Manfaat Ruko Walet di Kecamatan Dumai Timur dan Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai

DAULAY, Rino Parlindungan, Ir. Bambang Hari Wibisono, MUP.,MSc.,Ph.D

2005 | Tesis | Magister Perencanaan Kota dan Daerah

Perkembangan ruko-ruko di Kecamatan Dumai Timur dan Kecamatan Dumai Barat mencapai 261 % sejak tahun 2003. Peningkatan ini tidak terlepas dari adanya isu usaha walet yang lebih baik di pusat kota. Keuntungan yang didapatkan per 1 (satu) kilo sarang burung walet bernilai Rp.15.000.000- Rp.20.000.000. Ruko-ruko walet tidak membutuhkan tenaga kerja dan tidak perlu dijaga serta dihuni. Peningkatan PAD melalui penarikan retribusi dan pajak dari sarang burung walet sangat memberikan kontribusi yang besar bagi daerah. Permasalahan yang terjadi adalah adanya 2 (dua) fungsi ruko yang berbeda, yaitu ruko non-walet dan ruko walet. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan adanya besaran manfaat antara ruko walet dan non walet berdasarkan persepsi pemilik usaha. Hipotesis penelitian ini adalah bahwa ruko non walet lebih besar manfaatnya daripada ruko walet berdasarkan persepsi pemilik usaha. Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif-kuantitatif. Obyek penelitian adalah responden pemilik usaha walet dan non walet pada Ruko pusat Kota. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode Cluster-Simple Random Sampling. Analisis teknik kuantitatif yang digunakan adalah dengan Chi- Square dan Compare Mean. Populasi ruko walet berjumlah 550 unit dengan sampelnya berjumlah 225 unit sedangkan populasi dari ruko non-walet berjumlah 1200 unit dengan sampelnya berjumlah 291 unit. Lokasi penelitian di Kecamatan Dumai Timur dan Kecamatan Dumai Barat yang merupakan pusat Kota Dumai. Hasil penelitian dengan menggunakan statistika Chi-Square menunjukkan bahwa adanya perbedaan antara ruko non-walet dan ruko walet berdasarkan variabel-variabel tingkat kebisingan, jarak pemasaran, besaran daya listrik, status bangunan dan jenis pekerjaan. Penggunaan statistika Compare Mean juga menunjukkan perbandingan yang signifikan antara kedua jenis ruko berdasarkan variabel pendapatan, pengeluaran, harga ruko, jumlah penghuni, lama usaha, upah tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja. Berdasarkan faktor lingkungan, sosial dan ekonomi maka ruko non walet lebih besar manfaatnya daripada ruko walet berdasarkan persepsi pemilik usaha.

The development of shophouses in Dumai Timur District and Dumai Barat District has reached 261% since 2003. Such a great increase can not be separated from the issue of the tendency of the local entrepreneurs to develop swiftlet farms in the shophouses, which they consider provide better profits in the city center. The profit obtained from swiftlet farming can be around Rp. 15,000,000.- to Rp. 20,000,000.- per kilogram. The swiftlet shophouses do not need labors and do not need personnels to guard. Retribution and tax from swiftlet shophouse owners contribute to the increase in the municipal income (PAD). The problem is the emergence of two functions of shophouses, i.e. swiftlet and non swiftlet shophouses. This research is aimed at revealing the benefit of swiftlet shophouses by comparing with non-swiftlet shophouses on perception the local entrepreneurs. The hypothesis of the research is that swiftlet shophouses has greater benefit than non-swiftlet shophouses on perception of the local entrepreneurs . This research used a deductive-quantitative approach. A number of respondents representing both groups of swiftlet and non-swiftlet shophouse owners in both districts, which are the city center of Dumai Municipality, were interviewed. The sampling method used was cluster-simple random sampling. The total number of swiftlet shophouses are 550 units and a sample of 225 units were taken, while the total number of non-swftlet shophouses are 1200 and 291 units were taken. Quantitative analysis was done using chi-square and compare mean techniques. The result of the chi-square analysis shows that there are differences in the characteristics of both types of shophouse according to the variables of noise, distance to the marketing places, the amount of electrical power used, the status of the building, and type of employment. The result of compare mean analysis also reveal the significance of the comparison between the two types of shophouse according to the variables of number of income, expenditures, economic value of the shophouse, number of inhabitants, length of work period, labor cost, and number of employees. Based on environment, social and economic factors, it is proved that non-swiftlet shophouses has greater benefit than swiftlet shophouses on perception of the local entrepreneurs.

Kata Kunci : Pertumbuhan Kota,Ruko,Sarang Burung Walet,Retribusi Daerah, non-swiftlet shophouse, swiftlet shophouse, benefit,quantitative statistic.