Functional Benchmarking Model pembinaan akreditasi rumahsakit di Propinsi Bali dengan model konsultan ISO 9000
DJULIARSA, I Wayan, dr. Adi Utarini, MSc.MPH.PhD
2005 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat (Manajemen Rumah SakiLatar belakang: Pembinaan akreditasi rumah sakit adalah merupakan salah satu bimbingan dan fasilitasi terhadap rumah sakit, agar rumah sakit dapat melaksanakan kegiatan sesuai prosedur. Pembinaan akreditasi rumah sakit di Propinsi Bali baik pra maupun pasca dilaksanakan olek tim akreditasi Dinas Kesehatan Propinsi Bali. Hasil pembinaan selama ini ternyata belum efektif untuk menimbulkan motivasi pelaksanaan akreditasi, sehingga untuk perbaikan model pembinaan akreditasi dilakukan benchmarking dengan consultant ISO 9000 di Surabaya dengan tim pembina akreditasi rumah sakit Dinas Kesehatan Propinsi Bali. Medote penelitian: Penelitian dilakukan dengan Functional benchmarking, yaitu membandingkan antara model pembinaan akreditasi rumah sakit di Propinsi Bali dan model pembinaan premysis consultant di Surabaya, RSUD Wangaya Denpasar, RSU Puri Raharja Denpasar dan PT. Tirta Investama Bali. Analisis dilakukan dengan membandingkan persamaan dan perbedaannya dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang tidak dapat diperbandingkan. Hasil benchmarking: Premysis consultant adalah organisasi independen dan proses pembinaan menggunakan standar ISO requitment guideline, terdapat kontrak waktu dalam melakukan pembinaan, pembinaan pra sertifikasi melalui beberapa tahapan yaitu: 1). Diagnose mutu, 2) Pelatihan, 3) Perencanaan mutu, 4) Dokumentasi mutu, 5). Implementasi mutu, 6). Quality assurance dan sertifikasi, tim pembina akreditasi rumah sakit merupakan tim fungsional dari Dinas Kesehatan Propinsi Bali dengan menggunakan self assesment akreditasi tahun 2002, yang berasal dari KARS. RUSD Wangaya dan RSU Puri Raharja mempunyai persepsi yang sama terhadap program akreditasi yaitu akreditasi sebagai pegangan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, sedangkan PT. Tirta inventama sertifikasi tidak memberikan dampak langsung terhadap mutu, tetapi dengan sertifikasi menimbulkan disiplin dalam melaksanakan SOP. Perbedaan yang tidak bisa dimodifikasi adalah sistem pembiayaan melalui rumah sakit yang dibina. Kesimpulan dan saran: Perlu adanya perubahan model pembinaan yang dilaksanakan oleh tim pembina Dinas Kesehatan, Dinas Kesehatan perlu membentuk tim pembina yang independen, dengan rekruitmen yang lebih terstruktur, dengan demikian diharapkan akan mendapatkan model pembinaan yang efektif.
Background: A hospital accreditation guiding is one of directions and fasilities of a hospital in order to be able to perform its activities based on procedure. The hospital accreditation guiding in Bali Province, both postaccrediting and pre-accrediting, by team of accreditation of Health Departement of Bali Province, in fact, the result has not motivated actively to conduct the accreditation, so that to improve the accreditation guiding model should be held benchmarking by consultant of ISO 9000 in Surabaya with team of accreditation of Health Departement of Bali Province. Method: This resesrch used functional benchmarking, that is, combining between accreditation guidence model in Bali and consultant premysis guiding model in Surabaya, RSUD Wangaya Denpasar, RSU Puri Raharja Denpasar and Tirta Investama Ltd, Bali. Analysis was held by comparing the equalities and the differences considering the incomparable factors. Result of benchmarking: Consultant premysis is an independent organization that its guiding process uses standard of ISO requirement guideline, based on time contract in conducting the guidance, the guidance of pre certification passes some steps; 1) quality diagnose, 2) training, 3) quality planning, 4) quality documentation, 5) implementation of quality, 6) certification and assurance quality. Team of accreditation counselor of hospital is a functional team of Health Departement of Bali Province using self assessment of accreditation, 2002 deriving from KARS. RSUD Wangaya and RSU Puri Raharja has the same perception for accreditation program, that is as a guide in giving any service for the societies. Whereas Tirta Investama Ltd. Has not given any direct effect for the quality, but through certification leads to a better discipline in performing SOP. The difference unchangeable is the expenditure system through the hospital guided. Conclusion and suggestion: It needs a guiding model change that is held by the team of Health Departement. In addition the Health Departement needs to form an independent team with a structured recruitment, therefore it is expected that it will obtain an effective guiding model.
Kata Kunci : Manajemen Rumah Sakit,Akreditasi,ISO 9000