Laporkan Masalah

Pola urutan kata pada kalimat dasar dan pengaruhnya terhadap perwujudan nomina dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia

GUNAWAN, Fahmi, Prof.Drs. M. Ramlan

2006 | Tesis | S2 Linguistik

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan membandingkan pola urutan kata pada kalimat dasar dan pengaruhnya terhadap perwujudan nomina dalam bA dan bI. Untuk memperoleh hasil yang akurat, penelitian ini dilakukan dengan tiga langkah. Pertama, metode penyajian data dilakukan dengan menggunakan metode simak tehnik catat. Kedua, analisis data dilakukan dengan menggunakan metode distribusi dan kontrastif dengan tehnik pembalikan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teori urutan kata universal Greenberg (1966), Hawkins (1983), dan Poedjosoedarmo (2001). Ketiga, analisis penyajian hasil data menggunakan metode formal dan informal. Dari hasil analisis, ditemukan bahwa pola urutan kata pada kalimat dasar bA bersifat fleksibel dan pola urutan kata pada kalimat dasar bI cenderung ajeg. Kefleksibelan dan keajegan urutan kata dalam bA dan bI ini dapat diamati pada kalimat yang berpredikat verba dan kalimat yang berpredikat non-verba. Kalimat berpredikat verba dalam bA adalah (1) kalimat taktransitif yang berpola urutan VN1 dan N1V; (2) Kalimat ekatransitif berpola urutan (i) VN1(N3), V(N3)N1, (N3)VN1, (N3)N1V, dan N1V(N3) untuk N1 dan N3 yang berkategori nomina, (ii) pola urutan VN1(N3), N1V(N3), (N3)N1V, (N3)VN1 untuk N1 dan N3 yang berkategori pronomina persona, (iii) pola urutan VN1Prep(N3), N1VPrep(N3) untuk verba yang melekat erat dengan preposisi dan (iv) pola urutan VN1Prep(N3), VPrep(N3)N1, Prep(N3)VN1, N1VPrep(N3) untuk verba yang tidak melekat erat dengan preposisi; (3) Kalimat dwitransitif berpola urutan (i) VN1(N2)(N3), VN1(N3)(N2), V(N2)(N3)N1, N1V(N2)(N3), N1V(N3)(N2), (N2)(N3)VN1 untuk N2 yang berkategori nomina, dan (ii) pola urutan VN1(N3)Prep(N2), N1V(N3)Prep(N2), Prep(N2)VN1(N3) (N3)VN1Prep(N2) untuk N2 yang berkategori preposisi; (4) Kalimat tritransitif menyajikan pola urutan VN1(N2)(N3)(N4), N1V(N2)(N3)(N4), VN1(N2)(N4)(N3), V(N2)N1(N3)(N4), (N2)VN1(N3)(N4). Di sisi lain, urutan kata pada (1) kalimat taktransitif dalam bI berpola urutan N1V dan VN1, (2) kalimat ekatransitif berpola urutan N1VN3 dan VN3N1 pada N1 dan N3 yang berkategori nomina, pronomina persona, dan preposisi, (3) kalimat dwitransitif berpola urutan N1VN2N3, N1VN3N2, N1VN3PrepN2, dan VN3N2N1. Pada kalimat berpredikat non-verba, bA menyajikan pola urutan topik-komen dan komen-topik, sementara bI menyajikan pola urutan SP dan PS. Pembalikan urutan kata dominan menjadi pola urutan kata alternatif dalam bA disebabkan karena tuntutan fungsi yang berbeda, sementara pembalikan urutan kata dominan menjadi pola urutan kata alternatif dalam bI disebabkan karena tuntutan stalistika dan memunculkan pola urutan kata yang tidak gramatikal. Kefleksibelan pola urutan kata dalam bA dipengaruhi oleh munculnya sistem infleksi dan sistem derivasi pada nomina. Sistem infleksi itu berupa kasus, takrif, jender dan jumlah, sementara sistem derivasi berupa verbal noun (ism al-masdar), active participle (ism al-fâ`il), passive participle (ism al-maf`ûl), adjective (sifah al-musyabbahah), form of intensiveness (sîgah al-mubâlagah), elative noun (ism at-tafdîl) noun of place (ism almakân), noun of time (ism az-zamân), noun of instrument (ism al-âlat), relative noun (ism al-mansûb) dan diminutive (ism at-tasgîr). Di sisi lain, keajegan pola urutan kata dalam bI disebabkan karena letak kata dalam kalimat sudah dapat menjelaskan unsur fungsi. Oleh karena itu, bI tidak membutuhkan sistem penanda kasus dan penanda takrif. Kalaupun bI membutuhkan penanda kasus, maka penanda kasus itu tidak berfungsi sebagai penanda fungsi, akan tetapi penanda identitas nomina yang menduduki unsur fungsi. Penanda identitas itu dapat berupa penanda kasus berupa preposisi, penanda leksikal jender dan jumlah serta afiks. Munculnya sistem infleksi dan sistem derivasi pada nomina dalam bA dan penanda identitas pada nomina dalam bI merupakan cara tatabahasa untuk menyajikan prinsip jelas, tetapi hemat, dan mudah dikelola dan dipahami.

The thesis is aimed at describing and comparing the patterns of word order in Arabic (bA) and Indonesian language (bI) simple sentence and their influence toward noun formation. To obtain the objectives of this thesis, the research is conducted based on three methods. Firstly, method of supplying data uses observatory method with note-taking technique. Secondly, data analysis method uses distributional and comparative methods with permutation technique. Data analysis is conducted based on Greenberg’s (1966), Hawkins’s (1983), and Poedjosoedarmo’s (2001) theory of word order universal. Thirdly, analysis result presentation uses formal and informal method. Having been analyzed, it is found that bA has flexible word order and bI has fixed word order. This can be seen from their verbal and nominal sentences. The verbal sentence in bA (1) intransitive verbs has two word order patterns--VN1 and N1V; (2) monotransitive has (i) VN1(N3), V(N3)(N1), (N3)VN1, (N3)N1V, and N1V(N3) if N1 and N3 derive from noun, (ii) VN1(N3), N1V(N3), (N3)N1V, and (N3)VN1 if N1 and N3 derive from pronoun, (iii) VN1Prep(N3) and (N1)Vprep(N3) if preposition is attached to the verb, and (iv) VN1Prep(N3), VPrep(N3)N1, Prep(N3)VN1, and N1Vprep(N3) if preposition is not attached to the verb; (3) bitransitive has (i) VN1(N2)(N3), VN1(N3)(N2), V(N2)(N3)(N1), N1V(N2)(N3), N1V(N3)(N2), (N2)VN1N3, and (N3)VN1(N2) if N2 derives noun and (ii) VN1(N3)Prep(N2), N1V(N3)Prep(N2), Prep(N2)VN1(N3), and (N3)VN1Prep(N2) if N2 derives from preposition; (4) tritransitive has VN1(N2)(N3)(N4), N1V(N2)(N3)(N3)(N4), VN1(N2)(N4)(N3), V(N2)N1(N3)(N4), (N2)VN1(N3)(N4). On the other hand, the word order of the verbal sentences in bI using (1) intransitive verb has N1V and VN1; (2) monotransitive has N1V(N3) and V(N3)N1 in which N1 and N3 derive from noun, pronoun, and preposition; (3) bitransitive has N1VN2N3, N1VN3N2, N1VN3PrepN2, and VN3N2N1. Furthermore, the nominal sentences in bA has topic-comment and comment-topic order and bI has S-P and P-S order. The change of dominant word order into alternative ones in bA is due to its different function. Meanwhile, bI alternates its word order for the sake of stylistic or ungramatical consideration. The flexibility of word order in bA is mostly influenced by the appearance of the inflectional and derivational systems to noun. The inflectional system is in from of definite-marking system, case-marking system, gender and number-marking system. The derivational system is in form of verbal noun (ism al-masdar), active participle (ism al-fâ`il), passive participle (ism al-maf`ûl), adjective (sifah al-musyabbahah), form of intensiveness (sîgah al-mubâlagah), elative noun (ism at-tafdîl) noun of place (ism al-makân), noun of time (ism az-zamân), noun of instrument (ism al-âlat), relative noun (ism al-mansûb) dan diminutive (ism attasgîr). bI has fixed word order because the position of word has already indicated function. So, bI does not need further case-marker and definitemarker. Eventhough bI sometimes implies preposition, it, however, does not function as the case-marker but noun identity-marker filling certain function. Besides, noun is also identified by the lexicon of gender and number-indicating marker as well as affixes. Briefly, both inflectional and derivational system in bA and noun identity markers in bI play an important role to create clear but compact and easily understood and managed sentences.

Kata Kunci : Linguistik,Pola Urutan Kata,Kalimat Bahasa Arab dan Indonesia


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.