Laporkan Masalah

Kajian kerentanan gerakan tanah di Desa Banjararum Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo

ARDHYANTO, Wahyudi, Dr.Ir. Bambang Agus Kironoto

2006 | Tesis | S2 Teknik Sipil (Mag. Pengelolaan Bencana Alam)

Kejadian gerakan tanah di Desa Banjararum Kecamatan Kalibawang hampir terjadi sepanjang tahun disaat musim hujan, sehingga menimbulkan kerugian pada masyarakakat. Keterbatasan dana penanggulangan bencana dari pemerintah, mendorong perlunya prioritas penanggulangan gerakan tanah pada lokasi yang rentan dengan metode sederhana Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dilakukan studi untuk mengetahui zona kerentanan gerakan tanah dan upaya yang telah dilakukan untuk penanggulangan gerakan tanah. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis penyebab kerentanan gerakan tanah, mengetahui tingkat kerentanan gerakan tanah dan melakukan kajian terhadap upaya yang ditempuh dalam penanggulangan gerakan tanah. Penyebab kerentanan gerakan tanah dianalisis berdasarkan karakteristik daerah penelitian. Analisis tersebut didukung pemetaan berdasarkan metode statistik Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (2000) dengan menggunakan program Arc View 3.3. Hasil penelitian menunjukkan gerakan tanah yang terjadi di Desa Banjararum seluas 20,28 Ha, meliputi 17 tipe longsoran (slide), 8 tipe nendatan (slump), dan 4 tipe rayapan (creep). Luas gerakan tanah tersebut, berturut-turut adalah sebesar 2,2 Ha (10,86 %); 0,6 Ha (0,34 %) dan 18,01 Ha (88,80 %). Penyebab kerentanan gerakan tanah adalah kemiringan lereng > 40%, jenis batuan hasil rombakan material (endapan koluvial), aktivitas manusia pada lahan pemukiman, tipe iklim dan intensitas hujan yang relatif tinggi. Daerah penelitian Desa Banjararum seluas 1172,56 Ha, terbagi dalam zona kerentanan gerakan tanah tinggi, menengah, rendah dan sangat rendah. Luas zona kerentanan tersebut, berturut-turut adalah sebesar 86,53 Ha (7,38 %); 527,54 Ha (44,99%); 84,63 Ha (7,22 %); dan 431,97 Ha (36,84 %). Upaya penanggulangan gerakan tanah yang telah dilakukan terbatas pada daerah yang memberikan dampak terhadap fasilitas umum. Penanggulangan gerakan tanah di lahan masyarakat dilakukan dengan upaya sederhana, seperti penanggaan (pembuatan teras), pembuatan saluran air sederhana dan penambatan tanah dengan dinding penopang isian batu. Penanggulangan gerakan tanah oleh pemerintah dilakukan dengan pembuatan dinding penahan tanah, pembuatan saluran drainasi permanen, penghijauan dan perbaikan saluran induk Kalibawang.

Mass movement in Banjararum Village, Kalibawang Sub District occurs all through the year particularly in the rainy season. This phenomenon is the cause of substantial public property loss. Government funding is limited in supporting mass movement countermeasures. The priority is the implementation of simple methods to countermeasure mass movement in vulnerable locations. Therefore, a study is needed to recognize the mass movement vulnerability zones and the strategies that have been used as mass movement countermeasures. This research is carried out to analyze the causes of mass movement vulnerability, to recognize mass movement vulnerability levels, and to study strategies that have been implemented as mass movement countermeasures. The cause of mass movement vulnerability is analyzed based on the characteristic of the studied location. This analysis is supported by mapping based on The Energy and Mineral Resource Department's statistical method (2000), and by using Arc View 3.3 program. Research results show that these types of mass movement (20.28 Ha) are 17 of slides, 8 of slumps, and 4 of creeps. Those area are 2.2 Ha (10.86 %); 0.07 Ha (0.34 %) and 18.01 Ha (88.80 %). Causes of mass movement vulnerability are slope > 40 %, litology of colluvial deposit, human activities at settlement area, type of climate, and high intensity rainfall. Banjararum Village (1,172.56 Ha) is divided into high, middle, low, and very low mass movement vulnerability zones. Those zones cover 86.53 Ha (7.38 %), 527.54 Ha (44.99 %), 84.63 Ha (7.22 %), and 431.97 Ha (36.84 %), respectively. Mass movement countermeasures have been limited to the areas where public facilities are significantly affected. Mass movement occurring in the settlement areas can be countermeasured by implementing simple strategies such as benching, constructing simple drainage systems, wall retaining by using stone formation. Mass movement countermeasures that have been put in place by the government include the construction of concrete retaining walls, permanent drainage channels, regreening, and the rehabilitation of Kalibawang's main channel.

Kata Kunci : Gerakan Tanah,Pengendalian dan Penanggulangan, litology, slope, settlement, rainfall


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.