Hak-hak Hakiki Perempuan Suku Sakai :: Suatu tinjauan filsafat manusia
AGUSTIN, Norlia, Prof.Dr. Lasiyo, MA.,MM
2006 | Tesis | S2 Ilmu FilsafatPenelitian ini berobjek material hak-hak hakiki perempuan dalam Suku Sakai dan berobjek formal filsafat manusia. Manusia secara kodrati diciptakan Tuhan secara berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik lahir maupun batin selalu memerlukan orang lain agar apa yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. Persoalan perempuan memang sesuatu hal yang sangat menarik untuk dibahas dan akan selalu menjadi pokok pembicaraan yang menyenangkan. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang didukung oleh penelitian kepustakaan . Data penelitian baik primer maupun sekunder diperoleh dari buku dan hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan masalah yang dibahas serta wawancara dengan tokoh adat, tokoh masyarakat yang berkompeten dalam Suku Sakai. Langkah-langkah metodis dalam penelitian ini inventaris data, kategori data dan analisa data dengan unsur-unsurnya interpretasi, holistik, evaluasi refleksi kritis. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam Suku Sakai hak-hak hakiki perempuan seperti hak-hak hakiki di bidang ekonomi , sosial, agama, politik selalu dijadikan objek yang hanya menuruti kemauan dan permintaan laki-laki. Perempuanperempuan dalam Suku Sakai hanya berhubungan dengan hal-hal yang bersifat domestik saja. Hak-hak hakiki perempuan dalam tradisi Suku Sakai pada awalnya dalam bidang ekonomi dan sosial antara laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan, tetapi dalam bidang politik dan agama perempuan Suku Sakai mengalami diskriminasi atas hak-hak hakiki yang selayaknya harus diterima. Beriring zaman tradisi itu sedikit demi sedikit mulai berubah, perempuanperempuan dalam Suku Sakai sudah mempunyai kebebasan dalam dunia politik ditandai dengan terpilihnya seorang Camat perempuan di tempat penelitian ini dilakukan. Tradisi Suku Sakai sudah mulai membuka diri untuk bisa menerima kepemimpinan perempuan. Tradisi Suku Sakai hanya melegitimasi kepemimpinan perempuan dalam pemerintahan nasional saja, tetapi dalam pemerintahan tradisional perbatinan yang dimiliki Suku Sakai kepemimpinan perempuan secara ekspilisit tidak diakui. Batin sebagai pemimpin pemerintahan tradisonal dalam Suku Sakai hingga dewasa ini belum pernah di pimpin oleh seorang perempuan. Kepemimpinan perempuan di bidang agama mengalami diskriminasi, perempuan-perempuan Suku Sakai tidak mempunyai kebebasan dalam meyampaikan ajaran agama karena khalifah sebagai penyampai ajaran agama dalam Suku Sakai dianggap lebih berkompeten dibandingkan perempuan.
This research have is object to real rights material of woman in Tribe of Sakai and have formal object to of human philosophical system. Human being created by God by between men and woman. Human being in fulfilling requirement of his life and also mind always need the others of so that to be what wanted can be reached better. Woman problem it is true something very interesting matter to be studied and will always become the pleasant a talking point. This research is a field’s research supported by a library’s research. The primary and secondary research data are obtained from the literatures and interviews with the competent figures and authority of custom, social in Tribe of Sakai. The methodological steps of the research are : the inventory of data, the categorizing of data, and analysis of data that its elements are interpretation, holictic, and critical reflection. Result of this research is inferential that in real Tribe Sakai rights of woman of ike real rights in economic area , social, religion, political is always made by a object which is only listening go willingness and men request. Woman in Tribe Sakai of only relating to things having the character of just just domestic. Real rights of woman in tradition of Tribe Sakai initially in the field of economics and social between men and woman of there no difference, but in the field of politics and religion of woman of Tribe Sakai experience of the discrimination to the real rights is which righteously have to be accepted. Escorting that tradition epoch little by little start to change the, woman in Tribe Sakai have had the freedom in the world of politics marked chosenly its his a Sub- Regency chief of woman in place this research is done conducted. Tradition of Tribe Sakai have started to expose x'self to be able to accept the woman leadership. Tradition of Tribe Sakai of only legality of woman leadership in national governance, but in traditional governance is mind had by the Tribe of Sakai of woman leadership by ekspilisit is non-recognition. Mind as leader of governance tradisonal in Tribe Sakai till these days have never in leading by a woman. Woman leadership in religion area experience of the discrimination, woman of Tribe Sakai don't have the freedom in delivery of religion teaching of because khalifah as conveyor of religion teaching in Tribe Sakai assumed by more have competence to compared to by woman.
Kata Kunci : Filsafat Manusia,Hak Perempuan,Suku Sakai,Tribe of Sakai, Woman, Real Rights of Woman of Tribe Sakai