Teknologi produksi Salak Suwaru di luar musim
SUDARYONO, Tri, Promotor Prof.Dr.Ir. H. Soemartono Sastrowinoto
2005 | Disertasi | S3 Ilmu Pertanian (Agronomi)Berlandaskan pada periodesitas muncul bunga, seharusnya panen salak Suwaru tidak terbatas pada musim panen raya dan apitan. Tidak adanya panen di luar musim disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah tidak adanya pengairan di musim kemarau, terbatasnya salak jantan dan tidak adanya serbuksari pada saat-saat tertentu. Penelitian teknologi produksi salak Suwaru di luar musim telah dilakukan melalui serangkaian penelitian di laboratorium dan lapangan. Penelitian bertujuan (1) mendapatkan teknik produksi salak Suwaru di luar musim, (2) mendapatkan gambaran faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap produksi salak Suwaru, sehingga diperoleh cara pengelolaan lingkungan tumbuh untuk meningkatkan hasil, (3) mendapatkan kultivar salak yang berkerabat dekat dengan salak Suwaru dan cara pengawetan serbuksari untuk mengatasi ketidaktersediaan serbuksari di sentra salak Suwaru, (4) memperoleh cara tepat menentukan biji salak Suwaru yang akan tumbuh menjadi tanaman salak jantan. Produksi salak Suwaru di luar musim dapat diperoleh dengan menerapkan teknologi terdiri dari pengairan di musim kemarau(20 l per pohon) interval 20 hari, pemupukan ZA dosis 300 g per pohon, penggunaan serbuksari yang diawetkan atau serbuksari yang berasal dari tanaman salak Kersikan dalam penyerbukan salak Suwaru. Kadar air tanah, ketersedian unsur N dan S merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap produksi salak Suwaru. Mempertahankan kadar air tersedia antara 78 – 93% serta meningkatkan ketersediaan unsur nitrogen dan sulfur melalui pemupukan ZA dosis 300 g per pohon per tahun selain meningkatkan jumlah bunga, hasil dan mutu buah salak Suwaru, juga frekuensi panen (panen di luar musim) serta meningkatkan pendapatan sebesar 139,63% per ha per tahun. Salak Suwaru berkerabat dekat dengan salak Kersikan dengan koefisien kemiripan sebesar 0,71. Kedekatan kekerabatan salak Suwaru dengan Kersikan diikuti pula oleh dekatnya kekerabatan antara salak jantan Suwaru dan salak jantan Kersikan dengan koefisien kemiripan sebesar 0,84, sehingga salak jantan Kersikan dapat dijadikan sebagai sumber serbuksari dalam penyerbukan salak Suwaru. Viabilitas serbuksari yang disimpan dalam freezer lebih baik daripada yang disimpan dalam exicator. Serbuksari yang disimpan di freezer sampai 8 minggu viabilitasnya lebih dari 70%, sedangkan yang disimpan di exicator viabilitasnya kurang dari 40%. Pemanfaatan serbuksari yang berasal dari salak jantan Kersikan yang telah disimpan di freezer maupun exicator selama 1 sampai dengan 7 minggu dalam penyerbukan salak Suwaru tidak berpengaruh terhadap mutu buah. Salah satu masalah produksi salak Suwaru di luar musim adalah terbatasnya salak jantan sebagai sumber serbuksari. Oleh karena itu, cara memperbanyak tanaman salak jantan dari biji sangat diperlukan. Biji yang berasal dari buah salak yang berbiji satu dan bentuk biji bulat akan tumbuh menjadi tanaman salak jantan dengan peluang sebesar 96,67%. Diperoleh sekitar 13% biji salak yang berbentuk bulat dari setiap tandan buah salak Suwaru.
Based on flowering period, harvest of salak cv Suwaru is not seasonal. Seasonal harvest is caused by lack of irrigation during the dry season, limited numbers of male plants, and also lack of pollen at specific time. Research on offseason production technique on salak cv Suwaru was done through serial laboratory and field experiment. The laboratory experiment was done using the completely random design (CRD) while the field experiment was done using the randomized complete block design (RCBD). The objectives of the research were (1) to determine techniques for production of salak cv Suwaru in the offseason, (2) to identify the environmental factors affecting salak cv Suwaru flower and fruit production, (3), to describe the realtionship among salak varieties in East Java centres of production, which have a close relationship with salak cv Suwaru, and to find a method for storimg pollen as an approach to overcome discontinuity of pollen in centre of salak cv Suwaru production, (4) to find an appropriate way of determining which salak seed will develop into male plants. Offseason production of salak cv Suwaru can be achieved by applying cultureal technique, including irrigation during dry the season (20 l per tree) at 20 day intervals, fertilization with 300 g ZA per tree per year, use of stored pollen or pollen from male salak cv Kersikan for pollination. Soil water content, supply of nitrogen and sulphur were dominant environmental factors that influence the continuity of flowering, and production of salak cv Suwaru. Maintaining soil water content at 78 – 93 % and increasing nitrogen and sulphur supply through ZA fertilization (300 g per tree) not only increases the number of flower bunches, production and quality of salak cv Suwaru fruit, but also the number of harvest, thereby increasing famers’ income by 139.63 % or Rp 15,528,000 per ha per year. Salak cv Suwaru was shown to have a close relationship with salak cv Kersikan, with a coefficient of similarity of 0.71. The male salak cv Suwaru was shown to have a close relatioship with male salak cv Kersikan, with a coefficient of similarity of 0.84. Using the pollen from male salak cv Kersikan for pollination of salak cv Suwaru did not influence the phenotype or fruit quality of salak cv Suwaru. The salak pollen preserved both in the exicator and freezer for seven weeks can be used as pollen source for pollination of salak cv Suwaru. However after eight weeks of stored, the viability of pollen preserved in freezer was 74.59 %, or twice as high as polllen preserved in exicator. One of problems of salak cv Suwaru production was the limited of male plant as pollen source. Therefore, propagation method of male plants from seed is really needed. Salak fruit containing a single round seed had a probability of growing to become a male tree of 96.67 %. The chance of obtaining round seed from each fruit bunch be about was about 13 %.
Kata Kunci : Salak Suwaru, Teknologi Produksi, Peningkatan Hasil