Pengendalian sedimen akibat longsoran Kaldera Gunung Bawakaraeng di Sungai Jeneberang
BINGA, Prof.Dr.Ir. Djoko Sujono
2006 | Tesis | S2 Teknik Sipil (MPBA)Sungai Jeneberang merupakan salah satu sungai yang berhulu di Gunung Bawakaraeng. Bencana runtuhnya kaldera Gunung Bawakaraeng terjadi tanggal 26 Maret 2004 dengan volume longsoran tanah + 235 juta m3, berpotensi meningkatkan suplai sedimen di sepanjang alur Sungai Jeneberang sampai di Waduk Bili-Bili yang mempunyai volume tampungan mati (dead storage) sebesar 29 juta m3. Sedimen dapat menimbulkan pendangkalan/agradasi sungai dan mengurangi kapasitas tampungan Waduk Bili-Bili, untuk itu diperlukan upaya penanganan masalah sedimentasi tersebut didasari hasil kajian yang sistimatis.. Penelitian ini maksudkan untuk melakukan perkiraan volume angkutan sedimen didaerah tangkapan Waduk Bili-Bili bagian hulu, pada ruas Lengkese sampai dengan Sabo No 4.Selanjutnya hasil analisisi volume angkutan sedimen tersebut digunakan untuk menyusun alternatif perancangan bangunan pengendali sedimen di ruas Lengkese sampai dengan Sabo No. 4 Sungai Jeneberang. Volume angkutan sedimen hitung menggunakan rumus empirik Mizuyama dan hitungan keseimbangan sedimen menggunakan rumus empirik Shimoda. Dari hasil analisis volume sedimen yang mengalir dengan curah hujan harian minimum (Rkritis = 30 mm 0,5 tahunan) diperoleh volume sedimen yang masuk (input) sekitar 12,5 juta m3. Berdasarkan analisis keseimbangan sedimen diperoleh beberapa atlternatif jumlah Checkdam dengan ketinggian (H) = 14,00 m. Persentase volume yang di kontrol untuk masing-masing alternatif adalah : alternatif I, 6 unit Checkdam sebesar 40,08 %. alternatif II, 8 unit Checkdam sebesar 33,37 %. alternatif III, 10 unit Checkdam sebesar 18,19 %. Dari ketiga alternatif tersebut aspek yang dikendalikan (aspek teknis) meliputi : (1) Volume sedimen yang terangkut, (2) kecepatan aliran, dan (3) proses degradasi/agradasi.
Jeneberang River is one of the rivers having upstream at Mount Bawakaraeng. The collapse of Mount Bawakaraeng caldera that was happened on March 26th 2004 has resulted on landslide volume of + 235 million m3 and the increase of sediment supply potential along Jeneberang River up to Bili-Bili Resevoir. The reservoir has dead storage capacity of 29 million m3. This sediment can generate river aggradation and decrease Bili-Bili Reservoir inundation capacity. Consequently, countermeasure of sedimentation based on systematically analysis is urgently required. This research is aimed at forecasting sediment transport volume at the upstream of Bili-Bili Resevoir catchment area, particularly at reach of Lengkese up to Sabo No 4. The result of sediment transport volume analysis is applied to compile alternative of sediment controller structure scheme at the reach of Lengkese up to Sabo No 4 in Jeneberang River. Sediment volume transport is analyzed using empirical equation of Mizuyama and sediment balance is analyzed using empirical equation of Shimoda. The analysis result of sediment volume as it flows at minimum daily rainfall (R critical = 30 mm 0.5 annual) reveals that incoming sediment volume (input) equals to 12.5 million m3. Sediment balance analysis reveals some alternatives of check dams with the considered height of check dam (H) of 14.00 m. Percentage of controlled volume of each alternative are: (1) alternative I, 6 check dam units of 40.08 %; (2) alternative II, 8 check dam units of 33.37 %; and (3) alternative III, 10 check dam units of 18.19 %. From those options, aspect to be controlled (technical aspect) covers: (1) transported sediment volume, (2) sediment flow velocity, and (3) degradation/aggradation process.
Kata Kunci : Manajemen Bencana Alam, Angkutan Sedimen, Pengendalian, input, check dam, over flowed volume.