Laporkan Masalah

Usahatani Teh petani plasma dan hubungannya dengan perusahaan inti di Jawa

HAMIDAH, Siti, Promotor Prof.Dr.Ir. Sri Widodo, M.Sc

2005 | Disertasi | S3 Ilmu Pertanian (Ekonomi Pertanian)

Tujuan penelitian ini untuk (1) mengetahui penerapan teknologi oleh petani plasma; (2) melihat peranan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani teh petani plasma; (3) mengetahui dampak rayonisasi dan peran tengkulak terhadap loyalitas petani plasma; (4) menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi kebun teh petani plasma; (5) menghitung produktivitas kebun teh dan pendapatan petani plasma; (6) menganalisis efektivitas Kerjasama Operasional dan kemitraan usaha inti-plasma.Penelitian dilakukan di Propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah, data 300 rumahtangga petani plasma sampel yang diperoleh secara acak sederhana dianalisis dengan uji t dan regresi. Petani plasma di Jawa melaksanakan pemeliharaan dan pemetikan kebun teh dan menggunakan sarana produksi serta tenaga kerja lebih rendah dari perusahaan inti. Pengusahaan kebun teh petani plasma lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga, peranan tenaga kerja luar keluarga di Jawa Barat lebih besar daripada Jawa Tengah. Rayonisasi areal plasma dan peran tengkulak dapat menurunkan loyalitas petani plasma di Jawa Barat, sebagian besar pucuk teh dijual ke luar perusahaan inti sehingga pabrik teh inti bekerja jauh di bawah kapasitas terpasang. Produksi kebun teh petani plasma dipengaruhi oleh luas lahan, penggunaan pupuk, pestisida dan tenaga kerja, umur tanaman, kelas kebun, lokasi dan perusahaan inti.Produktivitas kebun teh petani plasma lebih rendah dari 10.000 kilogram pucuk per hektar per tahun, belum setaraf perusahaan inti, tetapi sudah lebih tinggi dari kebun teh rakyat. Pendapatan usahatani teh petani plasma di Jawa lebih rendah dari Rp. 2.378.806,- per hektar per tahun. Usahatani teh sebagai sumber pendapatan utama/terbesar dan menguntungkan bagi petani plasma. Produktivitas kebun dan pendapatan usahatani teh petani plasma Jawa Tengah lebih tinggi, tetapi keuntungan yang diperoleh tidak berbeda, karena biaya tenaga kerja keluarga lebih besar daripada di Jawa Barat. Kerjasama Operasional di Jawa Tengah dapat meningkatkan kelas dan produktivitas kebun, kualitas pucuk, dan proporsi produksi teh petani plasma yang dijual ke perusahaan inti. Kemitraan usaha inti-plasma di Jawa belum efektif, sebagian produksi kebun plasma dijual ke luar perusahaan inti, harga pucuk teh di perusahaan inti lebih rendah dari harga di luar, transaksi belum lancar, penentuan harga, mutu dan penimbangan produk plasma belum tepat, besar dan cara pembayaran angsuran kredit petani plasma tidak sesuai aturan. Walaupun kemitraan usaha inti-plasma di Jawa belum efektif, tetapi pengembangan komoditas teh melalui pola PIR Lokal di Jawa dapat memperkecil jarak antara perkebunan rakyat dengan perkebunan besar.

This research aimed (1) to know about adoption of tea farming technology by plasm farmer,(2) to see role of wages labour on tea farming, (3) to know about impact of tea plantation grouping and role of retailer to plasm farmer loyality, (4) analysis factors influencing to tea production, (5) to count tea productivity and plasm farmer income, (6) analysis efectivinees of operational cooperation and nucleus-plasm partnership. The study is conducted in West and Center Java Provinces. Data of 300 household samples are analyzed by t test and regression. Java plasm farmers have technical cropping and use of input and labour lower than nucleus estate. Role of wages labour in tea farming is larger than family labour, role of wages labour at West Java is larger than Center Java. Tea plantation grouping and role of retailer can decrease plasm farmer loyality, most of tea production are sold to non nucleus factory, so nucleus factory must operate at under capacity. Tea production is influenced by size of tea plantation, use of input and labour, age of tea plants, class of plantation, location and nucleus estate. Productivity of tea farmer plasm plantation is lower than 10,000 kilograms green leaf per hectar per year, so lower than tea nucleus estate plantation, but it’s higher than tea non plasm farmer plantation. Productivity of tea plasm farmer plantation at West Java is lower than Center Java. Tea plasm farmer income at Java is lower than Rp. 2.378.806,- per hectar per year and tea farming is profitable. Tea plasm farmer income at West Java is lower than Center Java, but their profit are not different, because cost of family labour at Center Java is more than West Java. Operational cooperation at Center Java can decrease class and productivity of plantation, quality of tea green leaf and proportion of tea plasm farmer production is sold to nucleus factory. Nucleus-plasm partnership at Java has not efective, a part tea plasm farmer production is sold to non necleus factory, price of tea green leaf at nulceus factory is lower than out of nucleus factory, transaction has not done fine, determination of quality, price and weight of plasm farmer production have not exactly, and payment of plasm farmer credit is not rule of rules. Although the relationship between plasm farmer and nucleus estate have not been good enough, but the Tea Nucleus Estate Smallholder Scheme could make closser of the distance of smallholder and estate.

Kata Kunci : Usahatani Teh,Petani Plasma dan Perusahaan Inti, Tea Farming Management, Plasm Farmer, Nucleus Estate, Production, Productivity, Income, Partnership.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.