Laporkan Masalah

Analisis struktur modal optimal perusahaan di Industri Kosmetik dan barang keperluan rumah tangga :: PT Unilever Indonesia Tbk, PT Mandom Indonesia Tbk, PT Mustika Ratu Tbk

SYAFRIL, Devwelli, Ainun Na'im, Dr.,MBA

2005 | Tesis | Magister Manajemen

Struktur modal adalah bauran sumber pendanaan permanen (jangka panjang) yang digunakan perusahaan yaitu antara utang dan modal sendiri. Masalah struktur modal berkaitan dengan keputusan pendanaan yang memiliki implikasi pada tingkat kemakmuran pemegang saham, karena itu sangat penting. Tujuan manajemen struktur modal adalah menciptakan suatu bauran sumber dana (financing mix) permanen yang optimal. Struktur modal optimal ialah kemampuan perusahaan untuk menentukkan kombinasi dari beberapa alternatif pendanaan. Tolok ukur struktur modal optimal adalah bauran yang ideal antara utang dan modal sendiri (saham biasa dan laba ditahan) yang menghasilkan biaya modal minimum dan nilai perusahaan maksimal. Penelitian ini dibuat dengan analisis studi kasus untuk melihat perbedaan keputusan struktur modal antara perusahaan multinasional (PT Unilever Indonesia Tbk), joint venture (PT Mandom Indonesia Tbk), dan perusahaan domestik (PT Mustika Ratu Tbk). Penelitian ini melakukan penilaian dan pengukuran struktur modal optimal masing-masing perusahaan dengan periode pengamatan antara tahun 1999-2003. Ketiga perusahaan tersebut bergerak pada industri yang sama yakni industri kosmetik dan barang keperluan rumah tangga. Penelitian ini bertujuan: 1. Meneliti tentang struktur modal tiga perusahaan: PT Unilever Indonesia Tbk, PT Mandom Indonesia Tbk, dan PT Mustika Ratu. 2. Mengindetifikasi beberapa karakateristik yang mempengaruhi struktur modal antara perusahaan multinasional, perusahaan joint venture, perusahaan domestik. Hasil kesimpulan dari analisis dalam penelitian ini adalah sbb: 1. PT Unilever Indonesia Tbk selama periode pengamatan tidak menghasilkan struktur modal yang optimal. Pada tahun 1999 kebijakan struktur modal PT Unilever Indonesia Tbk adalah utang jangka panjang 24,68%, Saham Biasa 62,77%, dan laba ditahan 12,55%. Struktur modal tersebut menghasilkan WACC 45,53% dan nilai perusahaan Rp 1.182.459.425.094. Sedangkan struktur modal yang optimal adalah utang jangka panjang 90% dan modal sendiri (saham biasa dan laba ditahan)10% yang menghasilkan WACC 26,91% dan nilai perusahaan Rp 2.057.110.151.413. Pada tahun 2000 kebijakan struktur modal PT Unilever Indonesia Tbk dimana utang jangka panjang 23,47%, saham biasa 63.78%, dan laba ditahan 12,67%. Struktur modal tersebut menghasilkan WACC 47,97% dan nilai perusahaan Rp 1.512.661.750.515. Sedangkan struktur modal yang optimal dengan utang jangka panjang 90% dan modal sendiri (saham biasa dan laba ditahan) 10% yang menghasilkan WACC 20,07% dan nilai perusahaan Rp 3.552.356.135.718. Di tahun 2001 kebijakan struktur modal PT Unilever Indonesia Tbk adalah utang jangka panjang 24,51%, saham preferen 5,30%, saham biasa 58,49%, dan laba ditahan 11,70%. Struktur modal tersebut menghasilkan WACC 41,83% dan nilai perusahaan Rp 1.985.876.240.218. Sedangkan struktur modal yang optimal adalah utang jangka panjang 90% dan modal sendiri (saham biasa dan laba ditahan) 10% yang menghasilkan WACC 20,20% dan nilai perusahaan Rp 4.084.552.769.044. Tahun 2002 kebijakan struktur modal PT Unilever Indonesia Tbk adalah utang jangka panjang 23,11%, saham preferen 13,62%, saham biasa 52,73%, dan laba ditahan 10,55%. Struktur modal tersebut menghasilkan WACC 49,30% dan nilai perusahaan Rp 1.862.967.527.790. Sedangkan Struktur modal yang optimal adalah utang jangka panjang 90% dan modal sendiri (saham biasa dan laba ditahan) 10% yang menghasilkan WACC 19,20% dan nilai perusahaan Rp 4.795.600.412.461. Pada tahun 2003 kebijakan struktur modal PT Unilever Indonesia Tbk adalah utang jangka panjang 24,67% saham preferen 6,57%, saham biasa 57,30%, dan laba ditahan 10,55%. Struktur modal tersebut menghasilkan WACC 51,57% dan nilai perusahaan Rp 2.371.449.258.647. Sedangkan struktur modal yang optimal adalah utang jangka panjang 90% dan modal sendiri (saham biasa dan laba ditahan) 10% yang menghasilkan WACC 18,04% dan nilai perusahaan Rp 6.787.088.620.225. 2. PT Mandom Indonesia Tbk pada tahun 1999-2001 menghasilkan struktur modal yang optimal, tetapi di tahun 2002 dan 2003 struktur modalnya tidak optimal. Pada tahun 2002 struktur modal PT Mandom Indonesia Tbk adalah utang jangka panjang 0%, saham biasa 83,33%, dan laba ditahan 16,67%. Struktur modal tersebut menghasilkan WACC 18,04% dan nilai perusahaan Rp 325.756.328.389. Sedangkan struktur modal yang optimal adalah utang jangka panjang 90% dan modal sendiri (saham biasa dan ditahan) 10% yang menghasilkan WACC 15,87% dan nilai perusahaan Rp 378. 145.378.103. Pada tahun 2003 kebijakan struktur modal PT Mandom Indonesia Tbk adalah utang jangka panjang 0%, saham biasa 83,33%, dan laba ditahan 16,67%. Struktur modal tersebut menghasilkan WACC 14,83% dan nilai perusahaan Rp 424.754.046.923. Sedangkan struktur modal yang optimal adalah utang jangka panjang 90% dan modal sendiri (saham biasa dan laba ditahan) 10% yang menghasilkan WACC 13,26% dan nilai perusahaan Rp 482 .846.432.510. 3. PT Mustika Ratu Tbk selama periode pengamatan telah menghasilkan struktur modal yang optimal. Bauran pendanaan yang ideal (struktur modal optimal) secara terus menerus harus terus diupayakan oleh setiap perusahaan, karena akan berpengaruh kepada meningkatnya kemakmuran pemegang saham dengan ditandai meningkatnya nilai perusahaan di masa yang akan datang.

The company’s capital structures are permanent financing sources, which is a mix of debt and equity. Capital structure also involves financing decision that will implicate the shareholders’ wealth. The objectives of capital structure management are to create optimum financing mix. The optimum capital structure is the ability of the company to define the combination of financing alternative. The yardstick of optimum capital structure is ideal financing mix between debt and common equity (common stock and retained earning) which will produce minimum cost of capital and maximum company value. This research is designed by using case study analysis to see the difference of capital structure used PT Unilever Indonesia Tbk, PT Mandom Indonesia Tbk, and PT Mustika Ratu Tbk. This research assesses and measures the optimum capital structure used by each company during 1999-2003. The three companies are in the same industry which is cosmetic and consumers’ goods industry. The purposes of this research are: 1. To observe the capital structure of PT Unilever Indonesia Tbk, PT Mandom Indonesia Tbk, and PT Mustika Ratu Tbk. 2. To identify the characteristics that influences the capital structure among three companies. Results for the conclusion from this research are: 1. From 1999-2003 PT Unilever Indonesia Tbk has not reached the optimum capital structure. In 1999 the capital structure of PT Unilever Indonesia Tbk consist of 24.68%, long term debt (LTD), 62.77% common stock, and 12.55% retained earning in which yields 45.53% WACC and Rp 1.182.459.425.094 value of the firm. While optimum capital structure are 90% long term debt (LTD) and 10% common equity (common stock and retained earning) which will yield 26.91% WACC and Rp 2.057.110.151.413 value of firm. In year 2000 the capital structure of PT Unilever Indonesia Tbk consist of 23.47%, LTD, 63.78% common stock, and 12.67% retained earning in which yields 47.97% WACC and Rp 1.512.661.750.515 value of the firm. While optimum capital structure are 90% LTD and 10% equity (common stock and retained earning) which will yield 20.07% WACC and Rp 3.552.356.135.718 value of firm In year 2001 the capital structure of PT Unilever Indonesia Tbk consist of 24,51% LTD, 58.49% common share, preferred stock 5.30%, and 11.70% retained earning in which yields 41.83% WACC and Rp 1.985.876.240.218 value of the firm. While optimum capital structure are 90% LTD and 10% common equity (common share and retained earning) which will yield 20.20% WACC and Rp 4.084.552.769.044 value of firm. In year 2002 the capital structure of PT Unilever Indonesia Tbk consist of 23.11% LTD, 52.73% common stock, preferred stock 13.62%, and 10.55% retained earning in which yields 49.30% WACC and Rp 1.862.967.527.790 value of the firm. While optimum capital structure are 90% LTD and 10% common equity (common share and retained earning) which will yield 19.20% WACC and Rp 4.795.600.412.461 value of firm. In year 2003 the capital structure of PT Unilever Indonesia Tbk consist of 24.67% LTD, 57.30% common stock, preferred stock 6.57%, and 10.55% retained earning in which yields 51.57% WACC and Rp 2.371.449.258.647 value of the firm. While optimum capital structure are 90% LTD and 10% common equity (common stock and retained earning) which will yield 18.04% WACC and Rp 6.787.088.620.225 value of firm. 4. From 1999-2001 PT. Mandom Indonesia Tbk gains optimum capital structure, but in 2002 and 2003 it did not reach optimum capital structure. In 2002 the capital structure policy of PT. Mandom Indonesia Tbk is 0% LTD, 83.33% common stock, and 16.67% retained earning. The policy produces 18.04% WACC and Rp 325.756.328.389 firm value. On contrary, the optimum capital structure is 90% LTD and 10% common equity (common stock and retained earning) that will create 15.87% WACC and Rp 378.145.378.103 value of the firm. In 2003 the capital structure policy of PT. Mandom Indonesia Tbk is 0% LTD, 83.33% common share, and 16.67% retained earning. The policy produces 14.83% WACC and Rp 424.754.046.923 firm value. On contrary, the optimum capital structure is 90% LTD and 10% common equity (common stock and retained earning) that will create 13.26% WACC and Rp 482 .846.432.510.value of the firm. During the observation period PT Mustika Ratu Tbk has defined an optimum capital structure. The optimum capital structure must be continuously evaluated by each company because it will impact the shareholder’s wealth, that by which indicated by the increase of firm value of the company

Kata Kunci : Struktur Modal,Industri Kosmetik dan Barang, Capital Structure, Optimal Capital Structure Trial And Error, cost of debt, cost of equity (common equity or Retained Earning), WACC (weighted average cost of capital), Value of Firm


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.