Laporkan Masalah

Penolakan Masyarakat Pecinan Semarang Terhadap Kebijakan dan Program Revitalisasi Kawasan Pecinan

KAUTSARY, Jamilla, Ir. Leksono Probo Subanu, MURP.,Ph.D

2005 | Tesis | Magister Perencanaan Kota dan Daerah

Revitalisasi Pecinan Semarang muncul setelah adanya tren pangsa pasar wisata dari Asia Timur Raya pasca tragedy WTC. Di samping itu adanya kesepakatan antara pemerintah Indonesia dan China pada tahun 2002 telah menjadikan Indonesia sebagai daerah tujuan wisata. Perubahan sikap pemerintah ini diwujudkan dalam perhatian, sikap dan penyusunan rencana tindakan untuk menjadikan kawasan Pecinan Semarang sebagai kawasan wisata. Upaya revitalisasi kawasan ini tidak semulus yang dibayangkan. Adanya kekhawatiran masyarakat serta adanya konflik ruang, waktu dan aktivitas antara kegiatan baru dengan tradisi yang tumbuh di masyarakat Pecinan, mengakibatkan munculnya beragam bentuk penolakan dari masyarakat. Berangkat dari masalah tersebut studi ini bertujuan untuk menemukan bentuk penolakan dan faktor yang menyebakan penolakan masyarakat terhadap implementasi kebijakan dan program revitalisasi kawasan Pecinan. Penelitian ini mengambil lokasi di kawasan inti Pecinan Semarang yakni di Kelurahan Kranggan Kecamatan Semarang Tengah Kota Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah induktif kualitatif dan analisis diskriptif empirik dengan sampel purposive, salah satunya adalah dengan wawancara mendalam (indepth interview) terhadap kepala keluarga yang lahir dan besar di kawasan ini serta menganut agama Tri Dharma. Melalui pendekatan ini diharapkan bisa lebih dalam untuk mengungkap, menggambarkan dan menganalisis kenyataan sosial yang benar-benar terjadi dan mengetahui apa yang ada dibalik penolakan masyarakat tersebut. Bentuk penolakan warga Pecinan yang bisa dikenali dalam penelitian ini adalah kompromi bersyarat, diam yang disertai rasa takut dan/atau marah, protes melalui jalur formal (rapat), tidak menanggapi anjuran pemerintah, bertahan dengan pembatas fisik baik permanen maupun tidak permanen, protes/menolak secara tertulis melalui surat kabar, majalah maupun surat ke lembaga/pemerintah, penolakan bersama dalam satuan RT. Sedangkan faktor yang menyebabkan penolakan adalah faktor internal akibat adanya konflik sosial-kultural-emosional dari masyarakat dan faktor ekternal akibat adanya konflik faktual-intelektual terkait dengan tujuan, cara mencapai tujuan dan fakta-fakta yang terjadi di lapangan terkait dengan implementasi kebijakan dan program revitalisasi

Revitalization of Chinese District in Semarang was begun when there had been great tourism demands from the Great East Asia post WTC tragedy. Beside that, the agreement between Indonesia and China government had decided Indonesia as tourism destination area. The changing of Indonesia government attitude to Thionghoa ethnic was implemented by attention, attitude and action plan making to guide Chinese District in Semarang as tourism destination area. This effort is not as easy as that imagined. Some community’s worrying and some conflicts that link to the space, time and activity between new activity and community’s tradition caused some problems in implementation. Based on this problem, this research has goal to search forms of the refused and factors that caused the refused of Chinese community to policies and programs for revitalization. This research located in the core of Semarang’s Chinese District and used both qualitative-inductive method and descriptive analysis with purposive sample, one of it is in-depth interview to the household who was born and grew in Chinese district and especially who had Tri-Dharma religion. By using this method, it is hopped that it can find, explain and analyze the social fact, which have been happened and explore some thing behind that community’s refused. The refused actions that could be found from this research are compromise, quiet that accompanying emotions fear and anger, protest by formal way, obey to government’s advice, defend with permanent and impermanent obstacles, protest by writing articles in mass media, magazine or writing letter that addressed to municipal, and refuse together in neighborhood unit scale. The factors, which caused Chinese’s communities refused, are internal factors (social-cultural-emotional conflicts) and external factors (factualintellectuals conflicts).

Kata Kunci : Kebijakan Pemerintah,Revitalisasi Kawasan Pecinan,Penolakan Warga


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.