Pengkajian sistem prakiraan dan peringatan dini terjadinya banjir lahar di daerah Gunung Merapi :: Studi kasus Kali Boyong
ACHMAD, Ali Cahyadi, Dr.Ir. Bambang Agus Kironoto
2006 | Tesis | S2 Teknik Sipil (MPBA)Salah satu bencana yang ditimbulkan oleh aktivitas vulkanis Gunung Merapi adalah bahaya sekunder yaitu bahaya yang terjadi setelah letusan, dimana terdapat endapan material vulkanik dan piroklastik hasil letusan sebelumnya yang menumpuk di sekitar puncak gunung. Material tersebut dapat runtuh dalam bentuk banjir lahar karena pengaruh alam seperti hujan dengan intensitas yang tinggi. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji apakah sistem prakiraan dan peringatan dini yang ada sudah mampu memberikan informasi kepada penduduk yang tinggal di daerah rawan bahaya sebelum terjadinya banjir lahar. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode survai lapangan, pengamatan dan wawancara. Analisis data menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan cara mendeskripsikan kondisi aktual tentang kondisi umum lokasi penelitian dan analisis kualitatif tentang sistem telemetri yang telah dipasang di daerah Gunung Merapi yang mencakup: jaringan, perangkat keras, perangkat lunak, catu daya, sistem pengamanan, operasi dan pemeliharaan serta sumber daya manusia. Data untuk analisis berupa data primer dan sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas hujan yang dapat menimbulkan banjir lahar adalah rata-rata diatas 60 mm/jam sehingga peringatan dini sebaiknya diberikan apabila intensitas hujan mencapai level antara 50-55 mm/jam dan waktu tempuh banjir lahar dari puncak Gunung Merapi menuju lokasi yang ditinjau pada Desa Pulowatu adalah 45 menit. Dari hasil kajian peralatan pendukung sistem prakiraan dan peringatan dini yang ada didapatkan bahwa sebagian peralatan telemetri tersebut tidak berfungsi sehingga tidak dapat memprakirakan dan mendeteksi banjir lahar yang terjadi, hal ini disebabkan antara lain karena kurangnya kualitas sumber daya manusia para petugas penjaga alat dalam hal Operasional dan Pemeliharaan alat. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan beberapa perbaikan agar sistem prakiraan dan peringatan dini yang ada dapat lebih akurat dalam memberikan informasi sebelum terjadinya banjir lahar.
One of disaster caused by volcanic activity of Mount Merapi is secondary disaster. That disaster usually occurs after eruption, this volcanic activity produces volcanic and pyroclastic material deposit around the top of the mountain as a result of previous eruption. This material might collapse downward in the form of debris flow as it is affected by natural event such as high intensity rainfall. Therefore, a research is needed to analyze whether existing forecasting and early warning system are capable to provide information for the people living in hazardous area before the debris flood occur. This research is carried out using field survey, observation and interview method. Data analysis use qualitative descriptive method by making description of actual condition of the researched location general condition and qualitative analysis of telemetry system installed on Mount Merapi. The qualitative analysis of telemetry system covers: network, hardware, software, power supply, security system, operation and maintenance, and human resources. Research analysis use primary and secondary data. Research results reveal that average rainfall intensity above of 60 mm/hr might trigger debris flood. Early warning should be given at the rainfall intensity level of 50-55 mm/hr, and debris flood time travel from the top of Mount Merapi down to observed location of Pulowatu Village is 45 minute. Based on the analysis of the present forecasting and early warning system supporting equipments it is known that some of those equipments are not well function, so that debris flood cannot be predicted and detected. This is caused by lack of human resource quality of the officers in operating and maintaining the equipments. Concerning that matter, it is necessary to conduct some improvement due to have better and more accurate forecasting and early warning system in order to give information before the occurrence of debris flood.
Kata Kunci : Manajemen Bencana Alam,Banjir Lahar,Sistem Prakiraan dan Peringatan Dini, telemetry system, rainfall intensity, information spreading