Laporkan Masalah

Ekspansi perkebunan kelapa sawit di Indonesia :: Tinjauan sosiologi kritis

ZUNARIYAH, Siti, Prof.Dr. J. Nasikun

2006 | Tesis | S2 Sosiologi

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa terlepas dari penggunaan minyak sawit, karena keragaman kegunaan dari produk yang dihasilkannya. Oleh karenanya, maka tidak mengherankan jika ekspansi perkebunan kelapa sawit terus dilakukan oleh pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menggambarkan dan menganalisa latar belakang terjadinya ekspansi kelapa sawit (2) menganalisa proses dan capaiannya dan (3) menganalisa implikasi sosial dan lingkungan akibat ekspansi tersebut. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder yaitu penelitian yang memanfaatkan hasil penelitian dari pihak yang resmi dan sah. Metode pengumpulan data dengan studi literatur dan dokumentasi. Sedangkan analisa data dilakukan dengan menggunakan kerangka sosiologi kritis yaitu teori rasionalisasi Habermas. Temuan penelitian ini memperlihatkan, pertama kendati gagal menjadi produsen utama dunia, namun pembangunan subsektor kelapa sawit telah mengantarkan Indonesia menjadi negara yang memiliki angka luasan lahan perkebunan terbesar di dunia dan mampu mencapai target-target perolehan devisa setiap tahunnya. Pencerahan yang ingin meningkatkan martabat manusia melalui pembangunan nalar justru jatuh dalam ideologi yang berorientasi teknis. Ideologi ini menjelma dalam bentuk pengejaran atas rasionalitas bertujuan (zweckrationalitat). Seluruh mekanisme ekspansi kelapa sawit diarahkan pada pengejaran terhadap target-target tertentu, misalnya luas perkebunan, nilai ekspor, produktivitas sampai pada target untuk menjadi produsen utama dunia. Upaya pencapaian target-target tersebut didasarkan atas efisiensi, efektivitas dan nilai tambah dimana pengejaran itu kadang-kadang mengorbankan nilai- nilai kemanusiaan seperti intensitas komunikasi politik dan demokrasi sosial. Demi pertumbuhan ekonomi, maka stabilitas politik atau depolitisasi merupakan syarat mutlak sehingga kontradiksinya adalah bahwa ekspansi perkebunan kelapa sawit itu sendiri telah menjauhkan rakyat dari demokrasi dan kebebasan politik. Kedua, kesuksesan Indonesia mencapai target ekspor maupun perolehan devisa negara merupakan sebuah prestasi jika ukuran kesuksesan diletakkan pada kerangka kuantitatif semata. Namun dalam rangka memahami proses pembangunan secara menyeluruh, maka dimensi kualitatif dari kesuksesan tersebut juga harus diperhitungkan. Ternyata ekspansi perkebunan kelapa sawit justru tidak berhasil secara kualitatif. Hal ini dapat dilihat dari munculnya persoalan konflik hak atas tanah, kemiskinan dan ketergantungan petani pada plasma serta masalah kerusakan lingkungan akibat ekspansi kelapa sawit. Sehingga kesuksesan secara kuantitatif bagi pengejaran tujuan dan target negara justru mengorbankan kemaslahatan kelapa sawit bagi masyarakat dan lingkungan itu sendiri.

Palm-oil is inseparable from our daily lives, due to its varied products and utilities. Thus, it is not surprising that government keeps expanding palm-oil estate. This research aims at [1] describing and ana lyzing background of palm-oil expansion; [2] analyzing its processes and achievements; and [3] analyzing social and environmental implication of such expansion. This research is secondary data analysis, i.e., utilizing research result conducted by formal and legitimized parties. Data is collected by literature and documentation study. Analysis is conducted by using critical sociology framework, i.e., Habermas's theory of rationalization. The research findings show that, firstly, despite its failure to be main world palm-oil producer, development of palm-oil sector has turn Indonesia to be a country with the world largest palm-oil estate area and it is able to achieve annual projected state income. Enlightenment aiming at raising human's dignity through ratio development is drawn into technical-oriented ideology. This ideology emerges as a pursuance of goal-oriented rationality [zweckrationalitat]. Overall mechanisms of palm-oil estate expansion are directed toward achieving certain targets, from estate area, export value, productivity to target of becoming main world producer. The effort to achieve the target is based on efficiency, effectiveness, and surplus value, which neglect humanitarian values, such as intensity of political communication and social democracy. For the sake of economic growth, political stability acts as the ultimate condition, so that the palm-oil estate itself has kept people away from democracy and political freedom. Secondly, success of Indonesia in achieving export target and state income is an achievement, when measured merely by quantitative framework. However, in order to understand the process comprehensively, qualitative dimension of the success also needs to be considered. In fact, such expansion fails qualitatively. It can be seen from the emergence of land rights conflict and dependency-relation between farmer and palm-oil companies, as well as environmental problems as a result of the expansion. The quantitative success aiming at achieving certain targets has sacrificed the usage of palm-oil for the people and environment.

Kata Kunci : Rasionalisasi, Ekonomi Politik, Ekologi, Kelapa Sawit, rationalization, political economy, ecology and palm-oil


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.