Laporkan Masalah

Tindak Tutur Direktif dalam Bahasa Jawa

SOLIKHAN, Umar, Prof.Dr. Soepomo Poedjo Soedarmo

2006 | Tesis | S2 Linguistik

Tesis ini bertujuan untuk mendeskripsikan aspek-aspek yang berkaitan dengan realisasi tindak tutur direktif dalam bahasa Jawa, baik itu mengenai bentuk dan maknanya, tipe-tipenya, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan bentuk tindak tutur direktif. Dalam kerangka pencapaian tujuan itu penelitian dilakukan berdasarkan tiga tahapan metode. Tahap pertama adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan metode simak dengan teknik simak libat cakap (SLC) dan teknik simak bebas libat cakap (SBLC), serta tenik rekam dan teknik catat. Selain itu dalam tahap pengumpulan data juga digunakan metode introspeksi dan metode wawancara untuk melengkapi kekurangan yang ada pada metode simak. Tahap kedua adalah analisis data yang dilakukan dengan metode kontekstual, yaitu menganalisis data dengan mengaitkannya pada konteks. Tahap ketiga adalah metode penyajian hasil analisis dengan memakai metode informal, yaitu melalui rumusan dengan kata-kata biasa. Hasil penelitian menggambarkan bahwa tindak tutur direktif dalam bahasa Jawa dapat direalisasikan dengan menggunakan kalimat deklaratif, interogatif, imperatif, dan eksklamatif. Keempat bentuk kalimat ini direalisasikan oleh kalimatkalimat yang mempunyai ciri tersendiri, demikian pula maknanya sehingga cakupan fungsi direktif pada masing- masing bentuk kalimat itu menjadi lebih bervariasi. Berdasarkan maknanya, tuturan direktif yang berbentuk kalimat deklaratif dapat berupa: (1) perintah/suruhan, (2) ajakan, (3) anjuran/saran/nasihat, (4) permintaan, (5) persilaan, (6) larangan, (7) ancaman, (8) sumbar, (9) Kepasrahan/Kepercayaan, (10) sindiran, (11) harapan, (12) sambat, dan (13) wadulan. Tuturan direktif yang berbentuk kalimat interogatif dapat berupa: (1) perintah/suruhan, (2) ajakan, (3) anjuran/saran, (4) permintaan, (5) permintaan izin, (6) larangan, (7) sindiran, dan (8) tantingan. Tuturan direktif yang berbentuk kalimat imperatif dapat berupa: (1) perintah/suruhan, (2) ajakan, (3) anjuran/saran/nasihat, (4) permintaan, (5) permintaan izin, (6) permintaan maaf, (7) larangan, (8) bujukan, (9) tantangan, (10) ancaman, (11) persilaan, (12) kepasrahan/kepercayaan, (13) peringatan, (14) harapan, (15) weling, (16) pembiaraan, dan (17) nglulu. Tuturan direktif yang berbentuk kalimat eksklamatif dapat berupa: (1) perintah/suruhan, (2) permintaan, (3) larangan, (4) sindiran, (5) sambat, (6) umpatan/cercaan, dan (7) nyokurke. Berdasarkan tipe-tipenya, tindak tutur direktif dalam bahasa Jawa dilakukan dengan delapan cara, yaitu langsung, tidak langsung, literal, tidak literal, langsung literal, langsung tidak literal, tidak langsung literal, dan tidak langsung tidak literal. Pemilihan tipe atau bentuk tindak tutur itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (1) peserta tutur, (2) maksud dan tujuan tutur, dan (3) situasi tutur. Ketiga poin itu menjadi pertimbangan yang paling utama dalam memilih salah satu bentuk atau tipe tindak tutur direktif dalam bahasa Jawa yang digunakan.

The thesis is aimed at describing the aspects that related to the realization of directive speech act in Javanese, both the form and the meaning, the types and the factors influencing the choice of form of directive speech act. To obtain the objectives of this thesis, the research is conducted based of three methods. Firstly, collecting data which uses observatory method with participant-observatory and nonparticipant-observatory technique, also recording technique and note-taking technique. The introspective and interview method also used in order to complete a lack of data in observatory method. Secondly, data analysis which uses contextual method—analyzing data by relating them to the context. Thirdly, analysis result presentation which uses informal method by natural wording. The result of the research shows that directive speech act in Javanese can be realized through declarative, interogative, imperative, and exclamative sentences. Those four sentence forms can be realized by sentences which have their own characteristics and meaning so that the scope of directive function in each sentence form become more various. Based on its meaning, the directive speech in declarative sentence can be (1) imperative, (2) invitation, (3) suggestion, (4) request, (5) excuse, (6) prohibition, (7) threat, (8) boast, (9) submission, (10) satirize, (11) hope, (12) sambat, and (13) wadulan. The directive speech in interogative sentence can be: (1) imperative, (2) invitation, (3) suggestion, (4) request, (5) permission, (6) prohibition, (7) satirize, and (8) tantingan. The directive speech in imperative sentence can be: (1) imperative, (2) invitation, (3) suggestion, (4) request, (5) permission, (6) apology, (7) prohibition, (8) enticement, (9) challenge, (10) threat, (11) excuse, (12) trust/submission, (13) warning, (14) hope, (15) weling ‘a message’ (16) neglection, and (17) nglulu. The directive speech in exclamative sentence can be: (1) imperative, (2) request, (3) prohibition,(4) satirize, (5) sambat, (6) curse, and (5) nyokurke. Based on the types, the directive speech act in Javanese done in eight ways, they are (1) direct, (2) indirect, (3) literal, (4) nonliteral, (5) direct literal, (6) indirect literal, (7) direct nonliteral, and (8) indirect nonliteral. The choosing type or form of speech act can be affected by some factors such as: (1) the participants, (2) the aim of speech, and (3) speech situation. Those three points become the main consideration in choosing one of forms or types of the directive speech act in Javanese used.

Kata Kunci : Bahasa Jawa, Tindak Tutur Direktif


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.