Laporkan Masalah

Hikayat Amir Hamzah :: Suntingan teks dan telaah resepsi

ISTANTI, Kun Zachrun, Promotor Prof.Dr. Siti Chamamah Soeratno

2005 | Disertasi | S3 Ilmu Sastra

Penelitian teks HAH ini menggunakan dua teori, yaitu teori filologi dan teori sastra. Teori sastra yang dimanfaatkan adalah teori strukturalisme-semiotik dan teori resepsi. Teks HAH, Cod.1697 merupakan salah satu naskah yang dijadikan dasar suntingan. Pengenalan terhadap pernaskahan HAH perlu menggunakan teori filologi. Dasar teori filologi adalah bahwa suatu teks akan berubah dalam penurunannya. Dalam menyunting teks HAH digunakan metode penyuntingan edisi kritis (metode landasan). Teks HAH yang telah tersaji secara ilmiah dapat diteliti secara literer. Hasil analisis strktural terhadap HAH menunjukkan bahwa struktur naratif HAH terdiri atas empat unit naratif, yakni unit “Pengantar”, unit “Pembuka”, unit “Tengah”, dan unit “Penutup”. Tiap-tiap unit naratif terdiri atas beberapa subunit, kecuali unit “Pengantar.” Berdasarkan susunan urutan diketahui bahwa plot HAH merupakan plot lurus. Tokoh sentral dalam HAH adalah Amir Hamzah yang ditakdirkan menguasai seluruh dunia sebagai seorang umara dan ulama. Amir Hamzah berperan sebagai umara karena memimpin laskarnya untuk menaklukkan raja-raja kafir dan berperan sebagai ulama karena Amir Hamzah harus mengislamkan raja-raja kafir yang telah takluk. Dengan demikian, Amir Hamzah dikenal sebagai tokoh pahlawan Islam. Tokoh pendukung yang lain berfungsi secara efektif untuk mendukung dan menonjolkan kepahlawanan Amir Hamzah. Teks-teks penyambut HAH memperlihatkan gambaran sambutan pembaca yang aktif dan mereaksi kembali teks itu sehingga tersusun teks yang baru, yakni HUU, SM, dan Sr. Mn., dalam proses perkembangan sastra di kawasan Nusantara. Sambutan HAH dalam HUU dan dalam SM dapat dikemukakan sebagai berikut. Bangsa Melayu menganggap bahwa tokoh Umar Umayah licik dan jenaka. Kelicikan dan kejenakaan Umar Umayah dalam HAH diberontaki dalam teks HUU, yakni tidak sekedar licik dan jenaka tetapi lebih dari itu (sangat licik dan sangat jenaka). Akibat tokoh Umar Umayah yang sangat licik dan sangat jenaka, tokoh-tokoh lain dalam HUU banyak yang dipermainkan dan diperdaya olehnya. Ekspresi pengakuan bangsa Melayu terhadap kepahlawanan Amir Hamzah dapat dibaca pada SM. Citra kepahlawanan Amir Hamzah mendapat sambutan yang intensif bagi prajurit Melayu yang ingin meneladani jejak Amir Hamzah dalam menaklukkan tentara kafir. Dalam bentuk transformasinya (yakni Serat Ménak), teks HAH mengalami perubahan. Perubahan-perubahan itu adalah sebagai berikut. Dalam Sr.Mn. terdapat campur tangan penyadur, di antaranya Sr.Mn. disesuaikan dengan tradisi sastra dan budaya Jawa. Perubahan-perubahan itu dapat dikemukakan antara lain bahwa Sr. Mn. disusun dalam bentuk tembang (puisi); struktur naratif Sr.Mn. tidak mengikuti HAH (yakni, dalam Sr.Mn.“unit pengantar” ada perbedaan); nama-nama tokoh banyak yang diadaptasikan ke dalam lafal dan budaya Jawa; tokoh-tokoh yang tanpa nama di dalam HAH diberi identifikasi dalam Sr.Mn.; asal usul tokoh diperjelas sampai kepada nenek moyangnya dalam Sr. Mn.; adanya tambahan nama gelar dari pewayangan Jawa untuk Amir Hamzah dan Umar Umayah. Selain itu, dalam Sr. Mn. terdapat beberapa perubahan yang lain, di antaranya dalam hal unsur Islam, yakni rumusan kalimat syahadat ditiadakan, konsep ‘harta karun’ dikonkretisasikan, dan ‘tanda’ sebelum Amir Hamzah bertempik diubah.

The research on the HAH text is based on two theories, the theory of philology and theory of literarature. Literary theory is based on theory of semiotic-structuralism and theory of reception. The HAH text, Cod. 1697, is chosen as the object of the study for critical editing. The study the HAH text, philological theories need to be used. The basis of philological theory is the changing of a text in the derivation process. The HAH text has been edited using the critical method of editing. This text has been scientifically presented so that it can be literarily researched. The result of their analysis reveal that the narrative structure of the HAH text consist of four narrative units: introduction, opening, core and closing. Each unit, except the introduction, contains some subunits. The plot of the text is linear. The central character in the HAH text is Amir Hamzah, conquered all of the world as a leader and a scolar of Islam. Amir Hamzah played a role as a leader because he lead his troops in a crusade to subjugate the kings of the time. Amir Hamzah played a role as a scholar of Islam because he had to bring the religion of Islam to the non-believing kings of the time. Amir Hamzah is known as muslem patriotism.The analysis on the characterization in HAH text shows that the central character is Amir Hamzah, a Muslim leader. Other supporting characters function effectively to support and present Amir Hamzah as the moslem patriotism. The receptive and intertextual analysis of the HAH texts show active responses from the readers through the creation of new text such as SM, HUU, and Sr.Mn.. These texts contributed to the literary development in Nusantara. The relationship between HAH which is adapted into HUU and SM is as follows. The Malay population regards the character of Umar Umayah as cunning and humorous. His wit and humor in HAH is further exaggerated in HUU and he is described not only as the cunning and humorous Umar Umayah but as the extremely cunning and humorous Umar Umayah. Because the character of Umar Umayah is extremely cunning and humorous, the other characters in HUU are ridiculed. The response of the Malay population to Amir Hamzah’s patriotism can be read in SM. The patriotic image of Amir Hamzah gets an intensive response from the Malay soldiers, who want to join Amir Hamzah’s efforts in subjugating the pagan soldiers. In its adaptions into Javanese literature (Serat Ménak), HAH undergoes some changes. The author adjusted HAH suit the Javanese literary and cultural traditions. Some examples of this are Sr.Mn. which is composed in tembang (poetry); narrative structure Sr.Mn. (unit introduction) is different; the names of the characters are adapted into Javanese culture; there are previously unnamed characters which are given names in Sr.Mn.; the history (background) of some characters is made clearly; and more titles (from pewayangan/shadow play) are attributed to Amir Hamzah and Umar Umayah. In addition, there are some changes in Sr.Mn.. The Islamic element, the “syahadat formulation” is lost, the concept ‘harta karun’ is concretized and the sign before Amir Hamzah screamed is changed.

Kata Kunci : Hikayat Amir Hamzah,Suntingan Teks dan Telaah Persepsi


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.