Nilai diagnostik gejala dispepsia pada gastritis kronik akibat infeksi Helicobacter pylori pada anak

ARIANI, dr. Mohammad Juffrie, Ph.D.,Sp.AK

2006 | Tesis | PPDS I Ilmu Kesehatan Anak

Latar belakang: Beberapa eara untuk menjabarkan gejala dispepsia telah banyak diketahui. Tetapi peran sindrom dispepsia dalam membantu diagnosis infeksi Helicobacter pylori pada anak masih belum diketahui. Infeksi Helicobacter pylori terutama didapat pada anak-anak dan perannya belurn jelas sebagai penyebab gejala dispepsia. Tujuan: mengetahui nilai diagnostik gejala dispepsia dalam mendiagnosis infeksi Helicobacter pylori pada anak. Metode: Penderita yang datang di instalasi rawat jalan SMF Kesehatan Anak, RS Dr. Sardjito, Yogyakarta dengan gejala nyeri perut berulang sejak bulan Januari 2002 seeara konsekutif ikut dalam penelitian. Penderita yang sebelumnya mendapat terapi untuk infeksi Helicobacler pylori, atau yang mendapat antibiotika, pengha.rnbat pompa proton, atau komponen bismuth dalam dua minggu terakhir dieksklusi dan penelitian. Informasi mengenai gejala gastrointestinal didapat dari orangtua penderita dengan menggunakan serangkaian kuesioner. Gejala dispepsia yang diamati meliputi nyeri epigastrium, mual,muntah, dan nyeri perut di malam hari kemudian diuji validitasnya terhadap pemeriksaan histopatologi dari biopsi mukosa antrum dan korpus gaster. Hasil: Didapatkan 78 anak yang memenuhi 'criteria masuk dalam penelitian. Di antara gejala dispepsia yang diteliti, nyeri epigastriurn memiliki nilai sensitivitas lebih tinggi dibanding ke-3 gejala lain yaitu 93% (IK 95% 83-100), spesifisitas 46% (1K 95% 32-60), nilai duga positif 49% OK 95% 36-63), nilai duga negatif 92% (1K 95% 81-100), rasio kecenderungan positif 1,72 (IK 95% 1,31-2,27), dan rasio kecenderungan negatif 0,15 (IK 95% 0,04-0,61). Setelah dilakukan tes ganda paralel. didapatkan kombinasi gejala nyeri epigastriurn dan mual memiliki nilai diagnostik lebih tinggi dibanding tes ganda paralel gejala dispepsia yang lain, yaitu sensitivitas 86% (1K 95% 73-99), spesifisitas 34% (IK 95% 21-47), nilai duga positif 42% (1K 95% 29-55), nilai duga negatif 81% (1K 95% 64-98), rasio kecenderungan positif 1,30 (1K 95% 1,01-1,67), dan rasio kecenderungan negatif 0.42 1 IK 95% 0,16-1,13). Dengan rasio kecenderungan positif yang didapat berkisar antara 1,30-3,41, apabila kita terapkan pada kurva nomogram Bayes theorem dengan angka prevalensi sebesar 36% maka akan kita dapatkan sedikit perubahan dari probabilitas pretest ke probabilitas posttest, rnenggambarkan bahwa penelitian ini sangat sedikit mengubah probabilitas sehingga seringkali tidak penting. Simpulan: Nilai diagnostik gejala dispepsia rendah dengan rasio kecenderungan yang diperoleh sangat keeil sehingga kurang ben-nanfaat dalam mendiagnosis gastritis kronik akibat it?feksi Helicobacter pylori. Secara klinis, sulit membedakan gastritis kronik yang terinfeksi fiehrobacter pylori dengan yang tidak terinfeksi Helicobacter pylori pada anak

Background Several instruments for measuring dyspepsia have been developed. However, the role of dyspepsia syndromes in screening the diagnosis of Helicobacter pylori infection in children is unknown. Helicobacter pylori infecton is mainly acquired in children and it is unclear if it causes any symptoms. Objective To asses the diagnostic value of dyspepsia syndromes in association with Helicobacter pylori infection in children. Methods Consecutive patients from January 2002 presenting with reccurent abdominal pain to the pediatric outpatient department, Sardjito Hospital, Yogyakarta were recruited for the study. Patients who were previously treated for Helicobacter pylori infection, or who had reeeiNed antibiotics, proton pump inhibitors or bismuth compounds in the preceding two weeks were excluded. Information on gastrointestinal symptoms was collected from children's parents by standarized questionnaire.Patient's dyspepsia syndromes includig epigastric pain, nausea, vomiting, dan night pain then correlated to their clinical findings. Helicobacter pylori diagnosis was made based on histological examination of gastric biopsies that were taken from antral and corpus biopsies. Results: There were 78 children enrolled in this study. Between the fourth symptoms, epigastric pain has higher sensitivity (93% (95%Cl 83-100), specificity 46% (95%CI 32-60), positive predictive value 49% (95%CI 36-63), negative predictive value 92% (95% CI 81-100), positive likelihood ratio 1,72 (95% CI 1,31-2,27), and negative likelihood ratio 0,15 (95% CI 0,04-0,61). Between parallel tests. Combination of epigastric pain and nausea give higher sensitivity value (86% (95% CI 73-99), specificity 34% (95% CI 21-47), positive predictive value 42% (95% CI 29-55), negative predictive value 81% (95% Cl 64-98), positive likelihood ratio 1,30 (95% CI 1,01-1,67), and negative likelihood ratio 0,42 (95% CI 0,16-1,13). Because low positive likelihood ratios, dyspepsia symptoms give less benefit in changing pretest probability to posttest probability. Conclusions: Low diagnostic values dan low likelihood ratios of dyspepsia syndrom show no benefit in diagnosing chronic gastritis due to Helicobacter pylori in children. Clinically, it is difficult to differentiate whether chronic gastritis due to Helicobacter pylori or not

Kata Kunci : Nilai diagnostik, dispepsia, Helicobacter pylori, anak, Diagnostic value, dyspepsia, Helicobacter pylori, children