Prospek budidaya ulat sutera di Kabupaten Lampung Barat

OKTAVIANI, Soetatwo Hadiwigeno, Ph.D

2006 | Tesis | Magister Ekonomika Pembangunan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prospek budidaya ulat sutera di Kabupaten Lampung Barat, hal-hal yang ditinjau pada penelitian ini adalah pendapatan bersih petani, harga jual komoditi, resiko gagal panen, dan Cash Flow analisis dengan meninjau Break Event Point (BEP) dan Payback Period (PP) usaha, dengan komoditi pembanding yaitu kopi. Hasil analisis menunjukan bahwa pendapatan bersih rata-rata petani ulat sutera per hektar adalah Rp5.523.488- per tahun, lebih tinggi dibandingkan pendapatan bersih rata-rata petani kopi per hektar yang nilainya Rp4.575.000,- per tahun, dan hasil T test uji dua beda rata-rata menyatakan perbedaan pendapatan tersebut signifikan. Dari perbandingan harga jual komoditi dan resiko gagal panen, komoditi ulat sutera juga ternyata lebih unggul dibandingkan komoditi kopi, asalkan petani memiliki keterampilan dan ketekunan yang tinggi. Dari analisis Cash Flow pada budidaya ulat sutera diperoleh PP = 1,09 tahun, BEP harga Rp21.900,- dan BEP produksi 574 Kg, sementara usahatani kopi dengan harga yang berlaku Rp7.000,- diperoleh PP = 7,3 tahun, BEP harga = Rp6.200,- dan BEP produksi = 3.359 Kg, sehingga disimpulkan bahwa usaha budidaya ulat sutera lebih cepat memberikan pendapatan pada petani. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya ulat sutera memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan serta dapat dijadikan alternatif usaha dan sumber pendapatan baru bagi para petani di Kabupaten Lampung Barat asalkan tersedia tenaga kerja yang terampil. Selanjutnya analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui apa yang terjadi jika usaha ini berjalan tanpa adanya subsidi dari pemerintah daerah, ternyata hasilnya menunjukan bahwa meskipun tanpa subsidi namun usaha ini memiliki pendapatan yang melebihi usahatani kopi, demikian pula dengan cash flow nya.

This research aim to know the prospect of silkworm cultivation in Lampung Barat Regency, things evaluated this research is net income farmer, price sell the commodity, risk fail the crop, and Cash Flow analyze with evaluating Break Event Point ( BEP) And Payback Period ( PP) of effort, with the comparator commodity that is coffee. Result of analysis indicate that net earning of mean of silkworm farmer per hectare is Rp5,523,488,- per year, compared to higher net income of farmer mean copy per hectare which its value Rp4,575,000,- per year, and result of t test the test two mean difference express the income difference are significant. From price comparison sell the commodity and risk fail the crop, silkworm commodity also in the reality more pre-eminent compared to commodity coffee, so long as farmer own the specific skill. From Cash Flow Analysis of silkworm cultivation obtained PP = 1.09 year, BEP of Price Rp21,900,- and BEP produce 574 Kg, whereas farming coffee at the price of going into effect Rp7,000,- obtained PP = 7.3 year, BEP Price = Rp6,200,- and BEP produce = 3,359 Kg, so that concluded that quicker silkworm cultivation effort give the income to farmer. Inferential as a whole that silkworm cultivation effort, own the prospect which is good to developed and also can be alternative effort and new income source to all farmer in Lampung Barat Regency so long as made available skillful labor. Here In after analyze the sensitivity conducted to know what is going on if this effort walk without existence of subsidy from local government, in the reality its result showed that though without subsidy but the effort is owning income exceeding farming coffee, that way also by its cash flow.

Kata Kunci : Budidaya Ulat Sutera,silkworm,silkworm farmer