Efektivitas Zafirlukast sebagai obat pengendali pada asma bronkial anak
INDARMAN, Tisa Rori, dr. Roni Naning, M.Kes.Sp.AK
2005 | Tesis | PPDS I Ilmu Kesehatan AnakLatar belakang : Asma bronkial merupakan penyakit kronis yang sering dijumpai pada anak. Pengurangan eksaserbasi asma merupakan tujuan pengobatan yang penting untuk mencapai tumbuh kembang anak secara optimal. Penanganan kasus ini dapat dengan penghindaran faktor pencetus dan pemakaian obat pencegah asma. Antileukotrien adalah salah satu obat pengendali asma yang termasuk dalam Pedoman Nasional Asma Anak. Penggunaan obat ini belum umum seperti obat pengendali asma golongan lainnya, walaupun sudah banyak studi yang menyebutkan efektifitas obat ini. Obat ini dapat merupakan alternatif pilihan disebabkan steroid dapat menyebabkan efek samping yang bermakna, dan kesulitan tehnik pemberian secara inhalasi. Selain itu, tidak semua proses inflamasi pada asma dapat dikontrol oleh steroid. Zafirlukast aman diberikan pada anak. Tujuan : untuk mengetahui efektivitas zafirlukast sebagai obat pengontrol pada asma anak. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis yang membandingkan pemberian zafirlukast dosis 10 mg dua kali sehari dengan plasebo sebagai terapi pada asma anak. Consecutive sampling digunakan untuk pengambilan sampel dalam kurun waktu 1 Oktober 2004 sampai Mei 2005, dengan randomisasi secara sederhana. Efektivitas zafirlukast dinilai setelah pemberian selama 6 minggu. Perbedaan efektivitas antara kedua kelompok diketahui dengan uji statistik yang sesuai dengan pengukuran variabel (uji t dan chi square). Hasil : Sebanyak 83 anak penderita asma episodik jarang, frekuen dan persisten berusia 5-11 tahun, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dialokasi random menjadi 2 kelompok yaitu kelompok zafirlukast (40 subyek) dan plasebo (43 subyek). Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria klinis (F = 0,75). Zafirlukast secara bermakna memberikan frekuensi gejala mengi dan keterbatasan aktivitas lebih pendek dibanding plasebo (p = 0,009 dan p = 0,003). Dan tidak ada perbedaan bermakna untuk gejala asma nokturnal, dan batuk tanpa atau disertai dahak (p = 0,059 ; p = 0,526 dan p = 0,174). Zafirlukast juga secara bermakna memberikan hari bebas asma lebih lama dibanding plasebo dengan beda mean -4,8 (IK 95% -6,2 s/d -0,8 p = 0,043), serta perbaikan APE dengan beda mean -28,9 (IK 95% -20,2 s/d -7,6 p = 0,000). Selain itu zafirlukast secara bermakna mengurangi kunjungan ulangan karena serangan asma (p = 0,044) dan jumlah pemakaian obat K-2 agonis (p = 0,035). Tidak ditemukan efek samping bermakna selama penelitian ( p = 0,08). Simpulan : Terdapat perbedaan yang bermakna antara pemberian zafirlukast terhadap hari bebas asma,pengukuran PEF dan gejala klinis asma dibandingkan plasebo.
Background : Bronchiale asthma is chronic airway disorder that is still a serious public health problem in countries throughout the world. Common management of asthma is to optimalized the growth and developmental children with asthma and to prevent from exacerbations. Asthma exacerbations contribute substantially to morbidity, and their reduction is an important therapeutic objective. Antileukotriene is one of the controller therapy in National Consensus of Asthma in Children. The use of this drug is not common yet in Indonesia, especially in Yogyakarta, although the effectiveness of this drug has been published in many studies. This drug can be an alternative choice because the difficulty of administration (inhalation) and side effect of steroid. Objective : To evaluate the effectiveness of zafirlukast in children with bronchiale asthma. We hope that the use of this drug as a controller therapy can prevent from airway remodelling in asthma patients. Methods : This study is randomized controlled trial, which comparing zafirlukast 10 mg BID with placebo control group, and will be conducted in outpatient department at Dr. Sardjito General Hospital. Consecutive sampling is used to collect samples, meanwhile simple randomization is used for random allocation. The effectiveness of zafirlukast were evaluated after 6 weeks. Inferential statistic used for the hypothetical test are chi square and t test, to measure the different result of intervention. Results : A total number of 83 children who eligible for the study were randomly assigned to receive either zafirlukast (40 subjects) or placebo (43 subjects). Diagnosis based on symptoms and clinical criteria (F = 0,75). Zafirlukast tablet produced significant improvements compared with placebo in multiple parameters of asthma control including : daytime asthma symptoms except cough and overnight asthma symptoms (wheezing p = 0,009 and activity limitation p = 0,003). Zafirlukast was also give an improvement in percentage of days without asthma with mean difference -4,8 (95% CI -6,2 to -0,8 p = 0,043), and clinic measured PEF (L/min) change from baseline with mean difference - 28,9 (95% CI -20,2 to -7,6 p < 0,001). There were also significant differences in clinic visiting due to asthma exacerbation (p = 0,044) and using of selective K-2 agonist (p = 0,035). There were no clinically meaningful differences between treatment groups in adverse effects ( p = 0,08). Conclusion : The result indicated that zafirlukast was show significant different in their effectiveness in children with asthma.
Kata Kunci : Asma Bronkial Anak,Zafirlukasi, zafirlukast, asthma, children, days without asthma, asthma symptom score