Pengelolaan sedimen Kali Boyong :: Migrasi alami dan campur tangan manusia
SUDIARTI, Sri Utami, Prof.Dr.Ir. Djoko Sujono
2006 | Tesis | S2 Teknik Sipil (MPBA)Kali Boyong merupakan salah satu sungai yang mempunyai hulu di lereng selatan Gunung Merapi terletak di Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan panjang sungai ± 38 km. Untuk mengantisipasi bencana sedimen saat ini telah dibangun bangunan sabo sebanyak 7 (tujuh) buah dengan yang paling hulu adalah BOD-7 yang kemudian diikuti dengan bangunan sabo yang lain. Penambangan Galian C yang dilakukan secara intensif sejak tahun 1995 akan menimbulkan kerusakan lingkungan dan menurunnya fungsi bangunan sabo. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi jumlah volume angkutan sedimen dan mengestimasi imbangan sedimen (sedimen balance) dengan mempertimbangkan volume yang masuk saat banjir tahun 1995. Analisis volume sedimen masuk (VS) didasarkan rumus empiris Takahashi (1991) dan Mizuyama (1977) sedangkan volume sedimen yang melimpas (VE) berdasarkan rumus empiris Shimoda (1995). Analisis imbangan sedimen diperhitungkan berdasarkan volume sedimen yang masuk tahun 1995-2001 dan membandingkan dengan volume sedimen yang masuk tahun 1995 berdasarkan penelitian Frank,1995. Hasil penelitian diperoleh hujan kritik 10 mm dan akumulasi sedimen 5 tahun (f = 0,5 VC). Akumulasi sedimen selama 5 tahun (1995–1999) tersebut menunjukan bahwa volume sedimen netto yang masuk adalah sebesar 2.502.015 m3 dan volume penambangan sebesar 1.717.199 m3. Volume sedimen yang melimpas kondisi alami yaitu BOD-7 sebesar 524.249 m3, BOD-6 sebesar 630.209 m3, BOD-5 sebesar 629.169 m3 dan BOD-4 sebesar 213.664 m3. Volume sedimen yang mengalir ke bangunan berikutnya setelah penambangan hanya BOD-7 dan BOD-6. Volume sedimen yang masuk harus sebanding dengan volume penambangan sehingga imbangan sedimen dapat dipertahankan. Pengelolaan sedimen diperlukan agar imbangan sedimen tercapai adalah tertib hukum dan perundang-undangan dan pengawasan penambangan lebih ditingkatkan.
Boyong River is administratively situated on Sleman Regency, Yogyakarta Province and it stretches about 38 km. The river is upstream lies on the Southport of Merapi Mountain. Seven units of Sabo dams have been built in stream in order to anticipate sediment disaster. The upper unit of those dams is Boyong 7 Dam (BOD-7) which then followed by other Sabo dams. C-class sand mining intensively operated since the year 1995 will cause environmental damage and decrease the function of Sabo dam. The research is aimed at sediment transport volume prediction and sediment balance estimation concerning the sediment deposit caused by flood occurred in 1995. The analysis of incoming sediment volume (VS) is conducted using empirical equation of Takahashi (1991) and Mizuyama (1977). Over flowed sediment volume is analyzed using empirical equation of Shimoda (1995). Sediment balance analysis is calculated based on the year 1995-2001 incoming sediment volume. It is also compared to the year 1995 incoming sediment volume according to Frank’s research (1995). The research results in critical rainfall of 10 mm and 5 years accumulated sediment (f = 0.5 VC). The 5 years accumulated sediment (1995-1999) shows that net incoming sediment volume is 2,502,015 m³ and the amount of sand mining is 1,717,199 m³. The incoming sediment volume is less than the volume of sand mining which is about 94.8 %. Natural over flowed sediment volume those are BOD7 of 524,249 m³, BOD-6 of 630,209 m³, BOD-5 of 629,169 m³, and BOD-4 of 213,664 m³. Over flowed sediment volume after mining only occur are BOD-7 and BOD-6. Incoming sediment volume must be proportional to sand mining volume so that sediment balance continuation can be sustained. Sediment management is needed in order to maintain sediment balance. Law enforcement, appropriate regulation, and mining activity supervision must be improved.
Kata Kunci : Aliran Sedimen,Volume Limpasan,Sabo Dam,Penambangan,sabo dam, sand mining,sediment balance, over flowed volume