Gitar Klasik Lampung :: Musik dan identitas masyarakat Tulang Bawang
MISTHOHIZZAMAN, Prof.Dr. I Made Bandem, MA
2006 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni RupaGitar klasik Lampung adalah jenis seni pertunjukan vokal instrumental yang telah lama menjadi alat ungkap dan bagian kehidupan masyarakat Tulang Bawang yang saat ini terancam kelestariannya. Sesuai namanya, gitar adalah alat musik utama, yang dapat tampil tunggal maupun dalam bentuk ansambel yang terdiri dari gitar, cuk dan botol limun. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan berikut, (1) mengapa memiliki beberapa sistem pelarasan gitar; (2) bagaimana kedudukan dan fungsinya dalam masyarakat; (3) bagaimana posisi wanita dalam genre kesenian ini; (4) bagaimana bentuk penyajiannya; dan (5) bagaimana bentuk musikalnya. Disiplin etnomusikologi dipergunakan sebagai pendekatan utama dalam penelitian ini, ditopang kajian sejarah, antropologi dan musikologi. Penelitian dilakukan dengan pengamatan lapangan dan kajian kepustakaan. Gitar klasik Lampung adalah suatu bentuk kecerdasan setempat masyarakat Tulang Bawang terhadap unsur kebudayaan yang masuk, dan diyakini adalah bentuk akulturasi antara kesenian peninggalan Portugis, Belanda, dan Melayu Islam dengan muatan asli Lampung, setara dengan musik Keroncong di Jawa. Gitar klasik Lampung Tulang Bawang memiliki lima macam sistem pelarasan, yaitu: stem pal, stem kembang kacang, stem be, stem hawayang, dan stem sanak mewang. Kelima sistem pelarasan dipergunakan untuk memainkan sembilan macam lagu dengan melodi yang bersifat baku, yaitu: tetti' pal, tetti' kembang kacang, tetti' stambul, tetti' keroncong pandan, tetti' tiga serangkai, tetti' las bas, tetti' sanak mewang di ejan, tetti' satu kris, dan tetti' hawayang. Satu jenis permainan khusus adalah sandung, yaitu permainan tetti' pal dan tetti' stambul secara bersamaan.
The Lampung's classic guitar is a genre of vocal instrumental performing art which has been owned, played, and developed by Lampung people for centuries and already became a tool of divulging feelings and minds to pour out the heart’s feeling, devote oneself of love, joyous, sorrow, crestfallen, and so on, but nowadays, has been threatened by extinction jeopardy. Its will be performed in a single guitar or in the small ensemble consist of guitar, ukulele and lemonade’s bottle. The research aims are to procure the answers of the following questions: (1) why has some guitar’s tuning system; (2) what its status and function; (3) where the women’s status; (4) how it is performed; and (5) what the original musical forms. The Lampung’s classic guitar was a local genius of Lampung society towards a foreign culture component by made segregation and selection, thus the usage of foreign musical instrument does not need to make the performance become strange too. It is believed that this genre is an acculturation form of Portuguese, Dutch, Islamic Malay and its local components, tantamount to Keroncong, another Portuguese legacy in Java. The Lampung’s classic guitar have five guitar tuning systems namely stem pal, stem kembang kacang, stem be, stem hawayang, and stem sanak mewang which is used for playing nine fixed melody that is tetti' pal, tetti' kembang kacang, tetti' stambul, tetti' keroncong pandan, tetti' tiga serangkai, tetti' las bas, tetti' sanak mewang di ejan, tetti' satu kris, and tetti' hawayang. A specific performance is sandung, where tetti' stambul and tetti' pal bundle up to play together at the same time.
Kata Kunci : gitar klasik Lampung, identitas, kecerdasan setempat, akulturasi, Portugis, Lampung’s classic guitar, identity, local genius, acculturation, Portuguese