Laporkan Masalah

Perbandingan morbiditas demam pasca bedah sesar emergensi antara pemberian antibiotika profilaksi ceftriaxon 2 g dengan ceftriaxon 1 g dan metronidazole 500 mg

SATRIAWAN, Firman, Dr.dr. H. Ibnu Pranoto, SpOG(K).,SpAnd

2006 | Tesis | PPDS I Obstetri dan Ginekologi

Latar belakang:Pemberian antibiotika profilaksi bedah sesar emergensi secara klinik telah menurunkan risiko morbiditas demam, endometritis, infeksi luka operasi, infeksi saluran kencing, dan beberapa kasus lainya (syok septik, abses pelvik, dan tromboplebitis vena pelvik). Jenis antibiotika dan cara pemberianya telah banyak diteliti dan dapat dianggap bukti untuk menurunkan morbiditas. Tujuan: Mengetahui perbedaan kejadian morbiditas demam paska bedah sesar emergensi pada pemberian antibiotika profilaksi antara ceftriaxon 2g dengan ceftriaxon 1g dan metronidazole 500 mg. Rancangan penelitian: uji klinik random (randomized clinical trial) Tempat dan waktu: Penelitian dilakukan di RS. Dr. Sardjito, sejak tanggal 1 Juli 2005 sampai dengan 30 Februari 2006. Bahan dan cara penelitian: Subyek penelitian adalah 66 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, subyek dikelompokan menjadi dua kelompok pemberian secara random dengan komputer, kelompok pertama diberikan antibiotika ceftriaxon 2g dan kelompok kedua diberikan ceftriaxon 1g dan metronidazole 500mg. Penyuntikan antibiotika dilakukan pada saat pemasangan duk operasi. Hasil yang diperoleh dilakukan uji komparabilitas, analisis bivariat dan analisis multivariat dengan alat bantu program spss. Hasil: Rerata usia subyek pada penelitian ini adalah 30,7 ±5,5 tahun. Kelas perawatan kelas tiga lebih banyak jumlahnya dari kelas dua (68,2% vs 31,8%). Indikasi operasi menolak stimulasi (13,6%), perdarahan ante partum oleh karena plasenta previa total (15,2%), fetal distres (22,7%), dan lainnya (48,5%). Persentase angka lekosit lebih dari 15x103 dibandingkan kurang dari 15x103 (51,5% vs 48,5%). Kadar albumin lebih dari 2,5 g% dan kadar albumin kurang dari 2,5g% (80,3% vs 19,7%). Kadar Hemoglobin lebih dari 10 g/dl lebih banyak dibandingkan kurang dari 10 g/dl (78,8% vs 21.2%),. Kasus perlunya tranfusi darah lebih kecil (74,2%) dibandingkan yang tidak memerlukan tranfusi (25.8%). Sebanyak 16,7% subyek peneltian mengalami demam paska operasi bedah sesar emergensi. Terjadinya morbiditas demam pada penelitian ini adalah 6 dari 33 kasus pada pemberian antibiotika Ceftriaxon 2g adalah (18,2%) dan 5 dari 33 pada pemberian antibiotika Ceftriaxon 1g dengan metronidazole 500 mg adalah (15,2%). Risiko terjadinya morbiditas demam paska bedah sesar emergensi meningkat 1,2 kali pada antibiotika Ceftriaxon 2g . Peningkatan ini secara statistik tidak bermakna karena nilai p>0,05. Terjadinya morbiditas demam paska bedah sesar emergensi meningkat bila kadar albumin <2,5g% dengan p<0,05. Angka lekosit ≥15X103 bermakna p<0,05.Terjadi morbiditas demam bila kadar Haemoglobin < 10 g/dl secara statistik bermakna nilai p<0,05. Simpulan: Pemakaian antibiotika profilaksi bedah sesar emergensi Ceftriaxon 1g dan Metronidazole 500mg tidak berbeda dibandingkan dengan Ceftriaxon 2g untuk mencegah terjadinya morbiditas demam. Hal ini berhubungan dengan faktor risiko terjadinya morbiditas demam pada bedah sesar emergensi di RS. Dr. Sardjito adalah, kadar albumin, angka lekosit, dan kadar hemoglobin

Background: The use of prophylactic antibiotic has been shown to reduced the incidence of postoperative infection morbidity after caesarean section, such as fever morbidity, endometritis, operation wound infection, urinary tracts infection, shock septic, pelvic abcess and thrombophlebitis. Many kind of antibiotics have been studied, and from the evidence can reduce the morbidity rate after cesarean section. Objective: To determine the fever morbidity after emergency cesarean section between prophylactic antibiotic administration ceftriaxon 2g alone with ceftriaxon 1g and metronidazole 500 mg. Study design: Randomized clinical trial Materials and methods: A total of 66 eligible women were randomly assigned to first group (ceftriaxone 2 g alone) and second (ceftriaxon 2 g and metronidazol 500 mg). Adiministration of antibiotic was performed when the sterile kerchief was placed. Fever morbidity after emergency cesarean section was compared in both of group using computerized analysis. Result: The mean of subject in this study is 30,7 ± 5,5 years. Hospitalized care third classes were more than second classes (68,2% vs 31,8%). Indications were refused to acceleration (13,6%), antepartum hemorrhage due to total placenta previa (15,2%), fetal distress (22,7%) and others (48,5%). Proportion of leukocyte ≥ 15.000/mmk is 51,5% and leukocyte <15.000/mmk is 48,5%. Proportion of albumin >2,5 g% is 80,3% and albumin ≥ 2,5 g% is 19,7%. Haemoglobine level <10g/dl is more than haemoglobine level ≥ g/dl (78,8% vs 21,2%). Requitments of blood transfusion is less than subject who did not requite blood transfusion (74,2% vs 25,8%).Fever morbidity occurred more higher in ceftriaxone 2g than combination of ceftriaxone 1g and metronidazole, but it was not significant (6/33 vs 5/33,p>0,05). Incidence of fever morbidity was correlated with albumin ≤2,5g% (p<0,05), leucocyte count > 15.000/ml (p<0,05), and haemoglobine level ≤ 10 g/dl (p<0,05). Conclusion: Ceftriaxone 2 g administration is as effective as ceftrixone 1g and meteronidazole 500 mg to reduce fever morbidity after emergency cesarean section as prophylactic antibiotic .

Kata Kunci : Bedah Sesar Emergensi,Antibiotika Profilaksi,Demam, emergency cesarean section, prophylactic antibiotics, ceftriaxone, metronidazole, fever


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.