from other factors not being researched. (3) The government attempts to preserve sandalwood by revising and issuing the PERDA no. 25/2001, which regulatesrevenue share from sandalwood exploitation in the following percentage : 70% for the local society and 30% for the regional government. The new proportion is expected to motivate local people for planting sandalwood trees on their land ini order to preserve sandalwood.

Kata Kunci : Hutan Cendana,Pelestarian


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.