Laporkan Masalah

Kinerja organisasi penyedia jasa penyelenggaraan konvensi di Yogyakarta :: Studi kasus pada Hotel Inna Garuda, Sahid Raya, dan Grand Mercure

RESPATI, Mirma, Dr.Ir. Danang Parikesit, M.Sc

2006 | Tesis | S2 Magister Kajian Pariwisata

Latar Belakang. Bisnis konvensi menjadi sebuah alternatif bagi dunia perhotelan Yogyakarta setelah turunnya kunjungan wisatawan sejak tahun 1998. Oleh karenanya kajian mengenai kinerja hotel sebagai sebuah organisasi penyedia jasa penyelenggaraan konvensi dinilai penting. Dari kajian ini akan diperoleh gambaran mengenai kapabilitas hotel untuk mendukung Yogyakarta sebagai destinasi konvensi di Indonesia. Tujuan Penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai kinerja hotel sebagai organisasi penyedia jasa penyelenggaraan konvensi di Yogyakarta. Metode Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif eksplanatoris dengan rancangan studi kasus. Penelitian dilakukan di tiga hotel di Yogyakarta, yakni Hotel Inna Garuda, Sahid Raya, dan Grand Mercure. Hotel-hotel ini dipilih berdasarkan tipologi manajemen yang berbeda. Subjek dari penelitian ini adalah manajer dan staf di departemen marketing dan FB (Food & Beverage) dengan jumlah seluruh informan 10 orang, yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling. Para informan ini dipilih karena dapat memberikan informasi mengenai manajemen penyelenggaraan konvensi di hotel masing-masing. Data dikumpulkan dengan cara wawancara mendalam, observasi, dan melihat rekaman arsip. Data dianalisis menggunakan teknik pembuatan penjelasan dan analisis SWOT. Untuk menjamin validitas data, dilakukan triangulasi sumber, metode, dan teori. Hasil Penelitian. Secara teknis tidak terdapat perbedaan dalam pelayanan teknis yang diberikan oleh ketiga hotel kasus. Ketiganya mengikuti prosedur operasional yang lazim dalam dunia perhotelan. Dalam hal mekanisme organisasinya, Hotel Inna Garuda dengan manajemen BUMN dan Sahid Raya dengan manajemen perusahaan pribadi memperlihatkan sistem sentralistik yang sangat jelas dengan birokrasi yang kaku. Hotel Grand Mercure dengan manajemen asing menunjukkan birokrasi yang lebih longgar. Mengenai SDM, materi pelatihan di ketiga hotel belum mencakup materi konvensi. Adapun fasilitas konvensi yang dimiliki oleh ketiga hotel kasus belum sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam teori. Meskipun demikian, dari penyelenggaraan konvensinya hotel-hotel tersebut selalu mencapai target penjualan yang ditetapkan. Kesimpulan. Ketiga hotel kasus masih harus memperbaiki baik kinerja teknis maupun non-teknisnya seperti dalam hal mekanisme organisasi, kualitas sumber daya manusia, dan fasilitas konvensi yang dimiliki.

Background. The business of convention has been an alternative for hotel industry in Yogyakarta after the decrease of tourists’ visits since 1998. Thus, it is necessary to work on the study on hotel organizational performances as a convention service provider. The study is important to obtain an overview of hotels’ capability in supporting Yogyakarta as a convention destination in Indonesia. Objective. The objective of this research was to investigate the hotel organizational performance as a convention service provider in Yogyakarta. Method. This research was a qualitative explanatory research, using a case study design. The research was conducted at Inna Garuda Hotel, Sahid Raya Hotel, and Grand Mercure Hotel Yogyakarta. The research subjects were managers and staff of marketing and FB (Food and Beverage) departments. The research involved 10 informants who were chosen based on purposive sampling method. The data were collected using an in-depth interview, observations, and archives records. The data were analyzed using an explanation-making technique and a SWOT analysis. Resource, method, and theory of triangulations were employed to assure data validity. Result. Technically there was no difference in services provided by the 3 hotels towards their convention guests. Nevertheless, the difference was clear in their organizational mechanism. The management of Inna Garuda, managed by government institution such as PT. HIN and Sahid Raya, managed by local owning company such as PT. SIHM&C showed centralistic system with stiff bureaucracy. On the other hand Grand Mercure, managed by Accor management showed a more untied bureaucracy which led to a faster development. On the human resource quality, the 3 hotels did not yet develop specific training on convention. The convention facilities owned by the 3 hotels also have not met the standard showed in theory. Yet, from convention, these hotels were able to achieve their sales target in the past few years. Conclusion. There were still many things to improve, both in the technical and in the non-technical performance of the 3 hotels, such as organizational mechanism, human resource quality, and facilities.

Kata Kunci : Manajemen Pariwisata,Kinerja Organisasi,Industri Pariwisata


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.