Pengelolaan sumberdaya perdesaan dan strategi penghidupan rumahtangga di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada masa krisis 1998-2003
BAIQUNI, Muhammad, Promotor Prof.Dr. Sutikno
2006 | Disertasi | S3 MIPA (Geografi)Perdesaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami perubahan struktural yang semula merupakan masyarakat berbasis pertanian telah bergeser dengan mengandalkan kegiatan non pertanian sebagai penghidupannya. Perubahan tersebut merupakan respon terhadap kondisi ekosistem sumberdaya dan juga dinamika ekonomi perdesaan yang berinteraksi dan berintegrasi dengan sistem ekonomi regional dan bahkan global. Krisis yang terjadi di Indonesia pada pertengahan 1997 dimulai dengan krisis ekonomi yang diikuti dengan krisis ekologi yaitu kemarau panjang El Nino. Krisis tersebut mendorong perubahan sosial dan reformasi politik pada tahun 1998. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) memahami perubahan struktural sosial ekonomi perdesaan di Yogyakarta; (2) mengkaji strategi penghidupan rumahtangga perdesaan dan responnya terhadap krisis ekonomi dan ekologi; (3) menilai keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perdesaan dan merumuskan model alternatif sebagai masukan bagi kebijakan pengembangan wilayah. Penelitian ini memadukan pendekatan kuantitatif dan kualitatif serta partisipatif. Metode penggalian data dilakukan dengan studi literatur, observasi, survei, indepth interview dan berbagai metode PRA (Participatory Rural Appraisal). Penelitian ini menganalisis fenomena makro (perubahan yang terkait dengan pembangunan nasional dan kecenderungan global) dan mikro (respon rumah tangga, komunitaas maupun tingkat desa) serta mendialogkannya pada tingkat meso, yaitu komparasi pengelolaan sumberdaya perdesaan pada lima desa dalam konteks wilayah. Penelitian ini menyajikan temuan dan kesimpulan yang menarik. Perubahan struktural di perdesaan menunjukkan adanya variasi ditinjau dari aspek kependudukan, dinamika sosial, aktivitas ekonomi maupun daya dukung ekosistemnya. Perubahan yang sifatnya mendadak berupa krisis ekonomi dan ekologi 1997 di perdesaan Yogyakarta tidak serta merta terjadi, namun baru terasa sekitar enam bulan ketika krisis di perkotaan semakin parah. Dampak krisis menunjukkan adanya variasi keruangan (spatial aspect) dan strata sosial (social aspect). Dampak krisis di perdesaan tidaklah sesulit krisis di perkotaan, namun demikian dampak krisis akhirnya melanda perdesaan dan kegiatan pertanian terutama setelah pemerintah mencabut subsidi pupuk dan menekan harga beras murah. Dibanding desa lahan basah, desa lahan kering lebih sensitif terhadap krisis ekonomi dan juga ekologi terutama kemarau panjang. Perubahan strategi penghidupan selama lima tahun terakhir (1998-2003) di perdesaan tidaklah terlalu besar. Berdasarkan penilaian Sustainability Assessment Matrix, kebun campuran menunjukkan tingkat keberlanjutan paling tinggi dalam jangka panjang dan sawah hortikultura dalam jangka pendek menguntungkan secara ekonomi. Akhirnya sebagai upaya untuk mendukung keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perdesaan, model partisipatif lebih cocok dan lebih efektif dalam menjaring aspirasi dan menggalang potensi serta mensinergikan upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
Rural structural changes in Yogyakarta Province indicate a tendency of shifting activities from farm to non-farm. The changes are a response to long-term economic and ecological changes as well as socio cultural changes, which relate to local dynamics and even to global trends. The 1997 crisis was a short-term shock, which characterized by a coincidence of economic and ecological disturbances, which triggered both social unrest and political changes. The aims of this research are: (1) to study of the potencies and the management of rural resource related to these structural changes in rural areas of Yogyakarta; (2) to analyze rural livelihood strategies and their response to economical and ecological crisis; (3) to assess the sustainability of rural resource use and its management, further to formulate an alternative model for rural resource management. This research is integrating and combining quantitative, qualitative and participatory approaches. The methods of collecting data are literature study, observation, survey, in-depth interview and some techniques of PRA (Participatory Rural Appraisal). This research attempts to analyze macro phenomena (global trends and national development policy) and micro dynamics (rural context, community and household responses) and then it be analyzed at meso level i.e. a comparative analysis of rural resource use and management in five villages. This research is concluded with interesting findings. Rural structural changes have shown varied in term of spatial demographical, socio cultural, as well as ecological and economical dimensions. The economical and ecological crisis of 1997 was a shock at the national level, but it just swing at the rural community in Yogyakarta. The impacts of the crisis in rural areas of Yogyakarta have shown a variation in the spatial context and social strata. In the rural dry land areas have more sensitive to the crisis than in the rural sawah areas. The changes of livelihood strategy during last five years (1998-2003) have shown small changes. The impact of the crisis in rural areas may not be as hard as in urban areas. However, the crisis certainly also disturbed the livelihood strategies of the rural households and shocked livelihood of the rural poor. Related to rural resource use and its management, a Sustainability Assessment Matrix has shown that the mix garden is more sustainable in long term and horticulture is more profitable in short term. Finally yet importantly, a participatory model in rural resource management is believed as appropriate and suitable for knitting aspiration, enhancing potency and synergizing the actors in fostering sustainable development.
Kata Kunci : Sumberdaya Perdesaan,Strategi Penghidupan,Pembangunan Berkelanjutan, Sustainable development, regional geography, rural resource management, livelihood strategy, participatory management model