Laporkan Masalah

Kajian erosi Pantai Tanjung Karang di Kota Mataram Propinsi Nusa Tenggara Barat

SUBIANTO, Bambang Eko, Prof.Dr.Ir. H. Nur Yuwono, Dip.HE

2006 | Tesis | S2 Teknik Sipil (MPBA)

Pantai Tanjung Karang yang secara administrasi berada di kelurahan Tanjung Karang, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram dan secara geografis berada antara 8º 35’ 45” s/d 8º 36’ 15” Lintang Selatan dan 116º 04’ 15” - 116º 04’ 30” Bujur Timur telah mengalami erosi atau mengalami pengurangan sedimen. Akibat erosi juga menyebabkan kurangnya ruang publik di daerah pantai. Erosi yang terjadi pada pantai Tanjung Karang dengan panjang 1000 m dalam kurun waktu 5 tahun mencapai 10 m atau setiap tahunnya berkisar antara 1,50 – 2,00 m. Beberapa penduduk yang rumahnya terkena erosi telah pindah ke daerah yang lebih aman, walaupun pada saat musim angin Barat, saat air pasang akan naik setinggi 0,80 – 1,00 m di daerah permukiman. Pantai Tanjung Karang berfungsi sebagai daerah permukiman dan wisata. Di pantai Tanjung Karang juga terdapat bangunan PLTD yang berfungsi sebagai pembangkit listrik yang memenuhi kebutuhan listrik di pulau Lombok. Kajian erosi pantai Tanjung Karang ini dilakukan dengan mengidentifikasi data-data primer dan sekunder yang diperoleh dari instansi terkait berupa data angin, data pasang surut, peta dan data sedimen. Data angin dianalisis untuk peramalan gelombang sehingga diketahui berapa tinggi dan periode gelombang yang terjadi di lokasi penelitian. Data sedimen yang diambil langsung dari lokasi penelitian dianalisis di laboratoriun Sabo Training Centre yang digunakan sebagai acuan persyaratan dalam penggunaan rumus CERC untuk perhitungan transpor sedimen. Dalam perhitungan transpor sedimen, lokasi penelitian dibagi menjadi empat stasiun pengamatan yaitu A,B,C dan D. Hasil kajian transpor sedimen pada masing-masing stasiun didapat hasil berikut : Pada stasiun A sebesar 16.979,69 m3/tahun meninggalkan stasiun, ini berarti pada stasiun A terjadi erosi. Pada stasiun B sedimen yang masuk sebesar 16.979,69 m3/tahun dan yang terangkut sebesar 6.398,10 m3/tahun berarti stasiun B terjadi akresi. Untuk stasiun C sedimen yang masuk sebesar 6.398,10 m3/tahun dan yang terangkut sebesar 10.4333,60 m3/tahun ini berarti pada stasiun C terjadi erosi. Pada stasiun D sedimen yang datang sebesar 10.433,60 m3/tahun dan yang terangkut sebesar 10.292,74 m3/tahun yang berarti pada stasiun D kondisinya stabil. Akibat wave set-up pada tinggi gelombang (H) = 3,60 m dan periode (T) = 7,95 dt terjadi kenaikan elevasi muka air laut setinggi 0,66 m dan akibat wind set-up dengan kecepatan angin (V) = 27,50 m/dt dari arah Barat elevasi muka air laut naik sebesar 1,00 m dari elevasi muka air pasang tertinggi (HHWL) sebagai penyebab terjadinya genangan di daerah permukiman.

Tanjung Karang Beach is administratively situated on Kelurahan Tanjung Karang, Ampenan Sub District, at the city of Mataram, and geographically located between 80 35” 45’ and 8036’ 15”. The coastal area has undergone erosion or sediment decrease. Erosion has also lessened the public space in the area. Erosion in Tanjung Karang Beach occurred 1,000 m along the beach during 5 years period or equals to 1.50 – 2.00 m erosion for evey 10 meters of the beach span. People whose properties were affected by the erosion have moved to safer places. During the west wind blow season, high tide in settlement area reaches 0.80 – 1.00 m. Other than used as settlements, the beach is also an attractive tourism object. Diesel Power Generator, which supplies electricity for Lombok Island, also supplies electricity for Tanjung Karang Beach. The study on Tanjung Karang Beach is carried out by identifying the primary and secondary data, such as wind, high tide and low tide, map and sediment, which is collected by related institutions. Wind data is analyzed to forecast wave height and period at the studied area. Sediment data was directly collected from the studied location and has been analyzed at the Sabo Training Center. It was used as requirement reference for CERC formulation to calculate the sediment transport. The calculation divides the studied location into four observing stations: A, B, C, and D. Analysis results show that sediment transport at Station A is 16,979.69 m3/year when leaving the station, indicating that erosion occurs at Station A. The sediment entering Station B is 16,979.69 m3/year and transported sediment is 6,398.10 m3/year, indicating that accretion occurs in Station B. The sediment entering station C is 6,398.10 m3/year and transported sediment is 10,433.60 m3/year, indicating erosion occurs at Station C. Sediment entering Station D is 10,433.60 m3/year and transported sediment is 10,292.74 m3/year indicating that Station D is stable. Due to wave set up at wave height (H) of 3.60 m and period (T) of 7.95 second, sea-water surface elevation raises to 0.66 m. Having wind set-up with wind speed (V) of 27.50 m/second from West direction, sea water surface elevation raises to 1.00 m from the highest high water level (HHWL) and results in water inundation in settlement areas.

Kata Kunci : Erosi Pantai,Analisa Angin,Gelombang


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.