Kualitas hidup (Fisiologis dan Psikologis) pasien atresia ani yang telah dilakukan Posterior Sagittal Anorectoplasty (PSARP) di RS Dr. Sardjito Yogyakarta
CAHYADI, FX Ardiyan, dr. Rochadi, SpB.,SpBA
2006 | Tesis | PPDS I Ilmu BedahLatar belakang: Atresia ani merupakan kelainan kongenital yang terbanyak pada daerah anorektal dan masih menjadi perdebatan banyak ahli. Atresia ani terdapat pada satu dari 4000 sampai 5000 kelahiran hidup. Sebelum diperkenalkan tehnik Posterior Sagittal Anorectoplasty (PSARP), para ahli menggunakan tehnik abdominoperineal pull-through. Pena dan de Vries memperkenalkan metode Posterior Sagittal Anorectoplasty (PSARP), karena hasil operasi yang baik dan hampir semua bentuk kelainan anorektal dapat dikerjakan dengan metode ini. Sejak tahun 1995 tehnik Posterior Sagittal Anorectoplasty (PSARP), dipergunakan di Sub Bagian Bedah Anak FK UGM/RS Dr Sardjito Yogyakarta, sehingga diperlukan evaluasi yang konsisten tentang keberhasilannya. Bahan dan cara: Data dikumpulkan dari tahun 1995 sampai 2005, dengan rancangan penelitian crossectional yang dilakukan di sub bagian bedah anak FK UGM/RS Dr Sardjito Yogyakarta, jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi 60 penderita atresia ani dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu atresia ani letak tinggi dan atresia ani letak rendah, masing-masing kelompok berjumlah 30 penderita, outcome kualitas hidup (fisiologis dan psikologis) diukur dengan somatic assessment (menggunakan Skoring KLOTZ) dan psycological investigations (menggunakan Child Behavior Checklist), dilakukan analisa univariate, bivariate dan multivariate Hasil: Pada penelitian ini didapatkan hasil, subyek penelitian, 58,3 % berjenis kelamin laki-laki, operasi posterior sagittal anorectoplasty (PSARP) 71,7 % dilakukan pada umur dibawah 1 tahun, jenis operasi posterior sagittal anorectoplasty (PSARP) sebanyak 61,7 % adalah Full + Limited PSARP, 53, 3 % tanpa fistula, dan pendidikan orang tua 63,3 % SLTP ke bawah. Kedua kelompok subyek (atresia ani letak tinggi dan atresia ani letak rendah) tidak berbeda secara bermakna ditinjau dari jenis kelamin, umur saat PSARP, dan pendidikan orang tua (P>0,05). Outcome kualitas hidup (fisiologis dan psikologis) pada atresia ani letak rendah baik somatic assessment (Skoring KLOTZ) dan psysological investigations (CBCL/Internalizing problem, Externalizing problem dan Total problem) lebih baik dibanding atresia ani letak tinggi.(P<0,05) Multivariate regresi terhadap variabel lainnya bermakna secara statistik hanya pada letak ketinggian lesi (P<0,05). Simpulan: Atresia ani letak rendah memberikan outcome kualitas hidup (fisiologis dan psikologis) lebih baik dibandingkan atresia ani letak tinggi setelah dilakukan posterior sagittal anorectoplasty (PSARP).
Backgroud : Anal atresia is the most common anomali in anorectal region and still became debate of the experts. Anal atresia found in 1 of 4000 – 5000 birth. Before posterior sagittal anorectoplasty (PSARP) technique introduced, surgeon used abdominoperineal pull-through. Pena and de Vries introduced Posterior Sagittal Anorectoplasty (PSARP) method, because good result and almost every anomalies can be repair with this technique. Since 1995 Posterior Sagittal Anorectoplasty (PSARP) technique performed in Pediatric Surgery Department Sardjito General Hospital, Gadjah Mada Medical Faculty, of constatnt evaluation of the result is needed Material and Mehod : Data collected from 1995 to 2005, with cross sectional design in Pediatric surgery department Sardjito General Hospital/ Gadjah Mada Medical Faculty Yogyakarta. Sample size that met inclusion and exclusion criteria is 60 patients with anal atresia, population divided in two groups, high lesions anal atresia and low lesions anal atresia, each 30 patients, Quality of life outcome (physiological and psychological) assessed with Somatic assessment (by KLOTZ Scoring) ang psychological investigations (by CBCL), then univariate analysis, bivariate ang multivariate. Result : In this research resulted: subject’s characteristies: 58,3% are male, Posterior sagittal anorectoplasty (PSARP) procedure 71,7% performed in age < 1 years old, Full+limited PSARP procedure type is 61,7%, 53,3% without fistle, 63,3% parent educational status is junior high school or less. Both group (high and low malformations) had no significant difference based on sex, age on PSARP procedure and parent’s educational status (p>0,05). Quality of life outcome (physiological and psychological) in low lesions anal atresia based on somatic assessment (KLOTZ Scoring) and psychological investigations (CBCL/Internalizing problem, Externalizing problem and Total problem) is better than high lesions anal atresia (p<0,05). Multivariare regresion compared to other variable statistically significant different only for level of the lesions (p<0,05) Conclusions: Low lessions anal atresia give better quality of life (physiological and psychological) compared to high lesions after posterior sagittal anorectoplasty (PSARP)
Kata Kunci : Atresia Ani,Teknik PSARP, high lesions anal atresia, low lesions anal atresia, posterior sagittal anorectoplasty (PSARP), KLOTZ Scoring, Child Behavior Checklist (CBCL)