Laporkan Masalah

Mitos asal-usul orang Nias dalam konteks masa kini :: Suatu tinjauan fenomenologi dan hermeneutik pada masyarakat di desa Sifalago Gomo (Boronadu)

DANDIRWALU, Resa, Dr. Soehardi, MA

2006 | Tesis | S2 Antropologi

Penelitian ini berjudul “Mitos Asal Usul Orang Nias Dalam Konteks Masa Kini”. Berlangsung dari bulan Agustus sampai dengan bulan November 2005, di Desa Sifalagö Gomo (Börönadu), Kecamatan Gomo, Kabupaten Nias Selatan, Propinsi Sumatra Utara. Dengan bertolak dari dua permasalahan, yaitu pertama, bagaimana hubungan antara reproduski mitos asal-usul dan reproduski sosial dalam hidup sehari-hari di desa Sifalagö Gomo (Börönadu) ?; dan kedua, melalui proses apa saja mitos asal-usul mengalami transformasi ke dalam kehidupan sosial masyarakat di desa Sifalagö Gomo (Börönadu) ? Permasalah di atas dikaji dengan pendekatan Fenomenologi dan Hermeneutika. Prespektif fenomenologi digunakan untuk melakukan analisa terhadap faktual yang terdapat pada masyarakat Sifalagö Gomo (Börönadu) terkait dengan mitos yang mereka percayai. Artinya, perilaku yang dilakukan oleh masyarakat Sifalagö Gomo (Börönadu) merupakan aktivitas kolektif, yang lahir dari kesadaran yang bermakna. Selanjutnya, Prespektif Hermeneutik dipergunakan untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan apakah mitos yang dipercayai benar – benar masih menjadi sumber acuan di dalam berperilaku dalam kehidupan sehari – hari masa kini. Penceritaan mitos asal usul orang-orang Nias, menggambarkan bahwa masyarakat Nias, khususnya masyarakat Sifalagö Gomo (Börönadu) memiliki pandangan tentang alam transenden, yaitu Teteholi Ana’a. Teteholi Ana’a yang tempati oleh para dewa, yaitu dewa Ara, Sirao dan Langizagörö, dan dewa tertinggi adalah Lowalangi; alam imanen yang ditempati oleh manusia (alam manusia); dan alam bawah bumi yang ditempati oleh dewa Nazua Dane. Oleh karena itu, maka masyarakat Sifalagö Gomo (Börönadu) memiliki kepercayaan kepada Lowalangi, Nazua Dane dan leluhur, maka dibuatlah patung (Adu) yang menyerupai manusia dengan berjenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagai manifestasi dari kehadiran mereka di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Patung-patung itu kemudian disembah oleh masyarakat Sifalagö Gomo (Börönadu). Selanjutnya, nampak pula pada berbagai perilaku keupacaraan dan perilaku sosial. Perilaku keupacaraan, terlihat pada berbagai ritual tradisional yang dilakukan oleh masyarakat Sifalagö Gomo (Börönadu), seperti: upacara kelahiran, perkawinan, dan kematian; sedangkan perilaku sosial terlihat pada bagaimana masyarakat Sifalagö Gomo (Börönadu) berrelasi dengan sesama, berrelasi dengan alam semeseta, serta berrelasi dengan Yang Maha Tinggi (Lowalangi), dan leluhur. Dulu, perilaku sosial yang dilakukan oleh masyarakat Sifalagö Gomo (Börönadu) selalu diilhami oleh mitos yang diketahui dan dipercayai, namun ketika masuknya agama monoteisme, gempa bumi dan kembalinya sebagian anggota masyarakat dari parantauan, maka perilaku sosial dari sebagian anggota masyarakat telah dipengaruhi oleh ketiga hal tersebut. Dengan kata lain, mitos bukanlah satu-satunya ideologi yang mendasari perilaku sosial masyarakat Sifalagö Gomo (Börönadu) saat ini.

This research entitled The Myth of Genesis of Nias People in the Modern Context. This reseach begins from August to early November 2005, in Sifalagö Gomo (Börönadu) village, Gomo, South Nias, North Sumatra. The research is based on two question: (a) How is the relation between reproduction of the myth of genesis and social reproduction in daily life of Sifalagö Gomo (Börönadu) community? And (b) On which process is the myth of genesis transformed into social life of Sifalagö Gomo (Börönadu) community? The question obove are approached by Phenomenological and Hermeneutical perspective. Phenomenological perspective is used for factanalytical process in Sifalagö Gomo (Börönadu) community and their myth. Sifalagö Gomo (Börönadu) community’s behavior is seen as a collective activity which derived from meaningful consciousnees. Hereinafter, Hermeneutical perspective is used for finding and answer from the quention of whether the believed-myth is still becoming a reference of behavior in their daily life in the modern context. The narration of the Nias myth of genesis described that Nias people, especially, Sifalagö Gomo (Börönadu) people, has a perspective of transcendence realm, i.e. Teteholi Ana’a which is place of gods, namely dewa Ara, Sirao, Lagizagörö and highest god Lowalangi. The place of human being is immanence realm and the place of god Nazua Dane is in the subsurface of earth. Therefore, Sifalagö Gomo (Börönadu) community create statues (Adu) of Lowalangi, Nazua Dane and acestors, which is similar to human in two sexes as manifestation of their existence in the community. Hereinafter, appears also in various social behavior and ceremonial behavior. Ceremonial behavior, appears in various traditional ritual which conducted by community of Sifalagö Gomo (Börönadu), such as ceremony of birth, marriage, and death. While social behavior appears in relationship between people among community of Sifalagö Gomo (Börönadu), in relationship with cosmos, and also in relationship with The Highest God (Lowalangi), patriach. In the past time, social behavior Sifalagö Gomo (Börönadu) people was inspired by the myth which believed and known by them, but the condition was already changed in relation with the caming of monoteistic religion, earthquake, and returning of migration people their village. Based on this fact, I conclud that the myth is not the only factors which influnce social behavior of Sifalagö Gomo (Börönadu) people.

Kata Kunci : Mitos,Ritual dan Perilaku Sosial,Orang Nias, Myth, Ritual and Social Behavior


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.