Proses belajar mengajar siswa tunanetra program Inklusi :: Studi kasus di SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta
SA'ADAH, Ummu, Dr. Yapsir Gandi Wirawan, MA
2006 | Tesis | S2 Psikologi (Psikologi Pendidikan)Program inklusi diatur oleh pemerintah dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dijelaskan pada pasal 15 tentang pendidikan khusus. Disebutkan bahwa “pendidikan khusus merupakan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengahâ€. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui; 1) proses belajar mengajar siswa tunanetra dalam mengikuti program inklusi di SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta dan 2) faktor-faktor yang mendukung dan menghambat proses belajar mengajar tunanetra dalam mengikuti program inklusi di SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan eksploratif deskriptif kualitatif. Penelitian ini melibatkan responden yaitu subjek sebanyak empat siswa tunanetra dan informan yang terdiri dari; guru, kepala sekolah teman subjek dan orang tua. Tahap berikutnya adalah menggali data dari responden melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Setelah data terkumpul peneliti menganalisis data dan melaporkan hasil data yang telah dianalisis. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar program inklusi di SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta adalah faktor siswa, kurikulum, tenaga pendidik, sarana prasarana, dana, manajemen dan lingkungan sekolah. Adapun faktor-faktor pendukung siswa tunanetra dalam mengikuti program inklusi adalah motivasi intrinsik, dukungan dan motivasi keluarga, dukungan guru bidang studi, guru pembimbing khusus (GPK) dan toleransi teman-teman,. Faktor-faktor penghambat siswa tunanetra dalam program inklusi ini adalah masih kurangnya sarana dan prasarana sekolah. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan guru dalam menangani anak luar biasa (tunanetra) dan guru pembimbing khusus (GPK) mengalami kesulitan dalam membacakan atau mentransfer pelajaran ke dalam huruf braille karena kurang bisa memahami pelajaran yang akan ditransfernya, menejemen yang belum sesuai dengan aturan sekolah program inklusi dan keterbatasan dana.
Inclusion program is regulated by the goverment in the legislation of Indonesia number 20 on 2003 which is about national education system and it is described in section 15 of special education. It has been said that “special education is an education program conducted for disorder students or students with extraordinary intelligence which is conducted inclusively or a unit of special education conducted in the level of elementary and secondary school.†The purpose of this research is to find out; 1) learning process of the blind students who take inclusion program in Muhammadiyah 4 high school of Yogyakarta and 2) factors that support and inhibit the learning process of the blind students in attending inclusion program in Muhammadiyah 4 high school of Yogyakarta. This research uses explorative descriptive qualitative approach, involves some respondents as the subjects and informants. The subjects are four blind students, while the informants include their teachers, head master, schoolmates, and parents as well. The researcher finds data from the respondents through interview, observation and documentation. After collected the data, the researcher analyzed the data and conducted the last step, reporting the analyzed data. The supporting factors of teaching and learning process with inclusion program in Muhammadiyah 4 high school of Yogyakarta include the students, curriculum, the teachers, facilities, fund, school management, and school environment. While, factors that support the blind students in attending this program is strong motivation, which is called intrinsic motivation, and interest of each student, motivation and supports from their family, teachers, school mates, and special adviser teacher (GPK). Factors that inhibit blind students in attending inclusion program are the lack of school facilities, the lack of teacher’s skill and knowledge to handle the exceptional students, and the difficulty of the special adviser teacher (GPK) in reading and transferring the lessons into Braille letters because of his poor understanding of the transferred lessons. The management of this program has not set the regulation of inclusion program in school and the lack of fund.
Kata Kunci : Proses Belajar Mengajar,Program Inklusi,Tuna Netra