Pengaruh terapi Gansiklovir terhadap fungsi pendengaran anak terinfeksi Cytomegalo Virus
SANTOSA, Finariawan Asrining, dr. Sunartini, Ph.D.Sp.AK
2006 | Tesis | PPDS I Ilmu Kesehatan AnakPenyakit infeksi human cytomegalovirus (HCMV) adalah salah satu penyakit infeksi penyebab utama kelainan kongenital dan kecacatan pada bayi dan anak. Pada infeksi CMV diperkirakan sekitar 50%-80% terjadi ketulian sensorineural pada keadaan yang simptomatis. Skrining Nasional di Amerika memasukkan infeksi CMV sebagai risiko tinggi ketulian. Ketulian ini berdampak besar pada proses tumbuh kembang anak selanjutnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi gansiklovir terhadap proses ketulian yang terjadi pada infeksi CMV. Gansiklovir merupakan analog nukleotida guanin yang diperlukan dalam proses replikasi virus CMV. Inflamasi yang terjadi di telinga tengah disebabkan replikasi virus CMV di daerah tersebut. Inflamasi inilah yang akhirnya menyebabkan ketulian sensorineural. Penelitian dilakukan selama 3 tahun dari bulan Januari 2003 sampai dengan Maret 2006 di bagian Ilmu Kesehatan Anak RS DR Sardjito dengan kohort tunggal tanpa kontrol penilaian sebelum dan sesudah terapi. Sebanyak 641 individu terinfeksi CMV, terdapat 56 (8,7%) kasus dari jumlah tersebut dengan gangguan bicara. Hanya 46 anak bersedia menjadi subyek penelitian. Pemeriksaan antigenemia dan serologi dilakukan untuk memperkuat diagnosis infeksi CMV. Dilakukan analisis Kappa untuk memperkuat presisi diagnosis. Dilakukan pemeriksaan Auditory Brainstem Response (ABR) di awal dan 6 bulan pasca terapi pada semua subyek penelitian. Dari analisis antar dua pemeriksa dengan alat yang sama didapatkan kesepakatan yang tinggi dengan Kappa: 0,9022. Beberapa prediktor berupa kelainan mayor untuk ketulian didapat pada penelitian ini. Kejadian keterlambatan psikomotor terjadi pada 37% kasus, mikrosefali 6,5%, sedangkan kejang 13% sampel dengan gangguan bicara. Terapi gansiklovir dilakukan pada semua subyek penelitian sesuai dengan protokol yang dipakai di Sub Bagian Neurologi Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS DR Sardjito Yogyakarta. Didapatkan penurunan yang bermakna pada kadar IgM dan IgG sebelum dan sesudah terapi (P<0,001). Rerata ambang pendengaran berbeda bermakna sebelum dan sesudah terapi (beda rerata telinga kanan 19,13, P<0,001, telinga kiri 19,783, P<0,001). Derajat ketulian juga berbeda bermakna sebelum dan sesudah terapi. Rerata follow-up 10,9±5,35 bulan. Belum ditemukan faktor yang berpengaruh terhadap ketidakberhasilan terapi gansiklovir.
Cytomegalovirus infection in human are the most common cause congenital abnormality either handicap in child and newborn. In most cases this infection followed by sensory neural hearing loss (SNHL) approximately 60%-80% in symptomatic cases, thus can make the prognosis is merely unsatisfactory. The aim of the study is to evaluate the therapy of ganciclovir in subject with CMV infection, does it can make the SNHL disappeared in those subject. Ganciclovir are guanine analogue, very essential for viral replication. The replication of CMV also happens in middle ear, which can cause inflammation. We enrolled the study from January 2003 until March 2006 in Pediatric division of DR Sardjito Hospital with single population before-after treatment design. We have 641 cases with CMV, 56 (8,7%) cases of it with speech deficit, only 46 children were eliglible in this study. The criteria are from clinically manifestation and laboratory assessment. Antigenemia and serologic test is done to increase the accuracy. Kappa analysis is done to evaluate the precision ABR. Auditory Brainstem Response (ABR) is done to establish the SNHL before and 6 month after ganciclovir protocol. Kappa procedure is done to analyze the precision of ABR. We have 0.9022 for Kappa, which is very high. The predictor factors for SNHL are psychomotor delayed (37%), microsephaly (6,5%), and seizure (13%) in the population. With protocol therapy for CMV in DR Sardjito Hospital, all subject received ganciclovir therapy.The level of IgM & IgG before and after treatment were significantly different (P<0.001). Mean level of hearing before-after treatment also significantly different (Right ear Δr:19.13dB, P<0.001, left ear Δr:19.783, P<0.001). Average follow-up time is 10.93±5.35 months. There were no factors or co-factors able to be identified in unresponsive cases
Kata Kunci : Infeksi Cytomegalovirus,Pendengaran,Terapi Gansiklovir, Cytomegalovirus, sensoryneural hearing loss, ABR, Ganciclovir, Kappa, antigenemia, deafness, hearing level